III. Dia?

61 41 27
                                    

"Berusaha,bersabar,tetaplah berharap dan jangan menyerah pada tujuanmu."

"

Seengganya udah gua usahain" gumamku dalam hati sambil berjalan menuruni tangga.

"Ruang OSIS tadi lumayan bagus, ada AC bisa ngadem, ada kursi sofa buat tiduran, dan ada komputer buat main game kalo bosen, lengkap dah! kalo bisa ada Wi-Fi juga deh sekalian-" langkahku terhenti, aku melihat dibawah sana ada sebuah surat yang terjatuh tepat didepan sebuah kotak sampah,

Aku maju lima langkah ke depan dan mengambil surat itu kemudian keluar dari koridor untuk memeriksa surat ini.

"Surat apa ini?"

Putih, bersih tidak ternoda sedikitpun walaupun, terjatuh di lantai, surat ini terkesan baru saja terjatuh.

"Surat putih? Kayak surat izin gasekolah aja"

"Surat cinta ya, bro?" tanya seorang laki-laki dari belakang yang sangat mengejutkanku,

"Ha? Enggalah mana mungkin surat cinta, ini surat orang sakit trus jatoh kayaknya."

"Coba buka, kita liat sama-sama,kepo gua kumat nih."

"Ngapain? lo mau liat nama ortunya? mending kasih ke guru aja,"

"Bro,kalo itu surat pernyataan cinta trus lu kasih ke guru gimana? nanti lu malu sendiri,mending buka sekarang trus baca bareng gua," sahutnya

"Nih gua bacain depan lo biar puas!" jawabku kesal.

"Gua penasaran surat apaan ini? Kalo surat pernyataan kenapa warna suratnya putih? biasanya pink atau warna lain gitu," batinku menjerit keras, seolah ingin segera membaca surat putih ini sampai selesai.

Kau hadir mengubah hari,
mengubah rembulan menjadi mentari,
mengisi hati kosong ini,
memenuhi kehampaan hati.

layaknya cahaya diantara kegelapan,
kau bagaikan sinar mentari,
akulah sang rembulan malam,
Kau hadir ketika aku menghilang.

aku berharap bisa disisi,
hadir dihatimu menghiasi hari.
Aku tahu ini mustahil,
namun, izinkanlah aku menyatakannya.

Kau buatku terdiam,
Terisak merintih mengetahui kenyataan,
ketahuilah, aku sangat mencintaimu,
bahkan bila perasaan kita berbeda.

surat ini memberiku arti,
Putih karena aku ingin menyerah,
menyerah untuk berusaha memiliki,
hanya bisa mencintaimu dari kejauhan.

Dariku:

Aster Liliana


Aku terpaku,aku merasa tak asing dengan penulis surat putih ini,
"Aster Liliana, kayaknya pernah denger dah," Lanjutku setelah membaca puisi didepan laki-laki itu.

"Wajar, Lili itu gadis tercantik sekolah ini dan baru aja ditolak-"

Aku menerjang langsung kata-katanya, "Siapa yang nolak dia?"

"Gua, Andi Budidharma."

"Jadi, buat apa lo suruh gua baca surat ini?"

"Gue mau buang ke tempat sampah tapi ternyata meleset, eh lo pungut yaudah sekalian aja gua suruh lu bacain di depan gue sekali lagi."

"Sialan! Lo bener-bener gak bisa hargain perasaan orang,"
Aku menjerit keras, badanku seolah terbakar, hatiku menggebu-gebu.

"Hargain? gaada guna,untungnya buat gua apa?." Jawabnya santai tanpa beban,

"Dimana Lili sekarang?!" Teriakku menjerit keras lalu menarik kerah bajunya.

"Santai Bro, kalo lo teriak trus tarik kerah gua gini yang ada lo jadi sorotan dan dicap buruk disini."

Walaupun kami berada di tempat yang tidak begitu ramai,namun, teriakan pertamaku tadi telah berhasil memancing kerumunan orang untuk mendekat, teriakan keduaku kali ini membuat banyak orang mendekat kearah kami.

Tatapan ini seolah berkata bahwa akulah penyebab kali ini.

"Dimana Lili? gua harus cari dia," tanyaku pelan, lalu melepas kerah bajunya yang kutarik.

"Atap sekolah,kayaknya lagi nangis sekarang gara-gara gua tolak,"

"Lo gabisa ke atap! Lo anggota OSIS kan? mending lo pergi ke Gedung Serbaguna selesein yang disana, baru lo bisa ke atap." Lanjutnya.





Tbc.


Nah hubungan antara bagian 1 sama 3 tu disitu di bagian surat nemu kali ini.

Vomment jan lupa..
Kalau ada salah tulis comment aja nti langsung dibenerin yak.

Starry NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang