Part 23

28.5K 3.2K 527
                                    

Spesial tag buat Onty Lashtonhemwinaf ... Duh nama akunnya ribet amat yak. Wkwkw... Untuk onty Lashton, selamat ultah yaaa. God bless you... Amiiin. Maaf yak telat. Harusnya tanggal 28 juli kemarin ya. Hehe... Tp karena saya lagi malas nulis, jadi baru bisa kasih kado sederhananya sekarang. Hehehe...

Semoga sukaaa

***

Usia kehamilan tujuh bulan, Naya semakin kesulitan untuk beraktivitas. Untung saja Alif sudah menemukan asisten rumah tangga paruh waktu yang bersedia membantu mengerjakan pekerjaan rumahnya. Hanya saja, ketika menjelang malam, asisten rumah tangga tersebut akan pulang karena ia harus mengurusi keluarganya juga. Mbak Ami masih belum ada kejelasan mengenai apakah dia bisa kembali atau tidak. Sepertinya masalah rumah tangganya sangat rumit. Namun, jika sewaktu-waktu dia ingin kembali ke rumah majikan lamanya itu, Alif dan Naya menerima dengan tangan terbuka.

"Nay, beneran nggak mau ke rumah Mama aja? Kakak pergi seminggu lebih, loh. Itupun kalo nggak ada hambatan."

Alif kembali menanyakan hal itu sejak kemarin. Pasalnya Naya ngotot tak mau ke rumah mama Dinda selama ia pergi nanti. Bukan apa, di rumah tidak ada siapa-siapa yang bisa menjaga mereka. Asisten rumah tangganya tak mau diajak menginap selama Alif kerja. Alif mengkhawatirkan keadaan anak dan istrinya di rumah.

Naya melipat dengan rapi beberapa kaos santai, celana hitam berbahan katun untuk Alif kerja, serta seragam pilot sang suami untuk ia masukkan ke dalam navigation bag milik pria itu. Ia tetap menggeleng, menolak menerima tawaran Alif. "Naya bisa jaga diri. Di kompleks 'kan rame orang, kalo ada apa-apa Naya minta bantuan mereka aja."

Alif mendesah. Ia terduduk di pinggiran ranjang memperhatikan kegiatan sang istri mengemaskan perlengkapan kerjanya ke dalam navbag. "Tetap aja Kakak khawatir. Nay, dengerin kata Kakak. Oke?"

Naya diam. Dengan kondisi perutnya yang semakin membesar, ia bolak-balik dari lemari pakaian ke ranjang dimana navbag Alif berada.

"Nay, denger nggak sih?"

Naya menghela napas. Ia menyerah, lalu berbalik menghadap sang suami di sebelahnya. "Kakak selalu berlebihan."

"Demi kalian, Nay."

"Oke. Baiklaaah. Kami akan menginap di rumah mama besok dan seminggu kemudian," pasrah Naya akhirnya.

Alif tersenyum lega. Ia mencubiti pipi gembul sang istri, lalu menciuminya gemas. "Sayang istri cantikku. Muah. Coba dari tadi iyainnya, 'kan nggak perlu bikin Kakak khawatir."

"Modus, bilang aja pengen cium," dengus Naya.

Alif terkekeh, "pipi istri sendiri, kok. Gitu aja pelit."

"Bukan pelit, tapi pipi Naya jadi merah karena dicium terus. Iya kalo ciumnya lembut, pelan. Ini nggak, nyiumnya pake teken semaunya. Kan sakit, Kak," kesal Naya.

Alif tertawa. Ia membaringkan tubuhnya ke atas ranjang, merentangkan tangannya lebar-lebar. "Malam ini ada jatah 'kan?" tanya Alif. Alisnya turun-naik, menggoda sang istri.

Naya menunjukkan wajah memelas. Sejak tadi perutnya agak tak enak. Buang angin terus. Sepertinya tak layak saja jika mereka berhubungan dalam kondisi Naya yang tak memungkinkan seperti itu.

"Kalo bersabar sampe Kakak pulang, boleh ya?" tawarnya.

"Oh? Kenapa? Kamu nggak enak badan?"

"Bukan, sih. Tapi...,"

Proottt...

Alif tersentak kaget, lalu segera bangkit, dan Naya meringis malu ketika sesuatu yang ia tahan sejak tadi lepas tak terkendali.

Oh, Kids!!! (Terbit) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang