Chapter 8

75 4 0
                                    

Irma berada di ruang rawatnya, Arfan sedang membelikan minuman atas rengekan dari dirinya sendiri. Dia menatap langit langit kamar rawat ini, semuanya serba putih, itu yang Irma tak suka, karena menurutnya warna kamarnya ini terlalu menyilaukan.

"Irma kau sendirian? Dimana Arfan?" kata ibu Irma yang baru saja masuk kedalam kamar rawat Irma.

"Ibu! Ibu mengagetkanku saja… Arfan sedang membeli minuman… mana ayah, Bu?"

"Ayahmu sedang pergi sebentar,"

"Ohh… Ibu tau darimana aku ada disini?"

"Tentu saja dari teman cantikmu itu. Siapa lagi kalau bukan dia,"

"Maksud Ibu Elisa?" kata Irma yang hanya dibalas anggukan kepala dari ibunya.

"Apa kau mencintai Arfan, Irma?" tanya ibu Irma tiba tiba, ada ketegasan pada kalimat itu, padahal ibunya jarang sekali berkata dengan wajah serius dan tegas seperti ini, ini membuat Irma sedikit takut dengan ibunya.

"Tentu saja, kenapa Ibu bertanya seperti itu?" kata Irma takut takut.

"Hm.. baguslah. Ternyata dunia sempit. Ibu sempat khawatir jika kau mempunyai kekasih karena ayah dan ibu ingin menjodohkanmu dengan anak teman kami. Tapi ternyata kau dan Arfan malah saling menghampiri. Rasanya hati ibu lega sekali, Irma." Kata ibu Irma sambil tersenyum hangat padanya.

"Ibuuu… aku sayang ibuuuu.." kata Irma sambil memeluk ibunya.

"Ibu ingin pulang lusa, tapi kerjaan ayah dikantor menumpuk, jadi besok ibu sudah akan pulang. Kau disini berhati hatilah, jangan sampai mengecewakan ayah dan ibu, mengerti?" kata ibu Irma yang dibalas dengan anggukan semangat Irma.

[Sementara di tempat Arfan]

Arfan sedang berjalan dari supermarket dekat rumah sakit untuk membeli permintaan Irma. Sesekali dia tesenyum kecil mengingat sifat polos adik manisnya dan awal mula mereka bertemu yang dalam waktu singkat berhasil menjebloskannya ke rasa cinta yang begitu besar. Arfan yang sedang tersenyum kecil ini yang menjadi moment penting kaum hawa yang tak boleh dilewatkan, seorang Arfan tersenyum, ini sangat jarang sekali. Tapi didepan gerbang rumah sakit dia melihat orang yang hampir membunuh adik manisnya itu berdiri sambil menyeringai menatapnya. Badannya banyak lebam tapi mungkin untuk seorang Aldy itu bukan masalah besar. Arfan mulai waspada, pandangannya jadi tajam dan senyum kecil yang tadi dia pamerkan musnah berganti menjadi raut serius tingkat dewa yang malah menambah kesan cool untuknya.

"Untuk apa kau kesini?" tanya Arfan tajam.

"Ini tolong titip ini kepada Irma, aku akan pergi, dan kau! Tolong jaga Irma untukku, dia sudah seperti Rika untukku." Kata Aldy lalu berlalu dari hadapan Arfan. Sepucuk surat beramplop putih bersih ada di genggaman Arfan. Arfan tahu, Aldy juga manusia, dan manusia pasti mempunyai hati. Arfan tahu cepat atau lambat semua ini akan terjadi. Dia hanya tersenyum dan mengguman kata 'pasti' dalam hati.
.
.
.
"Surat dari Aldy?" tanya Irma bingung, yang hanya dijawab anggukan kepala dari Arfan. kemudian tanpa pikir panjang Irma langsung membuka surat itu
____________________________________
Hei, apa kabar Irma?Kuharap kondisimu sudah membaik, maaf menjadikanmu umpan untuk menghancurkan Arfan. Tapi sekarang aku sadar cinta tidak untuk dipaksa, cinta hanya milik cinta. Kau pasti sudah mendengar cerita Rika dari Arfan? Kalau belum biar kuceritakan padamu. Rika adalah gadis yang kusuka, dia sama sepertimu, manis, polos, ceria, dan baik hati. Aku sangat mencintai dia, dulu aku dan Arfan berteman. Tapi Rika mencintai Arfan, awalnya aku bisa terima tapi ketika melihat Rika memeluk Arfan, dan Arfan yang menolak Rika, lalu Rika yang akan gantung diri dan depresi aku jadi marah besar ke Arfan. Bagiku Arfan adalah orang bodoh yang menyianyiakan cinta Rika yang begitu besar, tapi aku tahu Rika hanya mencintai Arfan, dan aku tak bisa berbuat apa apa, oleh karena itu aku ingin balas dendam ke Arfan. Tapi sekarang tenang saja, aku sudah mengikhlaskan kalian bersama, aku akan pergi ke tempat Rika, setidaknya sedikit lebih banyak dia sudah dapat menerima keberadaanku. Maaf ya Irma, aku sudah melukaimu. Aku menyayangimu, ingat aku sebagai kakakmu. Nanti kalau Arfan berbuat hal yang membutamu sakit, cari saja aku dan akan kubalas rasa sakitmu itu.

Aldy
____________________________________

Surat drai Aldy mau tak mau mebuat Irma meneteskan air mata. Dia tahu Aldy adalah orang baik, makanya dia sudah tak mempersalahkan kejadian kemarin yang hampir merenggut nyawanya, dia hanya tersenyum memandang Arfan yang ikut tersenyum, lalu kemudian Arfan memeluk Irma hangat.

"Tidak akan aku menyakitimu," kata Arfan.
"IRMAAA, ARFANNNN KAMII DATAAANGGG!" teriak suara cempreng yang mengganggu momen bahagia mereka berdua ini.

"Fennnnnnn! Bisakah kau diam! Suaramu terlalu kencang! Ini rumah sakit tahu!"

"Hehehehe,,, maaf Arfan, aku hanya terlalu bahagia., karena kita semua sudah berpacaran sekarang!" kata Fen semangat.

Pandangan Irma dan Arfan beralih ke tangan Elisa dan Fen yang bergandengan. Ayu bersama Nanda tentunya.

"Waaahh! Selamaat yaa Elisa, Fen." Kata Irma bersemangat.

Didalam ruangan putih besar itu mereka bercanda ria seakan tak ada masalah yang ada di hidup mereka, dan diluar sana Aldy dan Rika ikut tersenyum akan hidup mereka yang bisa lebih longgar dari ikatan takdir yang menyesakkan.

TAMAT
_________________________________
Uwlalalalaala akhirnya selesai jugaaaa :D
Jangan lupa reviewnya ya semuanyaaaa :D
Dan silahkan kalian tunggu cerita berikut nya. Yg akan lebih menarik dan lebih seru lagi tentunya....
Bye.. bye...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang