[author pov]
Ketua BEM gila hormat sekarang lagi berdiri di atas podium minimalis di pinggir lapangan. Dengan para anggota BEM lain berdiri di sisi belakang podium. Sedangkan maba duduk di tengah lapangan ditemani terik matahari. Toak sudah ditangan, bersiap memberikan pengumuman.
"Kegiatan ospek hari ini telah selesai. Besok, kalian akan menghadapi ospek terakhir. Harap membawa perlengkapan yang telah diberitahukan tadi pagi. Dan untuk besok, pukul 6 sore kalian sudah harus tiba disini."
"Sekarang, kalian bisa kembali ke rumah masing-masing. Selamat sore."
"Selamat sore." Sahut maba kompak. Terus satu per satu berdiri menghambur pergi.
Siwon berbalik badan, memberikan pengumuan singkat pada para anggota BEM.
"Buat kalian, besok jam 4 sore harus udah di kampus."
"Siap ketua." Jawab para anggota.
"Eunhyuk, persiapan jurit malam udah beres kan?"
"Udah bro, tenang aja." Eunhyuk cengengesan.
"Oke. Kalo gitu, kalian bisa pulang. Sampai jumpa besok." Ucapnya mengakhiri.
[yoona pov]
Capek. Dari jam enam pagi udah dikampus. Dan sekarang jam 4 sore. Nasib jadi mahasiswi sibuk tuh gini nih.
Barusan gue ngambil tas di ruang BEM. Sekarang mau cabut pulang. Udah pesen grab taxi sih, tinggal cus ke depan buat waiting. Pas gue udah di lantai satu nih, eh mendadak ada yang manggil.
"Yoona!"
Ternyata itu si ketua gila hormat.
"Apaan?"
"Ambilin map merah di meja pak Samsul dong. Gue lupa ngambil tadi." Ucapnya enteng sambil megang ponsel yang ditempelkan ditelinga.
Gue be like: kenapa harus gue?
Liat gue diem aja, dia ngomong lagi. "Tolong dong, Yoon. Lo gak liat gue lagi nelfon nih?"
Liat lah.
Gue kaga buta maz.
Sebenernya sih gue fine fine aja, cuma ngambil map doang. Tapi.
Mapnya itu diruang guru. Dan ruang itu di lantai empat. Jadi, gue harus naek tangga dari lantai satu ke lantai empat. Bayangin aja gaes.
Dengan cepat, gue mengeluarkan jurus memelas. Gue megang kepala, acting seolah-olah lagi pusing gitchu.
"Aduh. Siwon. Kepala gue pusing nih. Harus buru-buru pulang."
"Gausah drama lu. Buruan ambil sana. Gue tunggu disini."
Gue berdecak kezel, "Ambil sendiri dong. Lo kan punya tangan kaki. Masih sempurna kan? Yaudah sana ambil."
"Lo itu bawahan disini ya. Harus nurut apa kata ketua. Udah sana cepet ambil!" Gertaknya.
Hadudu.
Yaudin gue pun menuruti apa kata KETUA.
Satu demi satu tangga gue lewati dengan perlahan. Lantai satu ke lantai empat. Ini bagaikan menaiki puncak gunung Himalaya. Terdengar lebay memang. Tapi ini serius. Mana gua ga sampe-sampe lagi. Disaat seperti ini, mendadak gue berharap kampus gue punya liftnya. Biar cecan-cecan pada gak kecapekan turun naik tangga. Macam aku ini. Miriz.
Akhirnya gue sampe di ruang guru. Suasana sepi so pasti karena masih suasana ospek. Guru dan mahasiswa/i lain masih merasakan liburan.
Udah ah gue langsung cus nyari map merah di meja pak Samsul. Biar cepet pulang. Gue keluar dari ruang guru terus turun tangga dengan kecepatan super. Baru inget kalo gue udah mesen grab. Kan kasian kalo maz grab taxi waitingin akunya kelamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong | yoonhun
Fanfiction+bhs nonbaku +receh insyaallah Tipe ideal Garneta Yoona selama ini adalah pria yang berusia satu atau dua tahun di atasnya. Namun, mendadak ada seorang pria muda alias brondong yang menyatakan cinta padanya. Lantas, apakah Yoona akan tetap memegang...