E

362 73 0
                                    

Yoongi menarik Jiae setelah dirinya memarkirkan sepedanya berjajar dengan sepeda yang lainnya. Jiae yang tidak mengerti kenapa Yoongi membawanya ke tempat ini membuat dirinya mengikut saja pada Yoongi.

Yoongi menarik Jiae masuk ke dalam sebuah gedung, menyusuri lorong-lorong sepi menuju halaman belakang gedung.

Terdapat sebuah ruangan kecil di ujung halaman belakang gedung. Yoongi membawa Jiae ke dalam ruangan tersebut.

Gelap. Kotor. Begitulah penampakan di dalam ruangan tersebut. Yoongi menyalakan penerang di ponselnya. Jiae lebih mendekatkan tubuhnya pada Yoongi. Tangannya memeluk lengan Yoongi. Genggaman Yoongi di pergelangan Jiae kini berpindah pada jari-jari Jiae, menautkan jemarinya disana.

Kakinya melangkah menuju sebuah benda yang tertutup oleh kain putih. Yoongi menarik kain putih itu, membuat debu yang menempel pada kain tersebut berterbangan mengganggu saluran pernapasan keduanya.

Kedua sudut bibir Yoongi terangkat setelah dirinya melihat penampakan dari benda yang baru saja terlepas dari kain penutupnya.

Ia menatap ke arah Jiae yang terdiam mematung melihat benda dihadapannya. Piano yang dulu selalu Yoongi mainkan selagi jam istirahat sekolah masih terlihat utuh disaat benda-benda lain disekitarnya sudah lapuk, bahkan pintu ruangan tersebut hampir rapuh.

Memori Jiae kini berada pada mode rewind, mengingatkan kembali dirinya pada kenangan indah masa remajanya bersama Yoongi.

Yoongi mendudukan dirinya di kursi yang menyatu dengan piano tersebut. Kembali dirinya menarik pelan tangan Jiae, mengarahkan Jiae untuk ikut duduk di sampingnya. Jiae hanya menurut.

Yoongi menaikkan lengan jaketnya sebelum meletakkan jari-jarinya di atas tuts piano.

Yoongi mulai memainkan jemarinya di atas tuts piano, menciptakan melodi yang mengalun indah. Jiae hanya memperhatikan gerak jemari Yoongi.

Sesekali Jiae menoleh, menatap ekspresi serius Yoongi yang begitu menghayati permainan jemarinya.

Jiae tersenyum. Ia mendapatkan kembali serpihan kenangan indah yang ia rindukan bersama Yoongi.

Saat ini, Jiae berharap waktu akan terhenti membiarkan keduanya menikmati memori indah yang pernah mereka lalui di masa lalu.

Jiae memejamkan matanya. Cairan bening turun perlahan di pipi kirinya. Ia sungguh merindukan masa-masa ini. Jiae tidak ingin ini berakhir.

Meski hanya mendengarkan alunan melodi yang Yoongi ciptakan dari tekanan tuts piano, tapi itulah yang menyalurkan ketenangan dan kebahagiaan bagi Jiae.

Jiae membuka matanya kemudian mengusap pipinya yang basah, saat Yoongi menyelesaikan permainannya.

“Kau ingat tempat ini?” Tanya Yoongi seraya menatap Jiae.
Jiae mengangguk pelan.

“Sekarang tempat ini seperti rumah hantu.” Ucap Jiae.

Arah pandang keduanya menyusuri ruangan gelap yang hanya disinari oleh cahaya dari ponsel Yoongi serta sedikit cahaya matahari dari luar ruangan. Meski begitu, keduanya masih bisa sedikit melihat kondisi yang tak terdefinisikan di ruangan tersebut.

“Mungkin orang-orang di sekolah ini terkadang mendengar suara piano yang tiba-tiba dari ruangan ini, sampai-sampai tidak ada yang mau mengurus ruangan ini.”

Jiae memukul pundak Yoongi.

“Berhenti membicarakan hal yang menakutkan.”

Yoongi terkekeh.

“Aku ingin sekali kesini dan tentu aku akan kesini jika bersamamu.”

Jiae menatap Yoongi, mendengarkan lanjutan dari ucapan Yoongi.

“Meski aku sering memainkan piano, tapi rasanya berbeda dengan piano yang selalu aku mainkan dihadapanmu.”

Jiae menunduk tersenyum.

“Kau tau, aku masih berharap bahwa aku akan kembali menjadi bagian dari kebahagiaanmu meski kecil kemungkinannya.”

Yoongi menarik Jiae ke dalam pelukannya.

“Jiae-ah, apa yang harus ku lakukan?”

Tak ada jawaban, hanya isakan kecil dari Jiae yang terdengar.

Jika boleh Jiae egois, sungguh Jiae tidak ingin lagi melihat Yoongi hanya dari layar kaca atau pun mendengarkan suara Yoongi lewat pemutar musiknya. Jiae ingin Yoongi tetap disini bersamanya.

Mereka terdiam dalam pelukan menyalurkan setiap rasa yang ada di hati mereka, seolah tak ingin keduanya kembali berpisah.

Yoongi semakin menenggelamkan wajahnya di leher Jiae menghirup aroma tubuh milik Jiae yang sebentar lagi hanya akan menjadi aroma wangi akan selalu ia rindukan. Sungguh, Yoongi tidak ingin melepaskan Jiae.

Meski keduanya diliputi perasaan saling ingin memiliki, namun mereka sadar bahwa ada rencana Tuhan yang lebih indah untuk kehidupan mereka jika mereka mencoba untuk lebih bersabar.

[BTS WINGS SERIES] FIRST LOVE -Suga-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang