Disclaimer : Naruto belongs only to Masashi Kishimoto
Alternate Universe Love Story Of Naruto and Hinata"Hei..., manja..., bila kau seperti ini kapal itu bisa meninggalkanmu..."
"Biarkan saja kapal itu pergi.. " Hinata kian mengeratkan rengkuhan sepasang tangan mungilnya pada pinggang tegap sang suami. Dia tak ingin barang sekejappun di pisahkan dari pelukan sang suami. Kendati Naruto telah berulang kali berusaha menjauhkan tubuh mungil sang istri yang mendekapnya erat.
Tersenyum kecut, Naruto membelai lembut kepala belakang Hinata yang di balut perban putih. Lalu sekilas bibir merah kecokelatannya mengecup sayang pucuk kepala yang menguarkan wangi harum dan amat ia sukai.
"Aku menghabiskan sebagian gajiku membeli tiket kapal itu..." Dagu lancip kecokelatannya bertumpu pada pucuk kepala Hinata, lalu sesaat kemudian menggesek lembut rahang tegasnya pada helaian kelam nan lembut milik wanita tersayangnya.
"Siapa yang menyuruhmu membelinya..., aku tak mau pergi jauh darimu..." Hinata menggeleng kuat, menggesekkan wajahnya pada dada bidang Naruto, hingga air bening dari mutiara lavendernya merembes dan membasahi seragam militer berwarna cokelat muda itu.
Hatinya terenyuh, safir birunya tak mampu lagi membendung titik demi titik air mata yang kini membasahi rahang tegasnya. Mengeratkan pelukannya pada punggung sang istri, Naruto merasakan seolah bagian dari tubuhnya harus di tarik paksa saat harus melepaskan Hinata menjauh darinya.
"Pergilah... Hokaido sangat aman untuk kalian..." Suaranya bergetar, bahkan terdengar berbisik, menandakan bahwa pria pimpinan Skuadron Kamikaze, pahlawan berani mati milik Jepang yang paling di takuti pasukan Amerika Serikat.
"Naruto-kun harus ikut... kau tak boleh menanggung semua kesalahanku...."
"Hinata..." Kali ini suara sendu Naruto berganti lebih tegas. Membuat Hinata mencicit ketakutan dan mengendurkan pelukannya. Hingga dengan mudah Naruto menggenggam sepasang lengan kecilnya dan menjeda pelukan mereka. Safir dan mutiara saling beradu. Naruto menatap tajam Hinata, sementara Hinata menatap Naruto dengan pandangan penuh mengiba. "Sekali saja... menurutlah padaku, ini untuk yang terakhir kalinya. Aku tak pernah meminta apapun padamu, bukan...? Kali ini sekali saja menurutlah padaku, tinggalkan Tokyo dan Aku."
"Sebegitu bencinyakah Naruto-kun padaku, hingga ingin menyingkirkanku dari kehidupan Naruto-kun dan mengambil alih semua kesalahanku. Beginikah cara Naruto-kun menghukumku?" Hinata meraih tangan Naruto dari lengannya dan menempelkan tangan kecokelatan itu pada perut buncitnya yang di lapisi pakaian rumah sakit berwarna biru muda.
"Demi dia... kumohon percayalah bahwa hanya Naruto-kunlah satu-satunya pria yang ku cintai dan ku izinkan menyentuhku.... Dan yang sedang tumbuh di dalam sini adalah darah daging Naruto-kun.."
Bibir merah kecokelatannnya menyunggingkan senyuman kecut. Batin Naruto seolah tercubit saat mengingat kebrengsekannya kemarin yang tega meragukan kestiaan sang istri dan asal-usul benihnya yang di kandung Hinata. Tangannya terangkat, meraih sepasang pipi gembul yang selalu memerah akibat dirinya.
"Aku mencintaimu..." Satu kalimat meluncur dari Naruto dilanjutkan dengan kecupan hangat yang medarat di kening berlapis poni rata nan tebal itu. "Aku mempercayaimu...." Kali ini kalimat itu keluar dilanjutkan dengan kecupan sayang di sepasang pipi gembulnya. "Kau adalah bagian dari hidupku..." Kali ini sepasang kelopak mata sendu Hinata yang di kecup lembut oleh bibir Naruto. "Kau harus membayar mahal untuk kepercayaan yang kutitipkan..., maka..., pergilah dari Tokyo..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Come Back
FanfictionSepotong kisah cinta di antara kobaran perang dunia II... Kisah lain di balik kekalahan Jepang atas sekutu... Kesedihan yang tersisip saat hancurnya Hiroshima dan Nagasaki Tentang Naruto, prajurit Jepang yang mencari tempat pulangnya pada sosok gadi...