~ The wheels on the bus go round and round
Round and round
All through the town ~Aku dan temanku, Diana, sedang berada di dalam bus sekolah yang sedang melaju dengan kecepatan stabil melintasi hiruk pikuk kota. Awalnya semua terasa biasa saja. Waktu sudah berlalu lama, namun tidak ada siswa yang naik. Supir bus tidak menyapa kami, tidak tersenyum, dan bahkan tidak melirik sedikit pun. Bus terus melaju tanpa henti seakan kami adalah penumpang terakhir yang perlu dijemput. Aku dan Diana hanya bisa saling bertukar pandang, takut bertanya, sambil terus memantau keadaan sekitar. Hingga akhirnya bus berhenti.
Dengan segera kami berdua keluar dari bus tersebut dengan perasaan gelisah dan penuh harap semua akan kembali normal. Setelah kami keluar, bus tersebut segera melaju dengan cepat meninggalkan kami. Alangkah terkejutnya kami menyadari bahwa kami tidak berada di lokasi yang kami kenali. Kami ditinggalkan di depan sebuah bangunan tinggi aneh yang tidak kami kenali. Ini bukan sekolah kami.
Bangunan tersebut sangatlah aneh. Bangunan megah yang tinggi dengan kaca sebagai dindingnya. Aku mencoba menghitung ketinggian gedung tersebut. Mungkin ada sekitar 20 lantai tingginya, atau mungkin lebih. Ada setidaknya 3 gedung dengan interior dan ketinggian yang sama di dekatnya.
Namun bukan itu yang aneh. Melainkan tembok yang mengelilingi bangunan tersebut seakan sedang mengisolasi apapun yang ada dibaliknya. Tembok yang terlalu tinggi untuk dipanjat dan terlalu kokoh untuk dihancurkan dengan alat sederhana. Tembok tersebut memiliki gerbang yang sama tingginya sebagai pintu keluar-masuk area bangunan. Gerbang putih dengan ujung berupa tongkat panah.
Aku dan Diana berjalan kearah gerbang dengan rasa penasaran. Terdapat sebuah pos penjaga disamping gerbang yang memiliki kaca sebagai penghubung ke area luar. Di dalam pos ada seorang pria tua lengkap dengan seragam berwarna biru tanpa nama pengenal yang sedang duduk dihadapan sebuah layar komputer sambil mengetik.
"Kartu?" tanya penjaga tersebut sambil mengulurkan tangannya ke arahku.
"Eh... Maaf aku bukan penghuni bangunan ini." Jawabku.
"Kartu?" penjaga tersebut terus meminta kartu yang sepertinya dibutuhkan untuk mengakses area bangunan.
"Kartu apa? Aku tidak punya kartu." Jawabku dengan nada frustrasi.
"Tidak ada kartu, tidak boleh masuk." Jawab penjaga tersebut dengan tegas.
Diana menepuk pelan bahuku. "Mungkin kartu itu yang ia maksud." Kata Diana sambil menunjuk ke bawah. Tepat di depan kaki ku, terdapat sebuah kartu tanda pengenal tanpa foto, hanya sebuah nama. "Lihatlah, nama mu tertulis di kartu itu!" Seru Diana dengan girang seakan memenangkan sebuah lotre.
Aku mengambil kartu yang tergeletak di depan ku. Mungkin salah satu penghuni bangunan tidak sengaja menjatuhkannya diluar. Benar saja, namaku tertulis di kartu tersebut. Aneh. Nama kami benar-benar sama. Bahkan kami memiliki nama keluarga yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams
RandomBuku berisi mimpi-mimpi yang di alami sang author dan teman-temannya yang di ubah kedalam bentuk cerita yang ditampilkan dalam bentuk buku di WattPad. (ribet amat) •°•°•°•°•°•°• Nama-nama orang yang bersangkutan di samarkan. Persamaan nama dan tempa...