6th Dream

2 1 0
                                    

 "Hah..."

Suara helaan napas yang berat membuatku menoleh ke arah kananku. "Kenapa?" Tanyaku pada temanku.

Dia menoleh padaku sebentar sebelum kembali mengehela napas untuk yang kesekian kalinya. "Gk tau nih. Pundakku pegal banget udah semingguan ini."

"Salah tidur kali" Jawabku dengan enteng.

"Gk tau deh. Kata orang sih ada yang nempel." Dia mengerdikkan bahunya. "Akhir-akhir ini juga sering mimpi buruk juga" Lanjutnya.

"Heee... Mana ada yang begitu. Ngapain juga nempelin kau." Aku bukannya tidak percaya ada entitas dari dunia lain seperti itu. Tapi aku tidak percaya bahwa dia bisa menganggu manusia hingga sejauh ini.

Kecuali jika entitas tersebut memiliki energi yang besar.

"Ya nggak tau lah. Yang jelas aku udah capek banget."

Tanpa pikir panjang aku menjawab, "yaudah mending transfer ke aku aja."

"Hah?!" Temanku menatapku dengan mata yang terbelalak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Dikira duit kali bisa di-transfer?"

"Dih.. malah ketawa. Aku serius tau!" Aku melihat kearah punggung temanku dengan tatapan marah dan menantang. "Heh! Kalau kuat jangan gangguin dia! Gangguin aku sini! Dia mah lemah! Beraninya sama yang lemah doang!" Ujarku penuh kekesalan kepada kehampaan yang ada dibelakang punggung temanku.

Aku marah dan kesal entah pada siapa. Pasalnya aku sudah mulai lelah mendengar keluhan temanku dan helaan napasnya setiap kami bersama. Selalu dengan masalah yang sama. Pundak yang pegal. Mimpi buruk yang tak kunjung usai. Tidur yang terganggu.

"Jangan gitu, heh! Nanti beneran datang 'gimana?" Tanya temanku khawatir.

"Ya biarin datang. Kasihan aku liat kau ngeluh mulu." Ucapkku.

-;-;-;-;-;-;-

Malah hari pun tiba, sudah hampir waktunya aku untuk tidur. Aku mempersiapkan tempat tidur dan perlengkapan tidurku seperti biasa. Merebahkan diri diatas kasur yang empuk dan menarik selimut hingga menutupi hingga bagian leherku. Lampu kamar sudah dimatikan, sehingga penerangan kamar ini hanya mengandalkan cahaya bulan yang masuk melalui sela ventilasi jendela.

Tenang. Semua terasa nyaman.

Aku menutup mataku, ingin segera menghilangkan rasa lelah dan kantukku. Tak lama kemudian, aku mulai kehilangan kesadaranku dan bersiap untuk mengaruhi lautan mimpi yang sudah menunggu sedari tadi.

-;-;-;-;-;-;-

Panas.

Nggak nyaman.

Aku menyibakkan selimutku ke sebelah, ingin segera kembali ke mimpiku. Namun ada perasaan aneh yang mengganggu hati dan pikiranku. Perasaan seperti ada yang mengawasi.

Dengan kesadaran yang tipis dan rasa kesal yang menganggu, aku mengintip, melihat ke sekelilingku, ditengah kondisi setengah tertidur.

Disana. Tepat di pojok kamarku. Diatas mejaku. Aku yakin itu adalah seorang pria. Aku tidak bisa melihat wajahnya ataupun pakaian apa yang ia kenakan. Dia terlihat seperti bayi berukuran dewasa. Tapi entah kenapa aku bisa mengetahui bahwa dia adalah seorang pria.

Dia hanya duduk diatas mejaku dan memandang kearahku. Tidak ada suara. Sunyi. Bahkan tidak terdengar suara jangkrik yang biasanya memeriahkan dan merayakan tidurku. Terlalu tenang untuk sebuah gangguan. Anehnya aku tidak merasa takut atau terancam. Aku tidak bisa merasakan apapun. Entah karena rasa kesalku atau karena rasa kantukku yang mulai menerjang.

Aku menutup mataku dan berbalik membelakangi makhluk tersebut. Aku tidak peduli terhadapnya. Selama dia tidak menganggu, biarkan saja dia terus memandangiku dari kejauhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 03, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang