[14] Nothing.

75 13 2
                                    

Tristan

Dia ditakdirkan dalam hidup gue tapi bukan untuk gue.

"Kamu nggak papa?"

Mama tiba-tiba saja muncul dari pintu kamarku.

"Seperti yang Mama lihat."

Gue terluka, tentu saja. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kan jika gue menangis atau berteriak? Sangat tidak lucu sama sekali. Mama duduk di samping gue, gue sedang duduk di sofa kamar sejak tadi. Menyandarkan kepala gue yang malam ini terasa amat berat. Ini lebih melelahkan dari pada menyelesaikan deadline sampai tengah malam.

Gue tau Mama pasti bingung harus bersikap seperti apa kepadaku.

"Alysia belum pulang ya, Ma?"

Mama mengeleng.

"Maafin Mama ya."

Mama menggapai tanganku, mengenggamnya.

"Maafin Mama nggak ngomong dulu tentang hal ini ke kamu."

"Nggak ada yang perlu di salahkan, Ma. Semuanya terjadi sesuai apa yang ditakdirkan. Kita nggak bisa ikut campur tangan Tuhan."

Gue berbahagia untuknya, tapi gue tidak semunafik itu.

"Mungkin ini yang terbaik buat Alysia."

Mama menatapku.

"Mama tau kan kalau Alysia bahagia aku juga akan selalu bahagia. Mama nggak perlu khawatir."

Gue tersenyum kepada Mama.

"Lusa Alysia ke Maldive sama Aaron."

What?!

"Aaron tau kalau Alysia nggak suka pantai kan, Ma?"

Mama mengangguk.

"Jadi, kenapa dia ajak Alysia kesana? Dan Alysia mau?"

"Alysia mau, ini hadiah ulang tahun Aaron untuk Alysia."

Astaga.

...

Gue bukan bermaksud mengaur-atur hidupnya. Mengatur dang mengkhawatirkan adalah dua hal yang memiliki arti yang sangat berbeda. Gue hanya mengkhawatirkannya saja, gue tidak ingin dia terluka. Mungkin itu terlihat berlebihan, tapi dia benar-benar pingsan jika melihat laut. Gue tau mereka sedang dimabuk asmara, tapi ayo lah mereka tau jika ini salah.

Alysia akan berangkat besok. Dia pulang larut malam semalam, bukan larut malam tapi pagi buta. Dia pulang pukul tiga pagi, gue melihatnya masuk rumah ketika gue mengaambil air minum di dapur. Karena terlalu mengantuk gue memutuskan untuk bersikap biasa saja. Gue melaluinya begitu saja, kembali ke dalam kamar. Sekarang sudah pukul sepuluh pagi, tapi dia belum keluar juga dari kamar. Pasti dia baru bangun atau juga belum bangun dari tidurnya. Entah apa yang dia lakukan tadi malam bersama Aaron hingga dia pulang selarut itu. Mama sudah tidur ketika dia pulang mungkin jika Mama tau Alysia pulang selarut itu pasti Mama akan marah.

"Adek kamu belum bangun ya dari tadi?"

Gue mengangguk.

"Dia pulang jam berapa sih semalam? Kamu tau nggak?"

"Aku kan tidur sama Mama semalem."

"Oh iya, Mama berangkat dulu ya."

"Mau aku anterin Ma?"

"Nggak usah Reza udah di depan."

Reza adalah nama pekerja di butik Mama. Mama memang selalu puang dan pergi bersama dia.

Under Your DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang