Chapter 3

96 6 0
                                    

Semuanya berjalan seperti biasa. Berangkat sekolah bersama dan pulang sekolah bersama.
Tapi kali ini tak seperti biasanya. Irma berangkat sekolah sendiri. Dan kemarin dia juga pulang sekolah sendiri. Tapi anehnya, sekarang ini dia berangkat sekolah pada saat ayam mulai berkokok atau jam lima pagi. Mengejutkan memang, mengingat bel sekolahnya baru berdering jam tujuh pagi. Ada satu lagi yang aneh! Irma kelihatan berantakan sekali. Melihat dia yang seperti itu, maka kau akan yakin bahwa kau baru saja melihat hantu yang sedang berkeliaran. Semua itu terjadi karena Arfan. Ya, gara gara bocah ingusan itu.

*FLASHBACK

Irma sedang menuju kelas Arfan. Karena seperti biasanya, kalau Arfan tak datang ke kelasnya maka dialah yang akan datang ke kelas Arfan. Tapi sesampainya Irma di kelas Arfan, orang yang dicari malah tidak ada. Dan teman Arfan berkata, kalau Arfan sedang berada di perpustakaan.
Ajaib sekali bukan? Mengingat Arfan yang berandalan sekarang berada di perpustakaan. Akhirnya Irma melangkahkan kakinya ke perpustakaan. Dan benar saja, Arfan sedang duduk di bangku perpustakaan dan dia sedang membaca buku. Entah buku apa yang sedang di baca pria itu, tapi kelihatan sekali kalau dia sedang serius dan tak ingin di ganggu. Akhirnya Irma berjalan menuju bangku Arfan.

"Hei, sedang apa? Ayo pulang," kata Irma menghapiri Arfan.

"Kau pulang saja sendiri, aku sedang sibuk," kata Arfan singkat.

Irma mulai merasa heran. Karena sejak kapan Arfan berkata sekejam itu padanya?

"Kau sedang marah?"

"Menurutmu?"

"Ayo pulang," kata Irma sekali lagi.

"Aku kan sudah bilang. Kau pulang saja sendiri! Jangan seperti anak kecil! Memangnya kau tidak lihat kalau aku sedang sibuk, hah?" bentak Arfan.

Irma merasa ada sedikit rasa perih di hatinya. Rasanya seperti tak mau hidup tak mau mati. Baru kali ini Arfan memarahinya tanpa sebab.

"Maaf, aku akan pulang sendiri. Semoga urusanmu cepat selesai," kata Irma akhirnya. Sambil melangkah keluar dari perpustakaan dengan perasaan yang tak dapat di gambarkan olehnya sendiri. Sementara Arfan hanya mendengus pasrah atas kelakuannya. Dia ingin mengejar Irma, tapi di lain pihak, tugas yang di berikan oleh gurunya itu membuat dia harus duduk nyaman di bangku perpustakaan. Lihat saja nanti, pasti dia akan membakar gurunya itu hidup hidup, karena membuat hubungannya dengan Irma goyang.

*FLASHBACK OFF*

Sesampainya di sekolah, jam masih menunjukkan jam lima lewat limabelas menit pagi. Terlalu kepagian memang, tapi dia tak mau melihat muka Arfan terlebih dahulu. Dia berjalan menuju kelasnya. Di sepanjang koridor sekolah ini hanya ada dia seorang. Jelas saja dia seorang. Memangnya ada murid serajin Irma?

"Kupikir kau tak mau berangkat sekolah denganku," kata Irma

"Kenapa aku tak mau berangkat denganmu? Kau inikan pacarku,"

Kupikir kau tak suka anak kecil," jawab Irma sambil membalikkan badan dan menatap Arfan tajam.

"Hm, aku memang tidak suka anak kecil, tapi aku suka adik kelas manisku ini, ayo ke belakang sekolah.Ini masih terlalu pagi, kau ini rajin sekali," kata Arfan sambil menarik tangan Irma. Irma sendiri hanya pasrah di seret seret oleh Arfan. Dalam hati Irma berkata kalau Arfan sudah kembali lagi menjadi sosok awal si Arfan.

Sesampainya di belakang sekolah, mereka hanya duduk di bangku.

"Maafkan aku yang kemarin ya," kata Arfan yang sudah terlihat sangat serius.

"Terserah," kata Irma.

"Hei, kau masih marah? Ayolah kemarin itu aku sedang tidak bisa mengontrol emosiku, jangan marah lagi ya,"

I Love My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang