Chapter 4

91 3 1
                                    

Perang di mulai. Itulah kata yang pantas untuk dua mahluk yang sekarang ini sedang berhadaphadapan. Mereka bukan saling berbicara akrab atau apalah itu yang menjurus ke pertemanan. Tapi mereka saling mengibarkan bendera perang satu sama lain. Aldy dan Arfan, dua duanya asyik dengan pertahanan benteng masing masing. Suasana akan menjadi panas seketika kalau kalian lewat di sini. Tatapan tajam mereka mengiringi langkah perang mereka.

"Jauhi Irma," kata Arfan dengan tampang sinis.

"Bukan aku yang mendekatinya, tapi dia yang mendekatiku. Lagipula kenapa kau harus cemburu Arfan?" kata pemuda bernama Aldy dengan tampang tak kalah sinis.

Suasana bertambah panas sekarang, padahal tempat yang sekarang sedang mereka pijaki adalah di belakang sekolah.

"Seharusnya kau tahu kalau dia adalah pacarku, Aldy!" ucap Arfan lagi dengan penuh penekanan di setiap ucapannya.

"Aku tahu, hanya saja rasanya pasti menyenangkan bisa bermain main denganmu Arfan," kata Aldy dengan seringai menyeramkannya.

"Hn, sudah ku tebak, sebaiknya kau menyerah saja. Percuma! Irma tak akan berpaling dariku,"

"Tch! Percaya diri sekali kau ini Arfan. Tuan putrimu itu bisa saja berpaling karena kelakuan menyebalkanmu,"

"Kelakuan apa? Aku selalu berbuat baik kepadanya. Kita masih berangkat dan pulang sekolah bersama," kata Arfan dengan tenang.

"Berpacaran tidak hanya berangkat dan pulang sekolah bersama. Kau lupa kalau Irma itu manusia heh? Jangan kau jadikan dia sebagai tameng perlindunganmu," kata Aldy dengan tenang. Tak ada niat sama sekali untuk menggerakkan anggota tubuhnya, padahal siapapun akan grogi kalau melihat Arfab marah besar.

"Hei! Apa yang kalian lakukan di sini? Ternyata kalian mudah akrab ya, aku jadi senang," kata seorang Irma. Dia datang dan merusak momen yang sedang panas ini. Entah menyadarinya atau tidak, tapi gadisitu tetap tersenyum kepada dua pemuda yang sedang meributkan masalah tentangnya.

"Apa yang kalian lakukan?" kata Irma, atau gadis yang tadi seenaknya merusak momen 'bahagia' dua pemuda tersebut.

"Hn, tak ada. Kau mau kemana?" kata Arfan akhirnya.

"Aku mencari Aldy,"

"Apa yang ingin kau lakukan dengan bocah itu?" kata Afan agak jengkel.

Dia memang sedang cemburu berat.

"Ohh, Aldy cuma minta tolong kepadaku untuk mengantarnya ke toko buku. Memangnya kenapa? Ayo Aldy!" kata Irma sambil menyeret tangan Aldy menjauhi Arfan. Entah menyadarinya atau tidak, tapi jelas sekali ada kilatan marah dan kesal di diri Arfan.
.
.
.
.

"Sial!" teriak seorang pemuda frustasi. Dia sedang mengikuti kekasihnya pergi ke toko buku.Tunggu! Mengikuti? Mungkin lebih tepatnya menguntit-memata matai. Yah! Seperti itulah😅. Ya, kekasihnya itu atau Irma sedang pergi dengan bocah tengik (menurutnya) ke toko buku. Cemburu. Pasti! Hanya saja dia terlalu gengsi untuk mengatakannya pada 'adik manisnya' itu. Dia mengikuti dan merekam di otaknya tiap peran dan drama, tiap kejadian, dia ingat betul rentetan peristiwanya dari A sampai Z. Tidak mau termakan rasa cemburu lagi, dia langsung pergi meninggalkan 'pemandangan' di seberang trotoar sana. (Ayolah Arfan! Pacarmu itu sedang berjalan berdua dengan Aldy, hanya berjalan! Kau bilang kau hanya memanfaatkan dia. Tapi kenapa malah cemburu? Kau ini plin plan sekali siih.😅😅)

.
.
SKIP TIME

From: Arfan

Hei, I miss you my love. :*

Sebuah pesan masuk datang di Hp Irma. Membacanya saja mukanya langsung bersemu tak karuan. (Dasar anak muda.😂)

To: Arfan

I Love My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang