Pemaksaan yang Dipaksakan (2)

1K 119 16
                                    

Luhan bersungut-sungut begitu keluar dari kamar mandi dengan sehelai handuk yang menutupi dari pinggang hingga lututnya dan sehelai lagi yang tengah ia gunakan untuk mengusap rambutnya yang basah sehabis keramas. Saat mendapati kemungkinan bahwa ia telah dilecehkan dalam keadaan tidak sadar, Luhan kehilangan mood-nya untuk mencoba Jacuzzi dan jet air yang sedari awal telah mencuri perhatiannya. Alhasil, ia hanya membasuh tubuhnya dengan pancuran shower. Walau ia sempat kembali terkesima saat mendapati sabun dan shampoo bermerk yang harganya pasti mahal, bahkan ia memakainya dengan penuh kekaguman jika ia tidak mengingat kejadian malam tadi yang masih belum diingatnya. Apa saja yang mungkin telah dilakukan oleh si Tuan Oh itu?

Kembali Luhan menggerutu sambil masih asyik menggosok rambutnya. Kakinya melangkah mendekati lemari besar yang terletak di sisi kiri ranjang. Mungkin ia dapat menemukan pakaian yang cocok untuknya. Persetan dengan sopan santun, memang sejak kapan ia memiliki sifat itu?

Tangan kanannya meraih pintu lemari dan menariknya pelan, sedangkan tangan kirinya masih bertengger di kepalanya. Matanya bergerak liar mencari-cari pakaian santai yang mungkin saja seukuran dengannya meskipun mustahil karena hampir seluruh pakaian di dalam lemari memiliki ukuran dua kali lebih besar dari tubuhnya.

"Apa yang kau lakukan?" sebuah suara berat menyapa indra pendengaran Luhan, membuat lelaki cantik itu berbalik cepat demi mendapati Sehun yang tengah menatapnya dengan liar.

Tanpa sadar Luhan mengikuti arah pandang Sehun yang terarah pada – oh shit – handuk yang masih bertengger di pinggangnya.

Menyadari adanya bahaya, Luhan langsung menarik handuk di kepalanya untuk menutupi tubuhnya walaupun itu sia-sia. Bahkan wajahnya memasang tampang galak yang entah mengapa terlihat menggemaskan di mata Sehun. Mata rusanya yang cemerlang tengah melotot ke arahnya. Namun bukannya membuat Sehun merasa terintimidasi, pelototan Luhan malah membuat lelaki pucat semakin gemas.

"Apa yang kau lakukan di sini?!" ketus Luhan sambil terus mempertahankan posisinya. Walaupun ia merasa cukup ketakutan saat Sehun bergerak mendekat.

"Yak! Berhenti di situ!" teriak Luhan. Namun Sehun tidak menurut dan terus saja berjalan mendekati Luhan. Dekat. Sangat dekat. Hingga rasanya Luhan seakan ingin mati saking gugupnya.

"Kau...-" ucapan Sehun menggantung. Sedangkan Luhan menunggu lanjutan kalimatnya dengan jantung yang berdegup kencang.

"-sudah bangun."

Ingin rasanya Luhan menampar wajah datar Sehun saat lelaki pucat itu mengatakan hal sebodoh itu. Jelas-jelas Luhan sudah bangun, bahkan berdiri di hadapannya dalam kesadaran penuh, kenapa Sehun mengatakan itu untuk menegaskan hal yang sudah jelas?

"Tentu saja, Bodoh," desis Luhan.

Raut wajah Sehun berubah.

"Bodoh? Kau memanggilku 'Bodoh'?" tekan Sehun. "Beraninya kau mengataiku bodoh di saat kau sudah menumpang di tempatku!" Sehun mendengus sambil memalingkan wajahnya dari Luhan tanpa membuat jarak di antara mereka.

Luhan berkedip. Sekali. Dua kali. Lalu wajahnya berubah merah padam. Dia marah!

"Kau yang membawaku ke sini?" desisnya penuh ancaman. Begitu mendapat jawaban berupa anggukan dari Sehun, Luhan langsung meradang seketika.

"YAKK!!! Dasar namja mesum. Apa yang kau lakukan padaku kemarin? K-kau mengambil keuntungan dariku di saat aku tidak sadar? Apa kau melakukannya? Melakukan seperti yang Baekhyun dan Chanyeol lakukan?" murka Luhan sambil bergerak brutal memukul dan menendang Sehun. Apapun dilakukannya demi menyiksa lelaki pucat yang tengah kelimpungan mengatasi serbuannya itu.

"Ya! Aku melakukannya. Kau mau apa?" bentak Sehun.

Di luar dugaan, Luhan berhenti seketika. Tanpa dapat ditebak, lelaki cantik itu menangis. Menangis dengan kencangnya disertai rengekkan seperti anak kecil.

CHANGE 《Hunhan Couple》(SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang