8 || Chapter 3: #NL 3

481 77 8
                                    

Aku membuka mataku perlahan. Saat pandanganku mulai pulih, pandanganku langsung terarah ke jam dinding yang ada di depanku. Jarum pendek diantara angka 5 dan 6, dan jarum panjang tepat diangka 6. Aku duduk di kasurku dan berusaha mengumpulkan nyawaku. Setelah aku merasa cukup, aku langsung bangkit ke kamar mandi yang ada di kamarku.

Setelah aku keluar dari kamar mandi, aku menuju lemari dan memakai kaos putih lengan panjang yang berbahan tipis, hotpans hitam. Aku membiarkan rambutku teruai karena rambutku memang masih basah. Setelah merasa cukup, aku keluar dari kamarku.

Lampu dirumahku menyala semua, biasanya ini tandanya mom sudah bangun. Tapi rumah ini benar benar sepi. Langsung aku menuju lemari es di dekat pantry, karena biasanya jika rumah sepi, mom&dad pergi dan meninggalkan note kecil di lemari es. Dan benar saja, ada note kecil disana. (a/n: Ceritanya ini yg nulis notenya cuma momnya ya. Takutnya pada bingung pas baca notenya.)


Kensa, mom&dad akan pergi ke Milan selama 3 hari karena dad ada rekan kerja disana. Mom juga ikut karena istri dari rekan kerja dad adalah teman Mom dulu. Kami mohon tolong jaga rumahmu. Jangan lupa selalu mengunci pintu jika keluar rumah, dan tidak membiarkan kompor menyala. Oh! Jangan sampai saat kami pulang ke London, rumah ini dalam keadaan wujud abu dan ada pemadam kebakaran disekitar rumah. Dad tidak akan segan segan membuang semua makanan di kulkas kedalam perutnya! Dan di kartu kreditmu sudah diisikan uang oleh dad, untuk makanmu sehari hari.

Mom.


Aku terkekeh kecil membaca notenya. Hah, apa yang aku lakukan bisa membuat rumah menjadi abu? Aku tidak mungkin mengadakan pesta dirumah karena aku meman tidak suka pesta. Dan tentu saja aku tidak akan membiarkan dad membuang semua makanan di kulkas ke perutnya! (Baca: Makan) Itu sama saja dad akan menghancurkan surgaku.

Aku mengambil 2 lembar roti yang sudah disediakan mom di meja. Kuoleskan selai coklat di salah satu rotinya dan menutupnya dengan roti yang lain. Seperti biasa, aku sarapan di ruang keluarga sambil menonton Spongebob. Hey jangan tertawa! Toh kau sendiri dulu juga suka menonton Spongebob.

Ini hari Sabtu dan tentu saja sekolah libur. Mungkin hari ini aku akan Movie Marathon sendirian. Niall? Ia bermain dengan teman band-nya jika hari Sabtu. Dan Angela, setiap Sabtu dan Minggu ia selalu menjaga toko bunga milik neneknya. Oleh sebab itu, Aku dan Niall jarang bermain dengan Angela saat liburan.

Aku melihat ke jam tangan yang selalu aku pakai, dan menunjukan jam 7 tepat. Setelah menghabiskan rotiku, aku kembali kekamarku di lantai 2 untuk memulai Movie Marathon.

Aku akan Movie Marathon lebih dari 12 jam. This is gonna be fun!

**********

Jam menunjukan pukul 9 kurang 7 menit malam. Bayangkan saja, selama --kurang lebih-- 13 jam, aku hanya dikamar Movie Marathon dengan  berbagai snack ringan. Berapa film yang sudah aku lihat? Entah, aku malas menghitungnya. Salah satu yang aku lihat adalah Harry Potter 1-7, Twilight-Breaking Dawn 2, Percy Jakson ke-3 filmnya, dan masih banyak lagi. Tebak apa yang sedang aku lihat sekarang? Insidious 1. Film pilihan yang tepat untuk jam 9 malam, isn't it?

Tiba-tiba aku ingin ke toilet. Ugh, aku benci ini. Bukan, bukan benci karena takut, tapi acara menontonku tertunda sebentar. Aku mem-pause film ku --dan kalian harus tau, filmnya berhenti tepat saat adegan setan merah yang muncul di belakang ayah yang sedang duduk di kursi (a/n: aku lupa nama ayahnya siapa, maaf ya-_-)-- dan langsung lari ke kamar mandi saking tidak tahannya.

