"Sebentar lagi sampai," Anya menguatkan dirinya sendiri.
Setelah kejadian itu, Cecil yang mengerjakan hampir semuanya sementara Anya beristirahat untuk beberapa saat. Anya tentu saja merasa tidak enak hati karena melimpahkan tugasnya kepada Cecil.
Bertepatan dengan Cecil mengantarkan lemon tea, ada pesanan lagi yang datang melalui alat komunikasi khusus yang dipasang si telinga kanan. Dari kursi A4 yaitu Omelete, terkadang ada - ada saja permintaan penumpang. Tapi semua yang dibutuhkan memang sudah tersedia di dalam pesawat, bagaimana tidak? Pesawat berkelas 'kok dilawan'. Lalu dengan cekatan Anya menunjukkan keahliannya.
Matang, Anya langsung mengantarkan pesanan ke kursi A4.
"Tuhanku! Ternyata seorang anak kecil! Betapa lucunya."
"Siapa namamu dik?" Anya meletakan pesanan di meja.
"Aku Nina, ini Luciel! Kakak Nina," memberi penjelasan yang tidak diminta sambil tersenyum dengan gigi ompong satu di depan.
"Hai," Sapa Luciel dari dekat.
"Dihabiskan, Ya." Anya mengelus kepala Nina.
"Tanganmu, kelihatannya sudah diobati." Luciel yang diam-diam memperhatikan tangan Anya memberikan senyuman lega.
"Woy, Luciel kita lihat loh!" Kata seorang lelaki lain yang selama ini pura pura tidur di kursi belakang Luciel.
"Jangan macam - macam, nanti Nina lihat." Ungkap teman sebangkunya yang tidak membuka mata.
"Apaan sih ribut - ribut?" Lian terbangun dari tidurnya.
"Luciel toh?" Seorang lagi perempuan ikut bangun.
"...," Anya merasa sangat sial karena terjebak di keramaian itu, Anya memilih untuk mengindari Luciel dan mundur.
"Awas!"
Anya diperingati oleh Nina kecil namun terlambat! Saat Anya mundur dirinya tidak sengaja menginjak sepatu lelaki yang dipanggil Mia, dan ia sendiri terkejut. Menyebabkan Anya jatuh terduduk di pangkuan Mia yang masih tertidur pulas.
"Aku sudah diam pas kaki diinjak. Eh, kamu malah duduk." Mia berbicara lalu menghela nafas seraya menahan beban dipangkuan, namun tidak tertarik memandang rupa lawan bicaranya.
"Maafkan saya!" Anya mencoba bangun.
Sebelum Anya sempat berdiri dia merasakan dorongan keras dari belakang, Cecil terlambat menolong. Menyebabkan sikutnya terbentur keras sanggahan tangan di kursi yang Nina duduki. Anya merasa sakit dan sesak napas seketika, karena sikutnya yang berdarah - darah.
"Nona saya tidak bermaksud," Anya mencoba menjelaskan sambil menahan luka yang mengucur terus.
"Masih bisa bicara?!" Bentak Lian yang hendak menampar Anya.
"Sudahlah, jangan ribut." Mia sebal karena waktu tidurnya terusik.
"Mia sayang~ gak kenapa - napa kan?" Lian duduk lagi sambil mengibas yang dianggapnya kotoran dititik koordinat yang diduduki Anya.
"Ayo kubantu," Luciel membantu Anya berdiri.
"Jangan! Jangan buat dia berjalan!" Cecil mendekat dengan panik.
"Apa maksudmu?" Luciel heran, begitu juga penumpang lain.
"Pokoknya jangan buat dia bergerak, bisa tolong gendong dia ke kabin depan?" Cecil memohon kepada Luciel.
"Tuh kan, sudah dibayar minta digendong pula. Ish ish .." Lian menginjak harga diri Anya.
Luciel tidak mendengar perkataan Lian. Ia melakukan apa yang di suruh Cecil, dengan baik hati diangkatnya Anya ke kabin depan. Tapi darahnya tidak berhenti - berhenti mengucur keluar.
"Aku harus panggil kapten NN... Bagaimana ini..." Cecil panik.
Tapi Luciel mencoba tenang, ia menyuruh Cecil jangan memperburuk suasana. Lalu Cecil mulai tenang dan menjelaskan penyakit Anya.
"HEMOFILIA??!!" Ganti Luciel yang heboh.
Luciel menyuruh Cecil mengambilkan es batu dan diletakkan dalam plastik atau kain untuk mengompres sikut Anya dan juga kotak P3K. Cecil sigap memberikan semua yang Luciel perlukan.
Luciel mengompres sikut Anya. Anya yang sudah lemas hanya bisa diam diri pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Luciel menggunakan perban elastis untuk membalut persendian yang terluka. Tekanan yang tidak terlalu keras dari perban dapat memperlambat laju perdarahan dan menyokong persendian, lalu membaringkan Anya dengan meletakkan bantal di tangannya sehingga posisi luka lebih tinggi dari jantung. Tindakan ini akan menurunkan tekanan pada bagian yang terluka sehingga dapat memperlambat laju keluarnya darah.
"Maaf," Anya yang sudah mulai tenang meminta maaf.
"Seharusnya aku yang minta maaf, mana obatmu? Pasti bawa, Kan?" Luciel bertanya.
"Akan saya ambilkan," Cecil melesat dengan kecepatan penuh.
"Kamu dokter?" Tanya Anya yang penasaran.
"Belum, tapi sebentar lagi aku akan lulus." Luciel duduk disebelah Anya sambil tersenyum ramah.
"Tidak perlu hebat, kurasa dengan wajah demikian dia akan langsung diluluskan."
"Betapa indahnya jika aku menemukan hati yang tidak pernah menuntut apa - apa dariku kecuali sebatas keinginan untuk melihatku lebih baik"
***
![](https://img.wattpad.com/cover/118314323-288-k920425.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERFLY
RomansaKetika seorang lelaki dan perempuan berteman semasa kecil. Dimana salah satu mengidap penyakit yang bisa berujung pada kematian, namun sang lelaki berusaha untuk mewujudkan Impian'Nya'. "Ingin lebih dekat dengan Bintang." *** Mengisahkan asam garam...