Written © Moonlight-1222
Story © Moonlight-1222
Cover © Phoenixlu
......................................................................................................................................................
Spring's Tears
.
..
...
Hangatnya cinta itu seharusnya masih berdetak di dalam dada, tapi kebencian dan dusta perlahan telah mematikannya.
*
Si permata biru itu menyerah, mendesah frustasi ia menghentikan kegiatan menyulamnya--yang sangat membosankan. Ia melemparkan pandang pada kolam ikan yang berada di hadapannya. Memejamkan mata, ia memijat pangkal hidungnya. Pikirannya bercabang, ia tak bisa konsentrasi dalam hal apapun. Tidak untuk menyulam, tidak untuk jalan-jalan, dan tidak juga untuk istirahat; bahkan untuk makan dan minum saja ia enggan.
Perlahan jemarinya terangkat untuk menyentuh sesuatu yang menghiasi telinganya, sepasang anting giok biru berukiran kuda yang sewarna matanya. Sentuhan itu mengeras, mengepal dan menjerat: berniat untuk memutuskan ikatan yang menambah muak hatinya. Kemudian melemah dan terlepas, jemarinya menjauh dan bersandar pada meja, menekan erat disana sampai buku-buku jemarinya memucat dan ingatan itu mulai bermain di pelupuk matanya.
Gong yang berdentang sebanyak enam kali membuatnya terjaga, mengerjap, matanya mencoba beradaptasi. Ia merasakan hangat yang menyentuh leher belakangnya telah berpaling pada lekuk leher depannya. Mendesah sebal, ia melirik pada helai hitam yang menyembunyikan wajahnya dengan nyaman disana sembari memeluknya posesif. Cara jitu dari pria menyebalkan itu untuk membuat dirinya tak dapat berpaling di pagi hari sebelum dia membuka mata.
Ia menunggu dalam muak, menunggu mata terpejam itu membuka dan memperlihatkan sepasang mutiaranya. Oh, mata itu, ia menggigit bibir bawahnya. Ia benci pada tatapan mata itu, ia benci pada tatapan memuja penuh cinta itu. Ia benci, sangat membencinya. Tatapan itu, tatapan itu seolah tak merasa bersalah sama sekali, dan itu merupakan tatapan terkejam yang selalu pria itu berikan. Tatapan paling egois yang pernah ada. Hati kecilnya menjerit, ia akan merasa sangat lega bila berhasil menarik keluar mutiara memuakkan itu.
Satu gumaman kecil menyadarkannya, pria itu sebentar lagi akan terjaga. Senyum berpuranya menghiasi wajahnya saat kepala pria itu bergerak naik, mutiara hitam itu menatapnya sayu. "Pagi," ia menyapa lembut sebelum melarikan jemarinya pada helai hitam panjang pria itu.
Tebakannya bahwa pria itu akan langsung bangun dan melepaskan dirinya ternyata meleset. Siapa sangka bahwa mata sayu itu masih terlalu berat untuk membuka diri, terpejam lagi dan tidur tanpa rasa bersalah. Belaiannya mengambang, mengeras, dan berniat berubah menjadi jambakan saat pria itu bergumam agar ia meneruskan kegiatannya. Terpaksa, dengan hati dongkol ia kembali melarikan jari di sela-sela rambut pria itu.
Pria ini bukanlah seorang yang manja, pria ini bahkan dijuluki si hati beku kepala batu. Tapi entah kenapa saat bersama dirinya dia menjelma menjadi bayi besar yang selalu merepotkan. Huh, anggaplah semua perubahan pria ini dibawa oleh perasaan yang disebut cinta dan kenyamanan. Ia mencibir. Perubahan itu baik untuk diri pria itu, tapi tidak untuk dirinya setelah tipu muslihat pria itu terbongkar. Lidah pria itu mengandung bisa, bisa yang lebih mematikan dari ular. Pria penipu!

KAMU SEDANG MEMBACA
Spring's Tears [END]
Historical Fiction[Short Story] Sejarah mencatat pada masa kekuasaan Kaisar Ho Dinasti Han tepatnya di tahun 0097 CE, Jenderal Besar Gan Chao mengirimkan Tan Ying, seorang utusan yang ditunjuknya sebagai duta besar kemiliteran menuju Da Qin-Kekaisaran Roma. Jenderal...