Part 1- Dia

138 8 2
                                    

"Maaf, tadi say-". Aku tak sempat menyelesaikan ucapanku ketika timbul pertanyaan lain.

"Kau mengenalku?". Kataku bingung, bagaimana dia tau namaku. Kutatap dia dan seketika aku bertatapan dengan sepasang mata cokelat yang paling indah yang pernah kulihat. Tidak, ini bukan pertama kalinya kulihat sepasang mata itu.

Dia.

Sosok pria didepanku ini adalah sahabatku dulu.

Dan sekaligus cinta pertamaku.

Devan Aditya Ivander.

"Ehem". Batuk perempuan itu memecahkan keheningan. Aku langsung terbangun dari lamunanku. Tapi tiba- tiba tatapanku berganti menjadi tatapan bingung. Dia masih mengingatku! Bagaimana ini! Jantungku langsung berdetak begitu cepat. Aku panik, aku harus bagaimana. Seolah -olah bisa membaca pikiranku Devan mengerakkan satu tangannya kedepan dada dan menunjuk- nunjuk dada kirinya. Aku sangat bingung dengan apa yang ingin dia maksud, seketika aku merasa sangat kecewa, tersadar bahwa apa yang dia maksud adalah nametag yang menempel di kemejaku.

"tadi say-?".Tanya pria itu. Seperti penasaran dengan kelanjutan perkataanku sebelumnya.

" emmh, maaf- maaf tadi saya sedikit tidak fokus, mau pesan apa?". Kataku cepat tapi tetap dengan nada professional.

" oh, gakpapa. Santai aja. Saya mau pesan 2 Salad Ayam Saus Fresh Mayonnaise untuk appetizer, 1 Chicken Cordon Bleu dan 1 Fettuccine Carbonara untuk main course dan dessertnya cheesecake". Kata pria itu, sambil memberikan buku menu yang sebelumnya kuberikan.

"Beb!". Kata perempuan itu, sepertinya ingin mengusai tatapan kekasihnya.

"Iya Cyn. Knp?". Kata pria itu sambil mengerakkan kepalanya kearah lawan bicara.

"Jadi kapan kamu lamar aku beb?". Kata perempuan itu. Aku sedikit kaget dengan apa yang dikatakan perempuan itu. Karena takut tak bisa mengontrol emosi di wajahku dan hatiku yang tiba tiba jadi tak karuan, aku langsung bergegas pergi. Tak ingin berpikir terlalu jauh.

Berpikir tentang apa yang harus kulakukan saat harus masuk keruangan ini kedua kalinya untuk melayani sepasang kekasih yang membuat hari valentineku menjadi hari patah hati.

(tentu kamu harus bersikap professional dalam pekerjaanmu). Kata logikaku.

Tapi bisakah aku?. Sekarang hatiku yang berbicara.

FlashBackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang