V

419 74 5
                                    

Yoongi yang datang secara tiba-tiba dan mengajaknya bersepeda menjadikan hari ini adalah hari yang bahagia bagi Jiae. Tak hentinya Yoongi mengingatkan akan kenangan masa remaja mereka sepanjang jalan membuat pipi Jiae bersemu.

Beruntung Yoongi tidak bisa melihat pipi Jiae yang bersemu karena posisinya kini Jiae yang mengendarai sepeda. Sedangkan Yoongi dengan santainya duduk bercerita di belakang Jiae yang kesulitan mengayuh sepedanya. Membuat Jiae kesal.

"Kalau aku mengendarainya, bisa saja ada orang yang mengenaliku. Tapi kalau aku duduk di belakangmu, setidaknya wajahku bisa tertutup badanmu."

Begitulah alasan yang Yoongi lontarkan hingga akhirnya dengan terpaksa Jiae yang mengendarai sepedanya.

Namun, senyum Yoongi yang bisa Jiae lihat melalui kaca spion di pegangan sepedanya membuat rasa bahagia lebih mendominasi perasaannya, menghilangkan kekesalannya dan lelahnya. Senyum manis Yoongi itu hampir membuat Jiae tidak fokus saat mengendarai sepedanya.

Angin musim semi serta bunga-bunga yang bermekaran menambah suasana manis bagi perjalanan keduanya.

"Yoongi-ah, sebenarnya kau mau kita kemana? Aku sudah lelah."

"Baiklah, kita istirahat di cafe depan."

Jiae mengayuh sepedanya menuju cafe yang ditunjuk Yoongi. Yoongi lebih dahulu memasuki cafe meninggalkan Jiae. Jiae mengepalkan tinjunya ke udara yang mengarah pada Yoongi dengan ekspresi kesalnya.

Jiae melihat Yoongi yang sedang mengantri untuk memesan. Yoongi menoleh ke samping saat Jiae menepuk pundaknya.

"Aku duduk di situ." Ucap Jiae pelan sambil menunjuk kursi kosong yang berada di pojok.

Yoongi pun mengangguk saat matanya mengikut arah tunjuk Jiae.

Jiae pun duduk di tempat yang tadi sudah disepakati dengan Yoongi. Ia mengeluarkan ponselnya, memainkannya. Entah apa yang ia lakukan dengan ponselnya itu.

Tanpa Jiae sadari, Yoongi sudah duduk di depannya tersenyum memperhatikannya.

"Apa ponselmu itu lebih menarik dariku?"

"Oh, kau sudah selesai?"

"Hmm.." Yoongi mengangguk.

"Pesan apa?"

"Entahlah, aku memesan apa yang terlihat enak."

"Bagaimana kalau ternyata tidak enak?"

"Tidak usah dimakan."

Jiae memutar bola matanya.

"Terserah."

"Apa kau pernah kesini?"

"Tidak, ini pertama kalinya aku kesini. Bahkan aku baru tau ada cafe disini."

"Apa ini juga pertama kalinya kau makan di luar bersama laki-laki setelah bertahun-tahun berpisah denganku?"

"Tidak juga. Aku melakukan kencan dengan beberapa pria sebelum akhirnya ku putuskan membantu Ibu di toko bunga."

Yoongi mengangguk. Ada rasa tidak suka terlihat dari ekspresi wajahnya.

"Kau pikir aku tidak bisa melupakanmu?"

"Baguslah kalau kau bahagia selama kita berpisah." Gumam Yoongi yang bisa Jiae dengar.

Sungguh, semenjak Yoongi memutuskan untuk menjalani pelatihan di Seoul, Jiae sama sekali tidak bisa melupakan Yoongi. Sebagian dari kebahagiaan Jiae hilang.

Bagi Jiae, Yoongi adalah laki-laki asing pertama yang mengenalkan dirinya tentang cinta. Satu-satunya orang yang melukiskan kenangan indah di masa remaja Jiae, itulah Yoongi.

Pelayan cafe pun datang membawa pesanan Yoongi.

"Matcha ice cream dan ice americano. Ada yang bisa dibantu lagi?" Ucap sang pelayan sembari meletakkan pesanan Yoongi.

"Tidak, terimakasih." Ucap Yoongi.

"Woah Min Yoongi.. Kau masih ingat kesukaanku rupanya."

"Aku hanya ingat kau suka ice cream dan matcha. Jadi ku pilih saja ini."

"Katakan saja kau tidak bisa melupakanku, huh?"

"Benar. Aku tidak bisa melupakanmu."

Jiae terdiam mendengar pengakuan Yoongi. Ia menundukkan wajahnya, matanya tertuju pada makanan di hadapannya.

"Setelah kita berpisah, kesempatanmu untuk berkencan lebih banyak. Membuatku selalu memikirkanmu. Aku masih belum bisa menerima jika aku melihatmu tersenyum pada pria lain dan menggenggam erat tangannya."

Jiae mendengarkan ucapan Yoongi sambil melahap makanannya. Arah pandangnya masih tertuju pada makanannya, Jiae malu jika Yoongi melihat rona pipinya saat ini.

"Setiap kali aku pulang, ingin sekali aku datang menemuimu. Kudengar dari Ibumu kau sudah punya kekasih, ku urungkan niatku untuk menemuimu. Tapi kali ini, aku tidak peduli jika nanti ketauan oleh kekasihmu kau sedang bersamaku."

"Bersyukurlah, karna saat ini aku tidak punya kekasih."

"Setelah putus dariku, berapa banyak pria yang kau kencani?"

"Kau pikir aku perempuan macam apa yang memiliki banyak mantan kekasih? Lagi pula itu bukan urusanmu."

"Aku hanya penasaran saja. Pria seperti apa yang membuatmu mudah melupakanku? Bagaimana cara pria itu membuatmu bahagia? Atau apakah pria-pria itu menyakitimu?"

"Sudahlah, aku malas membahas tentang itu."

Yoongi benar, setelah Jiae berpisah dengan Yoongi, Jiae lebih sering menangis. Selama Jiae menjalani hubungan dengan pria lain selain Yoongi, dirinya selalu berada di posisi yang tersakiti.

Jiae sempat berpikir, apa mungkin ini karma karena dulu dirinyalah yang memutuskan hubungannya dengan Yoongi. Tapi alasan Jiae melepaskan Yoongi itu karena Jiae tidak ingin menjadi penghalang bagi mimpi Yoongi, Jiae tahu tentang mimpi Yoongi.

Jiae berusaha untuk melupakan Yoongi dengan berkencan dengan beberapa pria. Namun, usaha yang ia lakukan membuat dirinya semakin merindukan Yoongi setiap saat. Hingga ia menyerah dan berharap Yoongi kembali mengukir kembali kenangan indah bersamanya meski itu mustahil.

"Cepat habiskan makananmu, aku ingin mengunjungi suatu tempat."

"Kemana?"

"Lihat saja nanti."

"Kalau begitu, kau yang mengayuh sepedanya!"

"Oke."

[BTS WINGS SERIES] FIRST LOVE -Suga-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang