"Aw!!" Pekik Jiae saat Yoongi mencubit pipinya.
"Sakit?"
"Tentu saja sakit, mana ada di cubit gak sakit!"
Jiae mengusap pipinya yang merah. Entah karena ulah tangan Yoongi yang mencubitnya atau karena dia malu karena Yoongi yang menatapnya masih berada di posisi yang sangat dekat dengannya.
"Baguslah."
"Apa maksudmu?"
"Artinya kau sedang tidak bermimpi."
Jiae mengerjap. Dia baru tersadar akan kebodohannya. Kenapa tadi dia harus menutup matanya saat Yoongi mendekat padanya?
Bodoh. Bagaimana bisa aku mengharapkan dia menciumku? Memalukan.
"Sudahlah, aku tak punya banyak waktu lagi." Ucap Yoongi seraya menarik pergelangan tangan Jiae mengajaknya keluar dari toko bunganya.
"Yak!!" Jiae menahan tarikan yang dilakukan Yoongi, membuat Yoongi kembali berbalik menghadap pada Jiae.
"Apa?"
"Kau mau membawaku kemana?"
"Ikut saja."
"Tidak mau!"
Jiae menghempaskan genggaman Yoongi, membuat Yoongi heran. Jiae berbalik melangkah ke meja kasir. Duduk disana membiarkan Yoongi terdiam menatapnya.
"Kenapa tidak mau?"
"Aku tidak mau pergi dengan orang yang tiba-tiba menarikku dengan seenaknya, apalagi orang itu kau!"
"Apa maksudmu?"
"Aku hanya tak ingin mencari masalah denganmu!"
"Mencari masalah apa?"
"Jangan katakan dirimu jenius jika yang begini saja kau tidak mengerti."
"Kau yang terlalu berbelit."
"Baiklah akan ku jelaskan. Min Yoongi, kau sadar kau ini siapa? Kau itu salah satu anggota dari grup ternama yang dikenal oleh seluruh dunia. Bagaimana kau bisa seenaknya mengajakku yang bukan siapa-siapa untuk berjalan-jalan bersamamu? Kau sama saja membunuhku!"
"Ku jamin kau aman bersamaku."
"Tidak. Aku tidak akan pernah mau berurusan dengan fansmu."
"Jiae-ya.. Ayolah.. Temani aku.. Waktuku disini tidak banyak. Kapan lagi aku bisa menemuimu?"
"Lebih baik kau pulang saja, habiskan waktu liburmu dengan istirahat atau menulis lirik. Bukankah itu lebih menyenangkan bagimu?"
Yoongi mengacak rambutnya kesal karena tidak bisa membujuk Jiae.
"Baiklah. Sekarang ku tanya padamu. Apa kau merindukanku?"
Jiae terdiam. Bohong jika ia tidak merindukannya. Namun, ia juga tak cukup berani mengungkapkan rasa rindunya langsung.
"Diam berarti iya. Jelas-jelas kau merindukanku, tapi kau menyuruhku pulang."
"Aku tidak bisa pergi, aku harus menjaga toko."
"Semua bunga-bunga yang ada disini aku beli, bila perlu aku beli beserta bangunan toko ini."
Jiae membulatkan matanya. Yoongi rela membeli semua bunga di tokonya hanya untuk berjalan-jalan dengannya?
"Bagaimana?"
"Sombong sekali dirimu."
"Biar saja. Untuk apa aku bekerja dan mendapatkan uang jika uang itu tidak ku gunakan?"
Jiae menghembuskan napasnya berat.
"Baiklah. Kau hanya perlu menunggu Ibuku datang sebentar lagi, tidak perlu kau membeli semua bunga disini."
"Assa!!"
Yoongi tersenyum senang. Senyum manis Yoongi yang terlihat menggemaskan itu membuat Jiae tersipu.
"Kau tunggu saja di dalam." Ucap Jiae segera pada Yoongi.
Jiae berjalan menuju pintu yang tidak jauh dari meja kasirnya. Yoongi mengikut di belakang Jiae.
"Kau bisa menonton televisi disini. Kalau kau butuh minum atau makanan ambil saja di lemari es itu."
Di dalam ruang belakang tersebut Jiae menjelaskan sambil menunjuk pada objek yang dijelaskan diikuti anggukan dari Yoongi.
Setelah Jiae menjelaskan, ia kembali melangkah menuju toko bunganya, namun langkah Jiae tertahan saat Yoongi menarik pelan pergelangan tangan Jiae membuat Jiae berbalik.
"Ibumu tidak akan lama kan?"
"Entahlah, kau tunggu saja."
Yoongi melepaskan genggamannya kemudian meraih ponsel yang ada di saku jaketnya. Segera ia mencari kontak seseorang di ponselnya.
"Aku akan menghubungi Ibumu."
"Terserah." Jiae kembali melangkah keluar.
"Halo Tante.. iya Tante ini Yoongi."
Saat Jiae sudah diambang pintu, ia kembali berbalik ke arah Yoongi. Ia mencoba memperhatikan Yoongi yang sedang berbicara dengan Ibunya lewat telepon.
"Oh ya, Tante bisa ke toko bunga sekarang?"
"Kenapa? Apa Jiae membuat masalah disana?"
"Tidak, aku hanya ingin membeli bunga yang paling cantik yang hanya ada di toko ini saja."
"Kau bisa tanyakan itu pada Jiae."
"Tidak bisa Tante. Aku hanya bisa membelinya pada Tante, karena bunga itu adalah Yoo Jiae."
"Yak!" Jiae segera merebut ponsel Yoongi.
"Ibu, jangan dengarkan dia!"
Jiae segera memutuskan sambungan telepon Yoongi dengan Ibunya. Jiae melempar ponsel Yoongi ke sofa, dengan segera ia berjalan keluar dari ruangan tersebut. Yoongi hanya tertawa melihatnya.
Jiae pun kembali ke meja kasir toko bunganya, ia segera menangkupkan wajahnya di kedua tangannya di atas meja, menutupi wajahnya yang sudah memanas.
Di dalam ruang belakang, Yoongi menyandarkan tubuhnya di sofa panjang kemudian memejamkan matanya. Meski matanya terpejam, ia tidak bisa melepaskan senyuman di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BTS WINGS SERIES] FIRST LOVE -Suga-
FanfictionYou're not Lonely Even You are Alone