Chapter 1

199 8 0
                                    

Irma Yanti Hapsari


Hai namaku Irma. Aku sedang mengikuti MOS di SMA baruku. Aku masuk ke sekolah ini dengan beasiswa yang kudapat. Bukannya keluargaku tidak mampu membayar sekolahku, tapi aku tidak mau merepotkan mereka. Aku tinggal di apertemen sederhana, aku membayarnya dengan uang kerja sambilanku sebagai penjaga supermaket. Ayahku agak tidaksetuju dengan keputusanku ini. Tapi aku beralasan ingin belajar mandiri. Jadilah ayahku setuju dengan keputusan yang kubuat. Sekarang ini aku sedang berdiri di tengah lapangan dengan kaki terangkat satu dan kedua tanganku yang menjewer kedua telingaku.Aku sedang terkena hukuman karena melawan seniorku. Dan senior yang kulawan tadi sedang menyeringai sambil menatapku.

Menyebalakan! Dan parahnya aku belum makan. Aku sudah berdiri di sini bermenit menit lamanya. Sambil menahan rasa lapar dan hausku aku menjalani hukuman dari senior kurangajar itu.

FLASHBACK

Aku sedang berlari menuju lapangan, aku tak mau sampai lapangan telat dan di marahi paraseniorku. Tapi...

Brugg!

"Aduuuhh..." kataku kesakitan, aku menabrak seseorang. Eh, mungkin juga aku di tabrak. Dan kemudian aku jatuh ke belakang.

"Kalau jalan pakai mata!" kata seseorang yang kutabrak. Dengan gaya rambut yang sederhana tapi keren, dan wajahnya itu diatas rata rata. (Ganteng sekali).

"Maaf, aku sedang buru buru!" kataku sesopan mungkin. Bisa kulihat dari seragam yang dia kenakan, dia adalah seniorku.

"Gadis bodoh! Kau pikir ini jalan nenek moyangmu! Kalau jalan itu pakai mata!" katanya marah marah.

"Apa? Kau ini yangh bodoh! Mana ada orang jalan dengan mata. Semua orang berjalan dengan kaki! Masa kau tidak tahu dengan hal sepele seperti itu! Anak kecil pun tahu kalau jalan pakai kaki! Dasar bodoh!" kataku tak mau kalah.

Terserah dia mau kakak kelas atau bukan. Tapi pastinya dia bukan kakak anggota OSIS, karena semua kakak OSIS pasti sedang di lapangan. Jadi satu kesimpulanku, kalau kakak ini bukanlah seorang anggota OSIS.

"Kau berani melawanku rupanya," katanya.

"Kenapa tidak berani? Kita sama sama makan nasi kok," kataku.

"Hm, baiklah! Cepat kau kelapangan! " katanya.

"Siapa kau berani menyuruh nyuruhku?" kataku.

"Aku anggota OSIS adik kelasku," katanya sambil menyeringai layaknya iblis.

"Haaah!" teriakku kaget. Mana mungkin dia anggota OSIS? Aku tak melihatnya ketika perkenalan OSIS.

AND OF FLASHBACK

Jadilah aku disini. Menikmati acara 'berjemur'-ku.

"Sudah kapok adik manis?" katanya.

Aku hanya membuang muka. Terlalu malas meladeni ucapannya.

"Ternyata belum, baiklah kita tunggu sampai kamu kapok. Ok!" katanya lagi.

Apa? Tidak itu tidak boleh terjadi.

"YA kak, ya ya ya IYA! Saya sudah kapok!" kataku malas malasan.

"Hm, benarkah? Mukamu tidah meyakinkan sekali," katanya.

"Aku benar benar sudah kapok kak," kataku.

"Baiklah. Kau boleh kembali ke kelas," katanya.

"Baiklah terima-"

"Lima belas menit lagi," katanya memotong ucapanku sambil melangkah pergi menjauhiku. Sialan! Dasar senior menyebalkan.

Sekarang aku sudah berada dikelas. Disampingku ada Elisa yang sedang memainkan jari kukunya tak jelas.

I Love My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang