Berusahalah untuk Membedakan Penasaran dan Ketertarikan (3)

800 95 24
                                    

"Luhan."

Sebuah suara berat menyusup ke indra pendengaran Luhan. Suara yang terdengar sedingin es dan terasa asing di telinganya.

Kedua sosok yang masih saling berpagut mesra itu langsung tergeragap dan sesegera mungkin mencoba memisahkan diri. Mencari asal sumber suara, dan Luhan mendapati sepasang mata setajam elang yang tengah menatapnya dengan ekspresi menusuk. Ditambah alisnya yang mengerut dan menyatu dengan kernyitan kening yang kentara. Lalu pandangan sosok itu mengarah kepada Yifan. Terdengar decihan pelan keluar dari bibir tipisnya yang terkatup rapat.

"S-Sehun," lirih Luhan pelan.

Perasaannya saat ini tidak karuan. Sensasi menggelitik di perutnya karena ciuman Yifan tadi masih terasa sebegitu menyenangkannya. Namun ia merasa bingung akan perasaan gelisah saat mendapati tatapan marah, kecewa, atau kalau Luhan boleh menebak - cemburu? - yang terpancar secara transparan di mata Sehun. Seakan lelaki itu membiarkan siapapun dapat menyelami pikirannya, dan hal itu membuat Luhan semakin merasa resah.

Ada apa dengan dirinya? Kenapa ia merasa tidak enak hati pada lelaki albino itu? Luhan benar-benar tidak memahami perasaannya sekarang.

Ah, mungkinkah karena ia merasa bersalah harus menunjukkan kemesraan yang tidak lazim sebagai sambutan tamu untuk Sehun? Mungkin begitu. Karena semua orang pasti akan merasa risih jika bertamu ke tempat orang lain dan mendapati adegan skinship seperti tadi di depan mata mereka sebagai bentuk sambutan tamu. Haahhh, bisa-bisanya ia berpikir Sehun tengah cemburu kepada Luhan dan Yifan.

Luhan menurunkan tubuhnya dari konter, berdiri di samping Yifan yang hanya diam dengan ekspresi kesalnya.

"A-ada apa kau kemari, Sehun?" Tanya Luhan. Demi apapun, Luhan sudah berusaha agar suaranya terdengar baik dan terkontrol, namun suaranya malah terdengar gugup bagaikan tikus yang terjepit perangkap.

"Aku mencari Baekhyun," balasnya singkat. Tatapan mata itu, dan nada bicaranya yang dingin membuat Luhan sedikit terkejut. Pasalnya tadi pagi Sehun masih begitu baik dan perhatian kepadanya, namun sekarang lelaki itu bahkan enggan menatap ke arahnya saat membalas pertanyaannya.

"Oh, Baekhyun ada di kamarnya. Ia sedang tidur," jelas Luhan tanpa mengindahkan perasaan nyeri yang menyerang sudut kecil di hatinya.

Lelaki pucat itu mengangguk singkat. Lalu meninggalkan Luhan dan Yifan tanpa kata. Sedangkan pandangan terus mengikuti pergerakan Sehun hingga punggung tegap itu hilang di balik pintu kamar Baekhyun.

"Lu, siapa dia?" Tanya Yifan. Tangannya mengelus pelan pipi Luhan. Sangat lembut dan penuh perasaan.

Namun, entah bagaimana Luhan menerima elusan itu dengan senang hati. Ia masih bingung akan kejelasan perasaannya pada Yifan saat ini.

"Dia temannya Baekhyun," sahut Luhan pelan.

* * *

Other Side

Seumur hidupku, aku tidak pernah merasakan yang namanya cinta. Aku tidak pernah merasakan kasih sayang yang tulus dari siapapun. Bahkan kedua orangtuaku tidak pernah memberikan curahan kasih sayang yang selalu didapatkan anak lainnya. Namun, mengapa hidupku berbeda? Kenapa aku tidak bisa merasakan kasih sayang dari orang-orang yang ku sayangi setulus hati?

Ayah dan ibuku bukanlah pasangan suami istri yang harmonis. Mereka sibuk dengan karir mereka masing-masing dan jarang sekali ku rasakan kehadiran mereka di rumah. Beberapa kali mereka akan pulang ke rumah, mendebatkan apapun saat mereka berpapasan, saling teriak dan caci maki, lalu kembali pergi dari rumah dengan emosi yang masih bergelayut di hati dan pikiran mereka. Bila saat itu datang, maka giliranku yang mencoba untuk tak terasakan kehadirannya, karena sejak terakhir kali aku mencoba menengahi pertengkaran mereka, aku harus mendapatkan perawatan intensif atas luka di kepalaku akibat terbentur ujung runcing meja saat terdorong oleh ayahku.

CHANGE 《Hunhan Couple》(SLOW UPDATE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang