Chapter 7

67 3 0
                                    

"Irma!" tiba tiba terdengar suara teriakan dari arah luar. Mereka berdua langsung terkejut.

"Eh, apa kedatanganku mengganggu?" tanya seorang wanita berumur lima puluhan. Dia tersenyum senyum tak jelas melihat anaknya berdua dengan laki laki dalam satu ruangan. Tunggu! Anak? Jadi perempuan ini adalah ibu Irma? Ternyata memang begitu.

"Ibu? Kenapa ibu kesini?" tanya Irma.

"Dasar kau ini! Tentu saja kami kawatir padamu, mana ada orang tua yang tak cemas kalau mendengar anaknya terluka? Lalu kau anak muda! Siapa kau? Kenapa hanya berdua saja dengan Irma di ruangan ini?" tiba tiba seorang laki laki yang masih tegap, tapi ada garis tua di wajahnya yang menambah kesan tegas berbicara menimbrung dalam ruangan ini.

"Ayah,"

"Siapa pria itu Irma?" tanya ayah Irma.

"Kuharap kau tak lupa kalau kami ingin menjodohkanmu Irma!" kata ayah Irma penuh penekanan.

Ruangan jadi serasa tegangdalam seketika. Ibu Irma yang sudah berlonjak senang karena anaknya mempunyai pacar, langsung tersenyum kecut menyadari hal itu. Arfan sendiri langsung merasa panas, penolakan langsung dari sang mertua. Sementara Irma hanya menunduk ke bawah,takut melihat Arfan  juga tajut melihat ayahnya.

"Saya A.Arfan, saya adalah kekasih Irma!" kata Arfan tiba tiba dengan raut wajah tegas, tanpa ada keraguan sedikitpun.

"Apa? Kau A.Arfan?" teriak ayah Irma, suasana tambah tegang sekarang.

Butir demi butir keringat mengucur dari dahi Arfan, takut takut ada penolakan lagi dari sang mertua, walaupun dari luar tetap stay cool tapi dari dalam tak ada yang tahu kalau dia sedang gelisah bukan main.

"Apa ayahmu A.Arhan?" tanya ayah Irma.

"Hm, iya dan ibu saya Raisa. Anda megenal mereka?" tanya Arfan.

Rasa kawatir menyergap di hatinya. Bagaimana kalau ternyata ayahnya dan ayah Irma adalah seorang musuh? Hah! Arfan jadi tambah pusing. Sementara Irma hanya menunduk takut.

"Irma-" kata ayah Irma tajam, mendengarnya nadanya saja membuat bulu kuduk berdiri, artinya kelanjutan kalimat belakang pasti menyeramkan. Lihat berapa kali Irma mulai berkeringat dingin.

"Kau!" bentak ayah Irma kasar. Dag dig dug, Irma takut. Ayahnya pasti sedang marah besar. Pasti!

"Hanya boleh berhubungan dengannya!" kata ayah Irma akhirnya. Baik Arfan ataupun Irma terlonjak kaget tak karuan. Ada rasa lega juga di hati mereka berdua.

"Hahaha, ternyata kalian sudah jodoh! Jadi kami tak perlu menjodohkan kalian lagi! Hahaha! Aku akan segera punya cucu! Aah! Aku sudah tak sabar!" teriak ayah Irma bersemangat. Arfan hanya menyeringai, ternyata bersama Irma tak ada rintangan yang tak bisa dia lewati. Hm bersyukurlah karena, Arfan  ternyata calon suami Irma.

"Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya ibu Irma tiba tiba.

Krik krik krik.

Suasana hening seketika. Irma terlonjak kaget. Arfan menyeringai senang.

"Kapanpun kami siap!" kata Arfan mantap semakin menambah lebar senyum kedua orang tua Irma.

"Arfan! Jangan bercanda!" kata Irma.

"Aku tidak bercanda. Ayo kita menikah lalu punya anak," kata Arfan. Sungguh cara melamar yang tidak elit! Muka Irma sudah merah padam tak karuan.

"Ah! Kalian gila! Keluar semuanya! Aku mau tidur!" kata Irma lalu menyusupkan kepalnya ke dalam selimut yang dari tadi dia remas remas. Semua yang ada di ruangan ini hanya senyum senyum kecuali Irma tentunya.

"Baiklah kami ingin ke dokter dahulu, memastikan bagaimana keadaanmu. hahaha," kata ibu Irma. Kini ruangan rawat Irma hanya ada Arfan dan Irma.

"Kau tak mau menikah denganku ya adikku yang manis? Sedihnya," kata Arfan di buat buat.

"Bukannya begitu. Aku kan masih kecil," kata Irma sambil memunculkan batang kepalanya yang tadi dia sembunyikan di dalam selimut.

"Berarti kau menolakku?" kata Arfan lagi. Mukanya bertampang melas, padahal di dalam hatinya dia menyeringai tak karuan.

"Aku kan masih kecil Arfan! Kalau aku menikah denganmu, lalu aku punya anak denganmu! Jangan buatku gila Arfan!" kata Irma bersemangat. Mukanya merah padam tak karuan.

"Hahahaha… kau lucu sekali Irma! Hahaha…" Arfan tertawa terbahak bahak, sementara Irma hanya mengerucutkan bibirnya.

"Hah, aku hanya bercanda Irma, tenang saja, ok?" kata Arfan, yang hanya dibalas anggukan kepala.

"Arfan, aku mau jalan jalan," kata Irma sambil memandang Arfan dengan tatapan yang dimelas melaskan.

"Kau masih sakit Irma, jangan banyak gerak dulu," kata Arfan, walaupun dia hampir terpengaruh oleh tatapan Irma, tapi kalau dibiarkan nanti luka Irma malah lama sembuhnya.

"Ayolah Arfan, hanya sekitar rumah sakit saja kok Arfan, ya, ya, ya," kata Irma membujuk Arfan.

"Hm, baiklah, tapi ingat tidak lama lama!"

"Yeee! Arfan baik!" teriak Irma bersemangat. Arfan hanya tersenyum melihat kelakuan Irma.

Setelah mendudukan Irma di kursi roda, Arfan mulai mendorong kursi roda mengelilingi area rumah sakit sambil sesekali diselingi canda dari mereka berdua. Sesampainya di taman belakang rumah sakit, Arfan langsung berhenti menjalankan kursi roda milik Irma. Mereka berhenti di bawah pohon rindang tua yang ada di taman.

"Apa yang terjadi denganmu dan Aldy, Arfan?" tanya Irma memecah keheningan.

"Namanya Rika, dia wanita yang dicintai Aldy. Bisa dibilang cinta pertama Aldy. Tapi ketika Aldy menyatakan cintanya, Rika menolak dengan alasan dia sangat mencintaiku. Keadaan tambah parah ketika diamelihat Rika memelukku. Tapi karena aku tak mempunyai perasaan apapun pada Rika, aku menolaknya. Lalu dua hari setelah kejadian aku menolak Rika, Rika ditemukanakan gantung diri di kamarnya. Sampai sekarang Rika berada di tempat rehabilitasi. Oleh karena itu Aldy marah besar padaku," kata Arfan.

Sementara Irma sendiri hanya diam karena dia bingung ingin menjawab apa.

"Apa kau mencintaiku Arfan?"

"Kenapa tiba tiba kau bertanya seperti itu?"

"Aku hanya ragu, karena ku rasa ini berlangsung begitu cepat," kata Irma.

"Hn, hanya kau. Dan seterusnya hanya adik manisku. Selamanya dan seterusnya hanya dia yang aku cinta," kata Arfan sambil memeluk Irma dari arah belakang.

"Dasar gombal," kata Irma, tapi tak bisa di pungkiri dia merasa nyaman berada di pelukan Arfan.
.
.
.
.
__________________________
Maaf ya klu chapter yg satu ini pendek, soalnya waktu membuat chpter 7 ini, mata ku agak ngantuk😂

Tpi jgn pernah Lewatka. Ya kelanjitan ceritanya di chapter brikutnya.

Slam lopee❤

I Love My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang