.
Sore ini memang kacau. Pertama, dompetnya tertinggal di sekat saku tas sekolah sementara yang dibawanya adalah ransel bepergian. Kedua, pagi dan siang tadi dia belum sempat mengisi perut karena sibuk mengejar wali kelas untuk berdiskusi ulang tentang kampus incaran yang peminatnya melebihi kuota dan Jungkook terancam tak dapat formulir. Ketiga, Taehyung yang pulang karena libur kuliah mendadak mengajaknya mencicipi menu set baru di restoran dekat rumah sakit tempat Seokjin bekerja. Mengingat frekuensi kedatangan Taehyung yang hanya sekali sebulan, mustahil Jungkook mampu menolak. Mau tak mau dia harus pamit pada rekan-rekan mainnya untuk pulang lebih cepat, (lebih tepatnya sih rela, bukan terpaksa) demi menaiki bus menuju kafe yang dimaksud. Keempat, si tampan berkaki panjang itu menyambut di halte dengan senyum polos serta berkata kalau menunya habis saat Jungkook tiba, lalu mencoba menghibur memakai roti isi buatan Seokjin yang dibawa dari rumah. Kelima, hujan turun deras sebelum Jungkook sempat mencoba sesuap dan memaksa mereka berteduh di halte selama satu jam. Keenam, karena uang terakhir terpakai untuk naik bus, Jungkook nyaris tak bisa pulang kalau Taehyung tak sigap berkata bahwa dia akan mentraktir naik taksi karena baru menerima honor pemotretan (sekaligus menjawab pandangan heran Jungkook soal rambutnya yang tiba-tiba berubah menjadi merah bata). Ketujuh, saat Taehyung berhasil mengantar sampai ke depan rumah, hujan deras kembali turun sementara taksinya keburu menghilang selesai dibayar.
Sempurna.
"Ini yang terjadi kalau lupa berdoa sebelum berangkat," Taehyung menyeka mukanya pasrah sambil terbahak memandangi hujan dari teras, "Kau lupa bawa kunci kan?"
Jungkook melengos kecut, "Ayah baru akan pulang menjelang jam makan malam, tapi sudah kuhubungi supaya sekalian beli di luar karena aku sedang malas memasak. Paman penjual mainan di depan sana sedang pulang ke Gwangju dan Jimin-hyung pergi belanja dari pagi. TIDAK ADA YANG BISA DIHARAPKAN!"
"Suaramu terlalu keras, Jungkookie."
"Hari sial."
"Tidak ada yang namanya hari sial, tahu, Cuma suasana hati yang membuatnya jadi begitu," seloroh Taehyung, merendahkan tubuhnya perlahan untuk bersila di lantai teras. Sejenak kemudian dia sudah asyik memandangi kucuran air yang menetes-netes dari atap. Wajahnya tampak agak lelah namun tetap meringis begitu gembira, "Ayahku sedang dinas di luar kota dan papa belum pulang dari rumah sakit. Aku juga sedang tak membawa kunci karena kupikir bisa main ke rumah paman Hoseok selesai makan siang. Hitung-hitung melepas kangen," celotehnya, makin girang, "Cuacanya memang kurang bagus, beruntung kita sudah berada di sini dan berteduh dengan tenang. Kurasa Jiminnie pun belum kembali gara-gara terjebak hujan."
"Kenapa tak meminta kunci waktu hyung berkunjung ke ruang praktek paman Seokjin tadi?"
"Lupa."
Jungkook mencibir. Ingin berkata bodoh tapi tak tega.
"Hyung bisa santai seperti itu karena sialnya tidak seberapa," sergahnya sebal. Bosan berdiri, Jungkook memilih duduk di keset sembari mengait lutut dan bersandar pasrah di daun pintu. Kepala menengadah mengamati hujan, "Yang masuk ke perutku cuma tiga potong roti dan setengah botol air mineral, jumlah yang kurang pantas untuk membayar energi yang kukeluarkan demi si wali kelas keras kepala."
"Oh, gagal mendapat formulir kampus yang kau ceritakan kemarin?"
"Hampir," Jungkook mengacak-acak rambutnya sampai berdiri, "Graaaah! Kalau diingat-ingat betapa cerewetnya dia tadi, rasanya ingin kudorong jatuh dari anak tangga. Menyebalkan! Baru juga mengajar tiga bulan, lagaknya sok minta ampun."
Taehyung menimpali, "Kau juga akan bersikap begitu kalau disuruh menghadapi murid baru."
"Aku tak berniat menjadi guru. Lagipula kenapa hyung ceria sekali sih? Kita ini terkunci di luar lho? Bukan waktunya tertawa seperti itu," disikutnya rusuk Taehyung sambil melotot, namun pemuda tersebut justru membalas perbuatannya dengan sebuah usapan lembut di rambut Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary of Papa Hoseok & His Son Jungkook
Fanfiction[BTS - HopeKook & TaeKook] Catatan keseharian dari Jung Hoseok, pekerja kantoran biasa yang ingin dipanggil papa, dan Jungkook, anak angkatnya yang tak bisa dibilang ramah.