Part 2- Ceroboh

116 7 0
                                    

Akhirnya, kuputuskan untuk mengikuti kata logikaku.

Kuselipkan beberapa helai rambut yang jatuh didepan wajahku. Kutarik nafas dalam -dalam lalu kuhembuskan perlahan. Haha, sekarang aku menertawakan diriku sendiri. Entah kenapa tawa ini terasa begitu mengiris hati. Buat apa aku begitu peduli dengan ekspresi dan penampilanku sedangkan Devan saja sama sekali tidak mengingatku. Bagaimana dia bisa tidak mengenalku. Dari Dulu sampai sekarang, tak banyak yang berubah dariku. Hanya ada beberapa hal, itupun lebih kepada perilaku, sekarang aku lebih dewasa dan bertanggung jawab.

Kutarik nafas dan kuhembuskan untuk kedua kalinya sebelum aku mengetuk pintu yang terlihat seperti tertutupi tumbuhan berduri yang tumbuh di seluruh bagiannya. Siap menancap tangan siapapun yang berani mendekat . Benar. Pintu ini sekarang sangat sulit untuk kumasuki setelah kutahu apa yang ada di baliknya. Dengan hati yang kacau, kuberanikan diri untuk mengetuk pintu.

"Masuk". Terdengar suara yang sepertinya berasal dari Devan.

Kubuka pintu, dan kuletakkan makanan diatas meja. Kutuang red wine ke gelas Devan lalu ke gelas kekasihnya.

"Ah!". Teriak wanita itu.

Tanpa sengaja, aku menyenggol gelas air putih yang berada tak jauh dari gelas wine yang sedang kutuang. Air langsung membasahi gaun wanita itu. Terlihat bercak air sebesar telapak tangan diujung gaun  wanita itu. Dengan gerakkan cepat, aku segera mengambil serbet untuk membersihkan gaun wanita itu. Tanpa kusadari karena pecahan gelas dan genangan air, aku jadi kehilangan keseimbangan dan jatuh.
Devan segera bangun dari tempat duduknya dan membantuku berdiri. Untungnya aku jatuh kebelakang jadinya pecahan kaca itu tidak mengenaiku.

"Kamu gakpapa?". Tanya Devan. Sambil mencari apakah aku terkena pecahan gelas.

"Beb! Udahlah biarin aja, yang salah dia, biarin aja dia yang beresin." Kata wanita itu sambil menatapku dingin.

"Maaf -maaf". Kataku  meminta maaf sambil menundukkan kepalaku, tak berani melihat wanita yang sedang menatapku.

"Cyn..!, kamu gak boleh gitu". Kata Devan dengan nada penuh penekanan dan terlihat sedikit marah.

" beb, jangan marahin aku dan belain perempuan itu, masih untung aku gak buat dia dipecat!". Kata kekasih Devan. Sekarang ia menatap Devan dengan marah.

" aku gak belahin siapa- siapa disini, tingkah laku kamu yang kekanak- kanakkan cyn" kata Devan, kali ini tanpa diikuti amarah. Lelah untuk menenangkan kekasihnya yang sedang marah besar.  

"Van-". Kata perempuan itu terpotong dengan perkataan Devan.

"Cyn, aku capek kalau kamu marah-marah terus. Abis kita makan kita pulang". Kata Devan.

" ini semua gara- gara kamu!, hari valentine aku jadi kacau!". Kata Cynthia kepadaku. Aku hanya bisa meminta maaf dan mulai membersihkan pecahan kaca di karpet.

"Cyn.". Kata Devan dengan penekanan membuat Cynthia terdiam seketika.

"Silvia kamu boleh keluar, pecahan gelasnya suruh yang lain saja bereskan". Kata Devan melihatku dengan simpati.

Aku segera bangun dan keluar dari ruangan. Aku merasa sangat bersalah kepada Devan dan kekasihnya. Karena aku, hari valentine yang seharusnya diwarnai dengan kasih sayang malahan berubah menjadi Amarah.

Selama perjalanan keluar dari ruangan, kurasakan tatapan mematikan wanita itu. Sepertinya kecerobohanku tak habis sampai disini.....

----------------------------------
Thanks for reading.

Apakah kau suka cerita ini?

Kira- kira apa yang akan terjadi selanjutnya?

Apa yang akan terjadi sama Silvia ?

Apakah sampai disini saja amarah Cynthia?

FlashBackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang