5. A Fine Spring Day

860 135 13
                                    

.

Kadang Jungkook berpikir ingin membeli satu meja usang tak terpakai di toko barang bekas hanya untuk mengganjal bagian belakang pintu kamar—yang kuncinya hilang entah kemana, supaya Hoseok tak sembarangan masuk dan membangunkannya dengan cara-cara aneh, seperti menciumi pipi atau menggelitik telinganya hingga Jungkook harus berguling-guling menghindar. Jungkook tak pernah ingin dibangunkan lebih awal karena dia punya jadwal pribadi tentang kapan harus mandi dan bersiap-siap, namun kewajiban membuatkan makan pagi bergantian dengan sang ayah membuatnya tak pernah berhasil merencanakan sesuatu tanpa berjaga-jaga. Senin-Rabu-Sabtu, Jungkook harus menyalakan keran air hangat dan mengisi bak mandi, menyeduh kopi, membuka tirai, mengeluarkan sepatu, mengambil koran, lalu merapikan kamarnya sendiri. Apabila Hoseok tengah tergesa dan tak menolak roti, Jungkook hanya perlu lima menit untuk menyiapkan panggangan dan mengoles selai, tapi jika pria itu ingin makan nasi dan sup rumput laut, Jungkook harus segera mengirim pesan pada Taehyung agar berangkat lebih dulu karena tak ingin kakak kelasnya itu terlambat mengayuh sepeda. Belum lagi jika gilirannya menggotong cucian ke laundry, Jungkook bisa sampai tersengal mengejar bus dan bertarung dengan tatap membunuh dari para anggota komite kedisiplinan penjaga gerbang. Rasanya benar-benar ingin marah.

Namun pagi ini, ketika ayahnya tak sempat masuk kamar untuk mengerjai, tidak meminta air panas untuk mandi, tidak berteriak ingin disiapkan makan, tergopoh memasukkan dokumen ke dalam tas, menyambar dasi serta keluar dengan terburu-buru, Jungkook menemukan dirinya mengintip dari balik kamar, menunggu pintu rumah ditutup sebelum mendekat hati-hati ke arah meja makan. Hanya ada koran pagi yang masih terlipat dan setangkup roti yang tergigit setengah.

Mendadak Jungkook merasa bersalah.

___

Yugyeom jadi yang pertama menanyakan mengapa dia duduk dengan wajah tertekuk masam, sementara Jungkook berkedik sambil menaruh tasnya dan menopang dagu. Dia berangkat menaiki boncengan, mengobrol santai dengan Taehyung sepanjang perjalanan, tak perlu beradu argumen di depan gerbang, juga menaiki tangga menuju kelasnya tanpa harus berlari. Dia bahkan bisa bermain sebentar menunggu jam masuk, tapi Jungkook memilih membuka buku dan membaca entah halaman berapa. Mingyu menyalin catatan Bahasa Inggrisnya sembari mengamati agak curiga walau tak ambil pusing untuk ikut campur. Yugyeom membidik sepotong penghapus dan Jungkook menangkis tanpa ekspresi.

Dia tak sudi disebut kuatir mengingat ayahnya pergi mendadak dan nyaris tanpa sarapan. Dia tak peduli, mungkin. Bagaimanapun tiba tepat waktu di sekolah adalah prioritas dan Jungkook paham soal itu. Lagipula ayahnya tak pernah memikirkan apakah kegiatan menyiapkan keperluan pagi yang selalu dikerjakan setiap harinya akan membuat Jungkook terlambat atau tidak, jadi buat apa balas diperdulikan? Benar kan?

Semalam Hoseok juga tak menuntut ditemani menonton televisi hingga Jungkook bisa fokus menyelesaikan esai sejarah Korea yang kini berada di tangan gurunya serta dipuji penuh perhatian. Yang jadi masalah adalah Jungkook malah sibuk mengamati langit-langit dan pucuk rambut Yugyeom yang berjarak dua bangku di depannya. Nanar. Tak benar-benar memperhatikan, hanya sedang tak bersemangat mendengar cerita kepahlawanan para petinggi jaman perang selagi pikirannya berputar kemana-mana. Gurunya bukan tipe yang suka bertanya di tengah penjelasan dan Jungkook mampu mengingat poin penting tanpa perlu banyak menghayati. Apa bedanya kalau dia juga bisa membaca dari lembar panduan dan mencari sumber yang lebih lengkap lewat internet? Daripada itu, Jungkook penasaran apakah ayahnya tiba di kantor sesuai jam kerja dan menyelesaikan apapun urusan yang membuat pria itu tergopoh pagi tadi. Hoseok kadang terlihat amat santai seolah pintu kantornya akan selalu terbuka, Jungkook bahkan harus tega mengusir pria itu keluar karena ayahnya sering menolak meninggalkan meja makan walau jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh.

Menyebalkan.

___

Ada gunanya Jungkook membiarkan Mingyu ngotot duduk di sebelahnya usai menolak nomor pertukaran bangku. Remaja berkaki panjang itu tidak banyak mengajaknya bicara dan lebih memilih mencoret-coret buku Jungkook dengan hitungan matematika yang sedang dijelaskan di depan kelas. Bibir Mingyu membentuk garis miring setiap ada soal terlempar seraya menuliskan rumusnya tanpa berniat mengacungkan tangan atau maju memberi jawaban. Jungkook hanya mendelik sesekali dan melirik temannya itu dengan pandangan, 'cepat-berhenti-dan-pakai-bukumu-sendiri.'

Diary of Papa Hoseok & His Son JungkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang