[yoona pov]
Ini kira-kira udah 22 menit, bentar lagi kita nyampe garis finish. Setelah beberapa kali gue mengeluarkan jeritan-jeritan nyaring.
Gue sempet mikir, ini kan hutan yak. Apalagi udah malem gini, jam setengah sembilan. Pasti kan dedemit yang asli pada keluyuran yak. Nah gue tuh tadi mikir, gimana kalo sampe ada yang 'beneran' ikut main jurit malam. Anjir kan serem.
Fyi, jadi selama perjalanan kita, si Sehun terus genggam tangan gue. Takut ilang katanya. Karena alasan dia masuk akal plus gue emang beneran takut yowes gue ikhlaskan dia memegang jemari mulus ini.
"Mana sih finishnya? Perasaan kita ga nyampe-nyampe dah." Keluh gue yang mulai lelah meratapi nasib.
"Bentar lagi palingan kak."
"Ayok jalannya cepetin." Gue geret tangan Sehun biar jalan lebih cepet.
"Pelan-pelan dong kak."
"Aduh, lama lo." Akhirnya gue lepasin tangan dia, gue jalan duluan karena jujur dia lelet banget sumpah.
"Kak!" Sehun di belakang manggil-manggil gue. Iya, jadi ini gue jalan udah sekitar 4 meter di depan dia.
"AAAAAAAAAAKKKKKKK."
Kualat. Kaki kanan gue masuk ke lubang yang cukup dalem. Dari lutut ke bawah tenggelam di lubang itu. Saatnya bilang....
Bang?
Sat.
Sehun langsung nyamperin gue dengan panik. Setelah tau kaki gue nyemplung, dia langsung bantuin gue keluar dari lubang jahanam itu.
"Lo gapapa kak?" Tanyanya cemas. Kedengeran banget dari nada suaranya bor.
"Gapa—"
"Aww." Anjir lah. Baru gue mau bilang gapapa eh taunya kaki gue sakit rasanya. Ini mah terkilir nampaknya:(
Eeee–ta–terangkanlah
"Kan udah gue bilang pelan-pelan tadi. Gini nih akibatnya kalo orang gamau nurut. Celaka kan lo jadinya kak. Bandel amat sih jadi cewe." Dia ngebacod gaes. Berasa kek emak tiri gitu ngomelinnya. Sebel pevita jadinya.
"Bisa gak sih lo gausah marah2 disaat begini?"
"Lagian elo sih..."
Bodo amat. Gue lanjut aja jalan, ora urus dia mau ngomong apa dah ah.
Sialnya, kaki kanan gue gabisa jalan. Aduh ini sih beneran terkilir syudah pasti.
"Udah tau sakit masih aja dipaksain jalan." Dia udah di samping gue aja. Dan ngomel. Lagi.
Gue cuma bales dengan decakan kesal.
Eh tiba-tiba dia jongkok. "Sini naik ke punggung gue."
Kaget dong gue. Yakali gue digendong di punggung dia. Dikira tuyul entar wqwq.
"Apaan sih lo. Gue bisa jalan sendiri."
"Naik atau lo gue tinggal disini."
ANJAYYYYY.
GUA DIANCAM SHAYY.
SYITT LAAAA.
"Cepetan naik." Tak punya pilihan lain. Daripada gue ditinggal entar ditemenin dedemit, yowes tak pilih naik ke punggungnya saja.
Gue udah naik di punggungnya. Dia masih dalam keadaan jongkok nih. "Tangan lo lingkarin di leher gue. Biar gak jatoh."
"Iya, iya." Gue pun menuruti apa suruhan dia barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Brondong | yoonhun
Fanfiction+bhs nonbaku +receh insyaallah Tipe ideal Garneta Yoona selama ini adalah pria yang berusia satu atau dua tahun di atasnya. Namun, mendadak ada seorang pria muda alias brondong yang menyatakan cinta padanya. Lantas, apakah Yoona akan tetap memegang...