"Sendirian?"
Menurut L? Tutur Icha dalam hati dan nyaris terkikik andai tak melihat ada orangnya disini. Fadlan malah memeriksa keningnya yang sedikit panas. Ia tiba-tiba membeku. Kaget ditambah deg-degan. Kok deg-degan sih? Tanyanya dalam hati.
Yang namanya dokter memeriksa pasien kan begitu ya. Biasanya juga gak pakek acara deg-degan segala. Lah ini? Icha mengeluh dalam hati.
"Sudah makan?"
"Puasa," jawabnya.
"Jangan puasa dulu," sergah Fadlan lantas menatapnya dengan tajam. "Mau makan apa?" tawarnya.
Icha menghela nafas. Awalnya sih agak-agak ge-er. Tapi saat ingat kejadian kemarin dan lelaki ini ternyata yang menabraknya, ia buang jauh-jauh sikap baper alias bawa perasaan itu. Ini kan cuma karena Fadlan ingin tanggung jawab saja, begitu kata hatinya.
"Sa-te Padang?"
Ia agak menawar meski ragu. Fadlan melongo sesaat walau akhirnya terkekeh. Bahkan kemudian lelaki itu tersenyum kecil. Aih, biasanya sih kalau sama perempuan lain cuma masang wajah datar aja biar gak dideketin. Lah sama yang ini?
Kalau punya perasaan itu memang beda ya?
"Saya pesan saja, ya? Menunggu sebentar gak apa-apa? Soalnya kantin rumah sakit pas puasa begini," curcolnya yang disambut mangut-mangut oleh Icha. Icha sih gak peduli selama ia masih bisa makan sate Padang! Uhuy! Mana gratisan pula! Bahagia banget menjadi anak kos! Hahahah! Rasanya yang namanya gratisan bagi anak kosan itu surga dunia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Penghujung Cinta
SpiritualPenolakan. Itu yang diterimanya dikali pertama, ia merasakan cinta selain pada-Nya. Hancur? Jangan ditanya. Ia bahkan telah patah sebelum gadis itu berucap satu patah kata yang menyayat hatinya. Padahal ia datang dengan niat yang tulus. Menikah. Bu...