Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and HinataAir bening itu tak henti-hentinya mengalir dari mutiara lembut yang meneduhkan miliknya, bahkan pipinya yang memerah dan sembab itu menjadi saksi betapa rasa sedih yang mendalam kini tengah merajai benaknya.
"Hei..." Suara baritone itu mengusik aktifitasnya yang tengah melipat seragam militer kebanggan pasukan udara Jepang itu. Buru-buru ia seka air matanya kasar ketika sang pemilik suara duduk tepat disampingnya, di kasur empuk tempat mereka memadu kasih.
"Bukankah kau sudah berjanji untuk tak menangis...?" Tangan kekar yang berwarna bagai madu itu, terulur dan mengelus lembut pipi pualam itu, menghapus jejak-jejak bukti rasa perih dari wanita tersayangnya.
Menggeleng cepat hingga poni rata nan tebal yang membingkai wajahnya bergerak ke kanan dan kiri mengikuti gerakan kepalanya, Hinata sungguh tak ingin terlihat dalam kondisi buruk seperti ini. Terlebih lagi dirinya telah berjanji untuk tak mempermasalahkan tentang tuntutan pekerjaan suaminya itu.
Naruto yang melihat sang istri dikuasai rasa pilu, mengambil inisiatif untuk melipur duka wanita tersayangnya. Ia merebahkan kepala kuningnya di pangkuan sang istri, dan hal itu berhasil membuat Hinata terkesiap. Terlebih lagi saat rasa geli menderanya saat wajah tentara itu tenggelam pada perut ratanya, dimana benih pria itu tengah tumbuh disana.
"Jagoan....." Kapten Angkatan Udara Jepang itu bermonolog dengan janin berusia tiga minggu dalam rahim istrinya itu. "Saat Tou-chan jauh nanti jangan menyusahkan Kaa-chanmu ya, nak..., jangan pilih-pilih makanan hingga membuatmu Ibumu memuntahkan semua makanannya, dan satu lagi, selalu ingatkan padanya, bahwa Tou-chanmu ini selalu mencintainya..."
Hinata tersenyum kecil sembari kembali menyeka air matanya. Tangannya kemudian mengelus surai pirang cepak yang bersandar di pangkuannya. "Naruto-kun... kami akan sangat merindukanmu nanti..."
Kepala kuning Naruto mendongak dan mengadu safir biru miliknya dengan mutiara lavender sang istri. Ia tersenyum kecil sembari mengulurkan tangannya dan meraih tangan sang istri yang sibuk bermain di helaian kuningnya. "Kalian akan selalu ada disini...." Meletakkan tangan Hinata tepat di dada kirinya, Naruto mengisyaratkan bahwa Hinata dan buah hati mereka hidup di detakan jantungnya.
"Tapi kebanggan Negara ini mengalir dalam darahku..." Sambungnya sambil meraih leher sang istri dengan tangannya yang tadi ia pergunakan untuk menggamit tangan Hinata. "Jadi kumohon jangan beratkan langkahku, sayang... Tetap disini dan selalu berdoa untukku...."
Seiring dengan anggukkan pelan tanda persetujuan Hinata, tangan Naruto kian mahir membawa wanita hamil muda itu menunduk. Memadu kedua bibir mereka, saling mengecup amat manis, membagi kasih mereka di penghujuh waktu kebersamaan mereka yang akan di pisahkan oleh tembok kerinduan.
'Hime... Maafkan aku... Aku harus meninggalkanmu disaat kau benar-benar membutuhkanku... Maafkan suami tak bergunamu ini...'
...
Hiroshima,
Japan 27 December 1944'Kau sekarang pasti sudah sedikit gendut ya....' Setitik air mata mengalir dari safir bak samudera itu. Naruto tersenyum kecut kala menatap foto hitam putih yang merefleksikan keelokan wajah dan tubuh istrinya. "Jepang sudah merebut kemnali Iwo Jima..., aku akan pulang besok, Hime..." Merebahkan tubuh tegapnya pada kasur sempit di barak yang ia huni selama di pangkalan perang pulau Hiroshima. 'Otanjoubi omedetou, Hime...'
![](https://img.wattpad.com/cover/116941693-288-k931412.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back
FanfictionSepotong kisah cinta di antara kobaran perang dunia II... Kisah lain di balik kekalahan Jepang atas sekutu... Kesedihan yang tersisip saat hancurnya Hiroshima dan Nagasaki Tentang Naruto, prajurit Jepang yang mencari tempat pulangnya pada sosok gadi...