(Cerita spesial dari sudut pandang Milliana Kevin)
Tidak pernah aku berniat untuk pergi, semua ini karena terpaksa. Coba saja kalau dad and mom tidak main menjodohkan Lian denganku tanpa sepengetahuanku. Untung sepupunya Lian, yakni Luciel merupakan teman baikku. Kalau bukan? Tentu saja sudah kutolak mentah - mentah.
Haah..! Bahkan dalam perjalanan ke bandara sampai dipesawat pun dia tidak berhenti memegangi tanganku.
Bagi pria normal ini merupakan sebuah berkah, diwaktu lengan bersentuhan langsung dengan bagian gunung everst itu. Tentunya aku pria normal, tapi bukan berati posisi diapit seperti itu nyaman dirasakan setiap pribadi. Bahkan aku merasakan insting liarku mulai keluar kalau tidak segera tidur! Aku wajib tidur dan melupakan semuanya disaat seperti ini!
Tapi gagal total,
Emosiku meluap - luap saat Lian memanggilku dengan sebutan Mia. Hanya ada beberapa orang yang boleh memanggilku dengan sebutan itu. Papa, Mama, dan... Dia.
Aku sampai tak sengaja menyenggol gelas dan terjatuh beling berhamburan di lantai. Sampai tak enak hati melihat pramugari manis disebelahku membereskannya. Tunggu! Manis kataku?
Iya, manis. Dia mengingatkanku pada seseorang yang bahkan sudah ku tak ingat lagi namanya. Teman baik.., bukan.. Entahlah? Aku sendiri bingung hendak menganggapnya apa.
Mungkin.
"Lebih dari sahabat, namun tidak lebih dari kekasih?"
***Tapi, kenapa kejadian sial selalu menimpaku berturut - turut?! Saat aku sudah berhasil memejamkan mataku dan mengabaikan everst itu. Pramugari yang sama berkelakuan aneh lagi, aku tau dia terus mundur ke arahku. Lalu menginjak kakiku! Kalau tidak kutahan dia akan jatuh di pangkuanku!
Benar saja.. Koordinasi antara tangan dan otakku sangat lambat saat itu, dia jatuh dan terduduk di pangkuanku. Karena merasa itu bukan masalah besar aku hanya memperingati pramugari itu, untuk memperhatikan langkahnya. Memangsih, dia tidak terlalu berat. Tapi, kondisi ku yang terjepit dua perempuan? Oh My God! Someone? Please safe my life! Aku hampir mati mendadak! Ini sensasi surga namanya..
Oh tidak! Ayolah diriku! Jauhkan pikiran erotis ini! Lawan..! Lawan..! Lawan..!
Sadar bahwa bukan hanya aku yang merasa malu, aku melihat lagi wajah pramugari itu dari dekat dan merah, lebih merah dari kepiting rebus! Lucunya... Benar - benar mengingatkanku pada Dia.
Bruk!
Aku speechless,
Apa yang Lian lakukan? Kenapa dia bertindak kejam seperti ini? Aku pun menyuruh Lian untuk tetap diam dan tidak bertindak lebih jauh lagi. Lega ada Luciel disana yang menolong.Tapi kenapa lama sekali mereka kembali? Aku kembali melirik tempat dia terjatuh, ada bekas darah? Kenapa banyak? Sampai menetes - netes. Bukankah dia hanya tergores kecil?
Dan perkataan Luciel setelah kembali menjelaskan semuanya. Penyakit yang sama seperti yang pernah Dia miliki. Apakah hanya kebetulan?
Sesampainya di pulau para gadis mulai berpergian melihat pemandangan, sementara Luciel, Gwen, dan Andrew kembali membawa beberapa buah yang ditata rapi dalam sebuah keranjang. Mereka pergi lagi, aku tau kemana tujuan mereka. Tapi aku terlalu takut untuk menghadapi pramugari itu.
Saat malam hari tiba dan semuanya sudah tidur, aku terbangun dan hendak mencari udara segar diluar villa. Disini Aku dapat melihat pemandangan yang memang indah dan eshetic.
Seorang wanita dengan rambut panjang nya yang terhempas angin laut, sedang bersandar pada pembatas jembatan sambil menarik napas dalam dan menghembuskannya kembali.
Well, kurasa bukan hanya diriku yang tidak bisa tertidur malam ini?
Saat aku hendak mendekat dan menyapa sekaligus berniat meminta maaf padanya. Tak sengaja aku mendengar 'Mia' . Kebetulan? Atau aku salah dengar?Aku memintanya mengulangi perkataan tadi, tapi sepertinya dia mundur takut karena salah paham. Aku menangkap tangannya, dengan harapan tidak jauh lagi melangkah. Aku melonggarkan peganganku karena sadar ada perban yang membalut sikutnya, pasti sakit.
Tiba - tiba seorang pria datang dan memasangkan jaket ke bahu si pramugari ini, dengan penuh perhatian dia mengajak wanita ini pergi. Aku tidak mau melepaskan pegangan ini! Tapi, melihat caranya wanita ini memandangku sangat jelas bahwa aku orang asing dimatanya. Logika ku berproses kita belum pernah bertemu sebelumnya. Tapi terhitung dari semua kebetulan yang telah terjadi... Insting ku tidak pernah salah! Aku kenal wanita ini!
Pria itu, kenapa harus memandangiku demikian dingin? Tanpa pikir panjang kulepas pegangan tangan dari pergelangannya. Pandangannya seperti mengatakan 'ini gadisku, jangan macam - macam.' mungkin saja mereka sepasang kekasih? Atau mungkin lebih?
Dengan perasaan putus asa dan keingin - tahuan yang dalam, aku sampai tidak nyenyak tidur. Lalu aku menelepon Mama.
"Ma, sepertinya aku tidak sehat lagi. Halusinasiku tinggi," Millia menelepon mamanya.
"Nak, sudah malam. Nikmati waktumu disana, tidurlah." jawab mama Millia.
"Aku masih belum menyerah, kalau aku menemukan Dia mama dan papa harus menepati janji." Millia ngotot.
"Janji yang mana?" Tanya sang mama.
"Mama pura - pura lupa sekarang? Kalian berjanji akan memutuskan pertunanganku dengan Lian. Karena hanya ada satu wanita yang akan menjadi pendamping hidupku, jangan sering mengatur pilihanku ma! Aku sudah dewasa." Millia kesal.
"Mia--"
Aku memutuskan panggilan dan kembali ke villa dengan hampa malam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
OVERFLY
RomanceKetika seorang lelaki dan perempuan berteman semasa kecil. Dimana salah satu mengidap penyakit yang bisa berujung pada kematian, namun sang lelaki berusaha untuk mewujudkan Impian'Nya'. "Ingin lebih dekat dengan Bintang." *** Mengisahkan asam garam...