Setelah aku menyiram toilet, aku mencuci muka dan menggosok gigiku langsung, karena firasatku sebentar lagi aku akan tertidur.

Praangg

Reflek, aku menyemburkan pasta gigi yang sudah ada di mulutku ke cermin westafle. Suara apa itu? Hantu? Tidak mungkin. Tidak ada yang namanya hantu. Atau mung-- ASTAGA TADI AKU MENARUH IPHONEKU TEPAT PINGGIR MEJA! JANGAN BILANG KALAU IPHONEKU BARU SAJA JATUH.

Aku langusng buru buru menyelesaikan sikat gigiku. Saat sudah beres, aku langsung keluar dari kam--

Oh my God.

Mulutku langsung terbuka lebar melihatnya. Kakiku bergetar hebat. Mengedipkan mataku saja susah sekali rasanya.

I don't belive it.

Jendela di kamarku pecah semuanya. Potongan kaca berserakan dimana-mana.

Ada apa disini?

Akumencoba mengedipkan mataku berkali kali. Setelah cukup sadar, aku mengambil sendal tidurku dan kugunakan untuk melihat ke jendela lebih dekat. Aku menaiki kursi dan melihat kebawah, tidak ada apa apa. Tapi ini tidak mungkin kalau kaca ini pecah dengan sendirinya! 

Ting Tong


Ada apa lagi ini? Siapa yang berani bertamu malam malam?

Dengan segera aku turun dari kursi. Aku mengenggunakan jaket piyamaku untuk menutupi tubuhku yang hanya menggunakan tanktop dan hotpans, dan pergi kebawah. Awas saja jika ternyata itu Niall atau Angela!

Sambil membukakan kunci, aku mengintip ke jendela, dan aku kurang jelas melihat orangnya karena tubuhnya sangat dekat dengan pintu. Yang aku tau, ia memakai pakaian hitam.

Tiba tiba saja aku percaya dengan hantu.

Aku memberanikan diriku membuka pintu. Orang itu membelakangiku, ternyata. Aku melihat kebawah.

Syukurlah, kakinya masih menapak.

"Ada yang bisa aku bant-- AAAA" Aku langsung menutup mulutku dan berjalan mundur kebelakang. Orang itu tiba tiba mengarahkan pisau kedepan wajahku!!

Buuk

Oh great. Aku terpojok sekarang. Dengan wanita yang mengarahkan pisau kearahku. Matanya biru terang, dan rambutnya bewarna hitam. Hanya itu yang aku tau karena ia mennggunakan masker untuk menutupi hidung dan mulutnya.

"Siapa namamu?" Ia angkat bicara. Tapi pisau itu masih tepat depan wajahku. Dengan susah payah aku mencoba menjawab tanpa menggerakkan sedikit tubuhku. Aku benar benar takut kalau benda itu akan menusuk wajahku!

"Maaf, tapi kau sia--"

"Siapa namamu?!" Tubuhku langsung menegang mendengar gertakannya. Ia pasti orang jahat.

"Ke- Kensa."

"Nama lengkapmu!" Mengapa ia banyak maunya?! Oh jangan kawatir, aku tidak akan berani melawannya. 

"Keniahesa Deario Daniel. Maaf tapi kau siapa? Aku tidak mengenal bahkan meliha--"

"Mana gelang itu?" 

Deg.

Aku menelan ludahku susah payah. Oke, aku harus berpura pura untuk tidak tau apa apa.  

"Pardon? Gelang ap--"

"Mana gelang itu?! Tunjukan padaku sekarang!"

"Tapi kata orang tuak--"

"Mana gelang itu?! Jangan pedulikan orang tuamu!! Perlihatkan gelang itu atau pisau yang ada di tangan kiriku akan segera menembus matamu!!" Jleb.

'Pisau akan menembus matamu.' 

Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus tetap berbohong? Tapi bagaimana nasib mataku?! Tapi aku juga sudah berjanji dengan mom! Ap--

"DIMANA GELANG ITU?!" Aku menelan ludahku susah payah --lagi.-- Terpaksa, aku harus jujur denagnnya.

"Ge- gelang peace i- ini yang ka- kau maksud?" Aku mengeluarkan gelang peace dari saku celanaku. Ia menurunkan pisaunya dan jika dilihat dari matanya, ia tersenyum

"Tidak salah lagi, kau salah satu peserta Hide and Seek."

Apa?

"Pardo--"

BBOOMMM

Semuanya berasap, dan menjadi gelap.

**********

Hide and Seek // Styles. AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang