[21] Welcome Back

32 5 3
                                    

Alysia

Akhir-akhir ini aku sangat sibuk. Sibuk merawat bunga-bungaku, sibuk melayani pelangganku di toko, sibuk menata ulang hidupku, sibuk menyiapkan pernikahanku. Ya, aku akan menikah dua minggu lagi, dengan lelaki pilihanku tentunya. Satu bulan berlalu semenjak kejadian mengerikan itu. Aku tidak perlu mengingat-ingatnya lagi, cukup aku jadikan pelajaran berharga saja. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama lagi di masa depan, kehilangan seseorang yang berharga di hidupku.

Satu bulan terakhir ini berat badanku turun drastis, entah karena terlalu lelah menyiapkan segala urusan pernikahan atau karena memikirkan sesuatu yang berat. Tapi aku menikmatinya, memilih baju pengantinku sendiri, membuat desainnya sendiri, mengurusi gedung, membuat daftar makanan yang akan di hidangkan. Sangat melelahkan tetapi begitu membahagiakan untukku. Aku sangat bersyukur Mama selalu ada untukku di saat-saat terpurukku. Ada begitu banyak pertimbangan yang sudah aku pikirkan untuk keputusan yang besar ini. Aku menikah karena aku tidak ingin terpuruk terlalu lama, aku harus melanjutkan hidupku. Hidup baruku yang menyenangkan. Membangun keluarga kecilku dengan bahagia. Aku ingin menjadi Alysia yang baru.

"Sayang, mau yang ini atau ini?"

Dia menunjukkan dekorasi untuk gedung pernikahan kita nanti. Ada dua pilihan yang pertama warna putih dengan sentuhan silver, yang kedua warna merah muda dengan kombinasi putih di beberapa bagian.

Tentu saja aku akan memilih yang putih. Aku menunjuk dekorasi yang pertama.

"Okay."

Aku sedang memeriksa ulang daftar undangan sebelum undangan ini dibagikan minggu depan. Kami tidak mengundang banyak orang, hanya beberapa keluarga dan teman dekat. Aku ingin pernikahanku sangat sakral, oleh karena itu aku hanya mengundang sedikit orang. Aku membaca satu-persatu nama dalam daftar undangan, mencocokannya dengan nama yang tertera di undangan.

Tristan Lukas.

Selalu ada yang bergemuruh di dadaku setiap kali aku melihat nama itu.

Baiklah aku akan mengundangnya, dia kakakku tentu saja aku harus mengundangnya.

Ternyata namanya adalah yang terakhir dalam list. Setalah memakan waktu hampir satu jam akhirnya aku menyelesaikannya.

Semoga semuanya berjalan sesuai apa yang aku harapkan, kita harapkan.

...

"Ma."

"Ya?"

Aku sedang berada di butik Mama, menemani Mama menyelesaikan gaun pengantinku. Sejak kecil aku memang selalu berkata bahwa ketika aku dewasa saat aku menikah, aku ingin Mama yang membuatkan gaun pengantin untuk iku. Impian itu tercapai sekarang.

"Mama kangen Tristan nggak?"

Mama mengalihkan pandangannya ke arahku.

"Aku kangen Tristan, Ma."

Kali terakhir aku bertemu Tristan adalah saat itu, satu bulan yang lalu. Satu bulan memang sudah berlalu tetapi kalimat yang Tristan ucapkan kepadaku hari itu, terus bermunculan di benakku. Dia berkata bahwa dia tidak akan pernah kembali, dan dia membuktikan perkataannya.

Tristan tidak pernah kembali.

"Setelah Tristan pergi aku baru sadar kalau tenyata selama ini aku egois. Tristan tau semua tentang aku, dia memperlakukan aku seperti apa yang aku mau, dia membenci apa yang aku benci, dia memahami aku lebih dari siapapun. Tapi aku? Aku baru sadar kalau aku nggak tau apa-apa tentang Tristan. Alasan Tristan pingsan waktu Mama kasih kejutan buat dia, aku baru sadar itu kemarin, Ma."

Under Your DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang