Chapter 6

62 3 0
                                    

Matahari bersinar, pemuda yang sedang duduk di samping kasur perempuan yang masihsetia memejamkan mata.

Arfan masih setia pada posisinya saat ini. Duduk di kursi samping tempat tidur dan melihat adik manisnya tertidur. Dia masih menggunakan kemeja yang kemarin dia pakai. Bercak darah masih setia menempel di kemejanya, bahkan sudah mengering. Tiba tiba ada suara ketukan pintu.

"Masuk," kata Arfan. Tampak segerombolan masuk ke dalam ruangan. Ada Elisa, Ayu, dan Darmy.

"Umm… Arfan, maafkan sepupuku ya, aku tidak pernah menyangka dia senekat itu," kata Darmy tiba tiba.

Bagaimanapun juga dia merasa sangat bersalah. Karena gara gara sepupunya, Irma jadi celaka.

"Hn,"

"Hn itu, maksudnya apa Arfan?" kata Darmy.

"Menurutmu apa?" kata Arfan balik bertanya. Memaafkan Aldy? Yang benar saja!

"Sebaiknya kita jangan ribut, nanti Irma jadi terganggu," kata Elisa  menengahi.
.
.
.
.
Sudah dua jam mereka menunggu Irma siuman. Dan yeayy! Perjuangan menunggu mereka tak terbuang sia sia. Irma sadar dari mimpi panjangnya.

"Eh, Dimana aku?" kata Irma yang sudah berhasil beradabtasi dengan cahaya di ruangan ini.

"Di rumah sakit, sebaiknya kau jangan banyak bergerak dulu," kata Arfan.

"Aaaa… Irma, akhirnya kau sadar juga. Kau tahu, kau membuat kita semua khawatir tahu! Besok besok jangan ceroboh lagi ya! Dan di sekolah jadi tidak asik kalau tidak ada kau, makanya hari ini kita membolos. Semua ini demi kau lho Irma," kata Elisa panjang kali lebar.

"Sebaiknya kalian semua pulang saja, biar aku yang merawat Irma disini." Ucap Arfan

"Hm… benar kata Arfan. lebih baik kita pulang dan biarkan Irma istirahat," kata Ayu.

"Baiklah, kalian saja yang pulang, aku masih mau di sini," kata Elisa.

Setelah semua pergi, di ruangan Irma: hanya ada Irma, Arfan dan Elisa.

"Jadi bagaimana keadaan Irma?" kata Elisa.

"Menurutmu bagaimana?"

"Kalau dia sudah sadar maka semuanya pasti akan berjalan dengan mudah. Irma bukanlah gadis lemah, pasti akan cepat sembuh,"

"Hn, aku tahu," kata Arfan. Ya, semuanya pasti akan berjalan dengan mudah. Arfan yakin itu.

"Sebenarnya kenapa Aldy senekat itu?" tanya Elisa.

"Sederhana, urusan cinta,"

"Apa Aldy mencintai Irma?"

"Entahlah, yang pasti, kau pasti telah mendengar cerita dari Fendi kan?"

"Eh, iya. Tapi aku hanya bingung siapa gadis itu?" kata Elisa.

"Entahlah, aku juga lupa," GUBRAK! Jawaban dari Arfan benar benar membuat Elisa maujatuh terjengkang. Yang benar saja. Apa karena musuhnya sudah banyak makanya dia bisa sampai lupa seperti itu?

"Aku pergi dulu, soalnya Fen sudah ada di parkiran, jadi aku pamit pulang dulu ya," kata Elisa.

"Hn,"Setelah semua pergi, barulah di kamar ini hanya ada Irma dan Arfan.

"Semuanya sudah pergi, cepat bangun!" kata Arfan tiba tiba.

"Hehehe… ketahuan ya, habis mereka berisik jadi aku pura pura tidur saja," kata Irma sambil cengengesan.

"Hei, kau ini sengaja ya, adikku sayang?"

"Eh, sengaja apa?"

"Kau sengaja membuatku jantungan kan?" Ucap Arfan.

"Tidak kok, aku saja baru sadar. Lagipula aku tidak merasa pernah mengagetkanmu," kata Irma dengan tampang polos.

"Huh, besok besok jangan lakukan tindakan bodoh lagi! Aku khawatir tahu!"

"Hehehehe iya, maaf ya Arfan. Hei, kenapa bajumu berlumuran darah! Cepat ganti baju sana! Penampilanmu mirip gembel tahu!" kata Irma marah marah. Haduuuh Irma, kau tidak tahu apa, Arfan itu khawatir sekali padamu.

"Hmm.. baiklah, aku ganti baju dulu," kata Arfan. Sebelum dia melangkah pergi-CUP! Salam perpisahan pasti ada dong. :)😂

.
.
.
.
(Sementara di tmpat Elisa dan Fendi)
"Oy! Junior jelek, sini!" teriak Fen di parkiran.

Sementar Elisa hanya mendengus atas perlakuan bodoh dari Fendi.

"Kali ini kau benar benar harus serius latihan! Pertunjukannya tinggal seminggu lagi Fen," kata Elisa.

"Hehehe… tenang saja, aku tahu. Hei, bagaimana kalau kita membolos latihan dulu, aku mau mengajakmu ke suatu tempat junior jelek,"

"Kau bilang sudah tahu! Tapi kenapa malah mau membolos latihan?" jawab Elisa kesal.
.
.
.
.
(Sementara di tmpat Arfan dan Irma)
"Seminggu lagi kau boleh pulang," kata Arfan kepada Irma, tadi dia sehabis berbincang dengan dokter yang menangani Irma, dan Irma baru di bolehkan pulang seminggu lagi.Itupun kalau keadaannya sudah benar benar membaik.

"Huft, kenapa lama sekali?"

"Hn,"

"Hei, adik manis terimakasih ya," kata Arfan lagi.

"Eh? Untuk apa?"

"Karena sudah menyelamatkanku, maaf juga sudah membuatmu terluka begini," kata Arfan dengan muka serius.

"Hm, tak apa apa,"

"Baiklah nanti setelah kau sembuh, aku akan mengajakmu jalan jalan kemanapun kau mau,"

"Waah! Benarkah? Asiiikk! Kau memang baik Arfan,"

"Hm, tapi tentu tak gratis dong," kata Arfan sambil menyeringai.

"Maksudmu?" tanya Irma dengan raut wajah bingung. Bukannya menjawab Arfan malah mendekatkan wajahnya ke wajah Irma, ini membuat jantung Irma berdetak cepat begitu pula Arfan. Dan Arfan memeluk Irma.
.
.
.
.
________________________________
Maaf yah baru update sekarang. Masalah nya aku sempat lupa akun dan sandi wattpad ku.

Tpi kli ini tidak lagi. Oh ya penasaran bagaimana kelanjutan ceritanya? Bca trus novel I love my senior di chapter selanjutnya. Bye... bye.

I Love My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang