L

503 87 2
                                    

Tak henti-hentinya Yoongi tersenyum di balik masker hitamnya. Suasana hatinya saat ini sama persis dengan bunga-bunga yang sedang bermekaran di pinggir jalan mengiringi langkahnya.

Hembusan angin musim semi kali ini siap menemani kebahagiaan yang akan Yoongi temukan tak lama lagi.

Terlihat seorang gadis cantik memarkirkan sepedanya di depan toko bunga membuat langkah Yoongi terhenti. Senyumnya semakin merekah.

Kini sang gadis tadi terlihat tengah mempersiapkan membuka toko bunganya. Yoongi masih menatap jauh sang gadis itu.

Kau bahkan lebih cantik daripada bunga-bunga itu, Yoo Jiae. Batin Yoongi.

Sungguh Yoongi ingin sekali menghampiri dan memeluk erat gadis bernama Yoo Jiae itu, gadis yang telah menggangu hati dan pikirannya. Bahkan bunga-bunga yang baru saja Jiae rapikan sudah siap menyambut Yoongi.

Namun kali ini biarlah Yoongi memandang Jiae dari jauh. Meski hanya bisa melihat dari jauh, Yoongi sudah cukup merasa bahagia. Perlahan rasa rindunya terobati.

Jiae kembali memasuki toko bunganya setelah selesai merapikan bunga-bunga di depan tokonya. Tanpa pikir panjang lagi, Yoongi segera melangkah menuju toko bunga tersebut.

"Selamat datang.."

Kedatangan Yoongi disambut dengan senyuman cantik dari Jiae.

"Tuan mencari bunga apa?"

Yoongi terdiam seolah terhipnotis oleh senyum Jiae yang sudah lama sekali tidak ia lihat.

"Emm.. Tuan mencari bunga untuk siapa? Untuk kekasih kah? Untuk perayaan hari jadikah? Atau Tuan ingin mengungkapkan perasaan pada kekasih? Ah, apa mungkin Tuan akan melamar kekasih Tuan?"

Jiae merasa canggung karena pelanggannya kali ini hanya diam, terlebih pelanggannya itu terus menatapnya.

Ya Tuhan, ini masih pagi. Kenapa harus didatangkan orang menyeramkan begini.

Jiae dibuat ketakutan dengan kedatangan Yoongi yang menggunakan hoodie serta masker serba hitamnya itu. Tapi Jiae juga tidak bisa berbuat apa-apa.

"Emm.. saya akan ambilkan beberapa contoh bunga yang mungkin Tuan akan menyukainya."

Jiae segera berbalik, dengan alasan akan mengambil contoh bunga. Sebenarnya Jiae ingin sekali menghubungi Ayahnya untuk segera ke toko bunganya itu, agar ia tidak berurusan dengan pelanggan menyeramkannya ini.

Namun, langkah Jiae terhenti karena Yoongi menarik pelan pergelangan tangannya. Jiae membulatkan matanya saat ia berbalik melihat tangan Yoongi menggenggam pergelangannya.

Ya Tuhan, ku mohon tolong aku. Apa yang akan dia lakukan padaku? Apa yang harus ku lakukan?

Perlakuan Yoongi itu membuat Jiae semakin ketakutan.

"Aku tidak membutuhkan bunga-bunga itu."

Jiae menatap Yoongi kaget.

Astaga, ini benar-benar menakutkan.

Jiae segera menarik tangannya agar terlepas dari genggaman. Namun, tenaga Yoongi lebih kuat hingga tubuh Jiae pun ikut tertarik mendekat ke arah Yoongi.

Yoongi dan Jiae saling menatap dalam jarak yang sangat dekat. Yoongi tersenyum dibalik maskernya karena ia bisa melihat Jiae lebih dekat. Tak peduli dengan degup jantungnya yang mungkin bisa Jiae rasakan.

Jiae merasakan ada rasa yang berbeda dengan hatinya kini setelah ia bisa melihat lebih dekat mata pelanggannya itu. Bukan lagi rasa takut, melainkan rasa rindu yang ditimbulkan dari tatapan mata itu.

Tatapan ini....

Yoongi menurunkan maskernya hingga dagu.

"Lama tak bertemu, Yoo Jiae." Ucap Yoongi dengan senyumnya.

Jiae masih menatap Yoongi dengan tatapan tidak percaya. Bola matanya mengabsen setiap lekuk wajah Yoongi. Memastikan bahwa yang dihadapannya saat ini adalah benar-benar Min Yoongi.

Matanya, hidungnya, bibirnya, senyumnya. Ini benar-benar Min Yoongi. Ini sudah pagi kenapa aku masih bermimpi.

"Tatap aku sampai puas selama kau bisa menatapku sedekat ini."

Ucapan Yoongi membuat Jiae sedikit menjauh dari Yoongi. Sedangkan Yoongi terkekeh.

"Ba- bagaimana kau bisa ada disini?" Ucap Jiae gugup.

"Kenapa tidak? Tempat tinggalku disini." Jelas Yoongi dengan santainya sambil memasukkan kedua tangannya di saku jaketnya.

"Bu- bukankah kau sedang sibuk?"

"Jika aku disini artinya aku sedang tidak sibuk."

"Ah.. begitu.. emm.. kau butuh bunga seperti apa? Kau bisa melihat-lihat dulu disini."

Yoongi kembali terkekeh mendengar kegugupan Jiae.

Sungguh Jiae benar-benar gugup. Ia masih tidak tahu keberadaan Yoongi dihadapannya ini adalah nyata atau hanyalah mimpi.

Jika ini nyata, Jiae sungguh ingin memeluk erat Yoongi. Tapi jika ini mimpi, Jiae berharap dirinya tidak terbangun.

"Sudah ku katakan bukan, aku tidak membutuhkan bunga-bunga itu."

"La.. lu?"

"Kau pikir, aku kesini untuk apa jika bukan menemuimu?"

Jiae merasakan hawa panas di wajahnya. Yoongi tersenyum melihat pipi Jiae yang kini memerah. Cantik. Begitulah menurutnya.

Yoongi tiba-tiba berjalan mendekati Jiae. Jiae pun memundurkan langkahnya, hingga ia merasakan pinggangnya menyentuh meja kasir.

Yoongi menempatkan kedua tangannya ke meja kasir, mengurung Jiae. Yoongi mendekatkan wajahnya pada Jiae.

"Sepertinya aku harus membuatmu tersadar dulu."

Jiae mengerutkan dahinya. Bisa Jiae rasakan hembusan napas Yoongi di wajahnya membuat tubuhnya semakin menegang.

"Bukankah kau masih menganggap ini mimpi?"

Tanpa sadar Jiae mengangguk pelan. Rona pipi Jiae yang semakin memerah membuat Yoongi gemas.

"Yoo Jiae, aku akan membuatmu tersadar bahwa yang kau lihat saat ini bukanlah mimpi."

Jiae terus menatap Yoongi yang semakin mendekatkan wajahnya. Jiae melihat mata Yoongi yang menatap ke arah bibirnya. Mata Jiae pun ikut terfokus pada bibir Yoongi.

Jiae menutup matanya saat ia merasakan hidung Yoongi menyentuh hidungnya. Hembusan napas Yoongi semakin jelas terasa.

[BTS WINGS SERIES] FIRST LOVE -Suga-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang