Written © Moonlight-1222
Story © Moonlight-1222
Cover © Phoenixlu
***Flashback tidak dijelaskan, diharapkan pelan-pelan membaca agar tidak kebingungan.
......................................................................................................................................................
Spring’s Tears
.
..
...
Langit, dengarkanlah permintaan ini. Di kehidupan ini aku menyerah atas kebahagiaan yang tidak mampu kujaga bersamanya. Apapun yang kulakukan, kebencian itu tetap menutup hatinya. Jadi biarkan kami bertemu di kehidupan selanjutnya untuk meneruskan kebahagiaan yang tertunda ini.
...
Saat tersadar, Chun Hua menemukan dirinya tengah terbaring di ranjang kayu bertirai sutera merah. Berusaha bangkit, ia melenguh saat terasa nyeri pada tengkuknya lalu menyandarkan punggung sambil menggosok jejak memar disana. Birunya menyadari tengah berada dimana dirinya saat ini. Menyibak selimut, ia melangkah turun dan meninggalkan tempat tidur. Sepasang tinjunya mengepal. Pria jahat itu membawanya ke tempat ini.
“Kau sudah bangun?”
Chun Hua terlonjak saat seseorang keluar dari balik kegelapan, penuh kebencian birunya mengawasi orang itu yang bersandar pada salah satu tiang kayu—menatapnya dengan tangan terlipat di dada.
“Kenapa kau membawaku ke tempat ini?” Chun Hua mengambil jarak saat pria itu menegakkan punggungnya, merasa terancam, teringat bagaimana pria itu memukul tengkuknya untuk membuatnya tak sadarkan diri.
“Kau diasingkan kemari, dan aku turut menemanimu.”
Mencemooh, gadis itu bertolak pinggang. “Tidak akan ada yang berubah meski dirimu menyertai pengasingkanku. Aku tidak akan luluh, kecuali bila melihatmu membunuh dirimu sendiri, mungkin aku akan memaafkanmu.”
Dingin sekali, rasa cinta gadis itu benar-benar sirna. Amarah dan dendam membakar hatinya, menyingkirkan kehangatan yang pernah ada. Pria itu, Jun Jie, terdiam di pijakannya. Putus asa menyambangi wajah tampannya. Sepasang mutiaranya menatap sendu Chun Hua, pada cintanya, berharap gadis itu mengerti bahwa ia sangat menyesal.
Chun Hua mendengus sebelum melontarkan sarkasme, “Kau takut dengan kematian, aku mengerti, tapi aku tidak takut dengan kematian, jadi hentikan semua ini dan biarkan aku menerima hukumanku. Bukankah aku adalah penjahat yang baik yang dengan sukarela menyerahkan dirinya.”
Tinju itu mengepal, Jun Jie tak kuasa menahan amarahnya. Kayu patah menjadi pelampiasannya, lubang besar tampak di dinding. Wajahnya tertunduk dalam, menyembunyikan mata dan wajahnya yang memerah emosi.
Awalnya Chun Hua kaget, tapi dengan cepat ia memperbaiki air mukanya. “Jangan hanya memukul kayu, lampiaskan padaku.”
“Baiklah.” Jun Jie menggeram. “Kita akan mati bersama.”
Saphirenya membola saat melihat Jun Jie menarik pedangnya lalu diacungkannya pada dirinya. Rahang pria itu mengeras, mutiaranya menatap dingin dirinya. Ia berhasil memancing sisi kelam pria itu, tapi kenapa ia malah gemetar ketakutan. Bukankah ini yang ditunggunya, saat dimana pria itu akan terus hidup dihantui oleh rasa bersalahnya setelah membunuhnya. Tapi ujung mata pedang yang dibalik oleh pria itu membuatnya tertegun.

KAMU SEDANG MEMBACA
Spring's Tears [END]
Historical Fiction[Short Story] Sejarah mencatat pada masa kekuasaan Kaisar Ho Dinasti Han tepatnya di tahun 0097 CE, Jenderal Besar Gan Chao mengirimkan Tan Ying, seorang utusan yang ditunjuknya sebagai duta besar kemiliteran menuju Da Qin-Kekaisaran Roma. Jenderal...