Bagian 2

1.2K 143 11
                                    

“Ini tentang nona Ayse Panglima, saat hamba menyelidikinya seperti apa yang anda perintahkan ternyata hamba menemukannya sedang bercakap-cakap denga seseorang pria di perbatasan Sparta dan Persia”

“Maksudmu Laut merah?”

“Bale panglima, setelah hamba terus mengikutinya kemudian nona Ayse itu pergi kesebuah rumah di pigiran sungai kemudian tak lama membawa beberapa barang dan pergi dengan sebuah kapal yang hamba duga akan menuju Sparta”

“Sialan kita kehilangannya lagi. Segera kepung rumah itu kita cari bukti sebanyak mungkin”
“Bale Panglima”

.........................................

Thabit mendengus kesal saat dirinya beserta beberapa anak buahnya tiba di rumah kecil di ujung kota dengan sungai sebagai pemandangannya.

Dirinya benar-benar kehilangan Ayse – perempuan  yang sedang dicarinya beberapa waktu ini dengan gencar, Thabit berdecak kesal.

Ayese – perempuan yang menurutnya merepotkan sudah dua tahun ini mereka giat mencari keberadaanya namun nihil, kabar mengenai dirinya pun bagai hilang ditelan bumi setelah malam dimana dirinya – Ayse berbicara dengan Khatab dan Sutan di lorong dekat menara.

Ah, mengenai Sutan. Kasim kepercayaan majikannya itu kini telah pensiun dan sampai saat ini kabarnya pun tak ada yang mengetahui. Sutan dan keluarganya menghilang semenjak satu tahun yang lalu dikediamannya, sejak dimana Sparta dan Yunani mengumumkan gencatan senjata memang banyak hal aneh yang mulai terjadi pada bagian internal Persia.

Seperti Sutan yang meghilang, beberapa nelayan yang pergi melaut tiba-tiba menghilang dan tak diketahui keberadaanya sampai saat ini.
Dan setelah dirasa, memang banyak hal janggal yang berujung tak masuk akal. Dan dirinya tahu sebagai seorang Hydarnes dirinya harus segera menggupas kejanggalan itu hingga selesai.

“Panglima?”

“Ya?”
“Apa sekarang kita akan menetap disini atau kembali ke Isatana?”

“Than segera perintahkan beberapa anak buahmu dan Kliaz untuk berjaga di sini, tapi ingat kalian harus menyamar dan sebisa mungkin untuk tidak berpenampilan mencolok hingga satu minggu kedepan. Sementara aku dan Zuan akan kembali ke Istana”

Bale Panglima perintah anda akan segera saya lakukan”

“Than jika ada sesuatu yang aneh segera beritahu aku, aku akan menyuruh Bea sebagai pengantar surat untuk kita”

Bale

“Kalau begitu aku akan kembali ke Istana sekarang, laporan ini harus segera disampaikan pada Yang Mulia Raja”

........................

Persia di malam hari masih sama seperti biasanya dengan beberapa penjaga yang berjaga dengan ketat ditemani hawa dingin yang mampu menusuk hingga tulang.
Akhirnya setelah beberapa menit berkendara Thabit dan Zuan tiba di Istana, banyak pelayan dan prajurit yang berjaga menyapa mereka saat tiba dan dirinya seperti biasa hanya akan mengangguk  dan terseyum simpul.

“Thabit, Zuan?”

Thabit mengerjap dan beberapa detik kemudian dirinya sudah membungkuk hormat didepan kedua majikannya

“Yang Mulia”

“Berita apa yang kau bawa dimalam dingin seperti ini?”

“Mohon maafkan hamba Yang Mulia, tapi bisakah kita hanya bicara berdua”

“Tentu Saja Thab”

“Zuan antarkan Ratu Zaina ke kediamannya” Ucap Altan sambil merangkul Thabit dan kemudian keduanya pun berlalu menuju ruangan Altan

“Jadi berita apa Thabit?”

“Ini mengenai nona Ayse, salah satu orang kepercayaan hamba tak sengaja bertemu dengan nona Ayse di Laut Hitam perbatasan Persia dan Sparta. Kemudian nona Ayse terlihat sedang bercakap-cakap dengan seorang pria bertudung hitam dan kemudian mereka berlalu menuju rumah kecil di pinggiran sungai dan setelahnya mereka pergi dengan sebuah kapal yang saya duga akan membawanya ke Sparta”

“Apa berita yang kau bawa itu akurat?”

Bale Yang Mulia, bahkan hamba pergi meninjau keadaan dan seperti dugaan banyak orang disekitar sana yang mengenal nona Ayse setelah hamba menunjukan lukisan wajahnya”

Sialan. Sebaiknya kau tetap menyelidikinya Thab kau tau sendiri berurusan dengan Sparta bukan perkara mudah”

Bale Yang Mulia. Apa hamba perlu melaporkan ini pada Raja Turki?”

Nay, kau tau pak tua itu akan pingsan setelah mendengar berita gila ini. Dan apa kau tak merasa janggal dengan kejadian beruntun yang lebih mengarah pada bagian dalam Istana?”

“Saya kira juga begitu Yang Mulia, terlalu banyak hal janggal yang berujung tak masuk akal bila dicerna. Hamba akn menyelidiki ini dengan teliti”

“Yan kau harus Thab. Aku merasa Sparta dan sekutunya sedang bermain dibelakang kita”

........................
Thabit tampak berdiri di depan jendela kamarnya yang luas. Semenjak ayahnya meninggal dirinya memang hidup sendiri dengan ditemani beberapa pelayan yang mengurus rumah dan kebutuhannya, jagan tanyakan soal ibu bahkan saat dirinya lahir ia sudah tak memiliki ibu.
Dirinya memang di didik dengan tegas dan keras oleh ayahnya sedari kecil alasannya sederhana hanya karna ayahnya tak ingin dirinya menjadi lunak dan mudah terpengaruhi terutama oleh perempuan yang menurut ayahnya adalah virus yang harus segera di musnahkan.

Tapi bagaimanapun Thabit tak akan bisa sama dengan ayahnya yang menganggap perempuan adalah virus yang harus dihindari. Setelah dirinya resmi menjadi prajurit di usianya yang tergolong muda bagi seorang prajurit yaitu lima belas tahun, dirinya kerap beberapa kali bertemu dengan Zaina yang memang kala itu sering datang berkunjung bersama ayahnya.

Dan sejak saat itu perlahan dirinya berubah menjadi sedikit lembut dan lunak pada perempuan terutama pada Zaina yang kerap kali membawakan beberapa manisan dan membaginya, dirinya jadi mudah terseyum dan tertawa.

Tapi tak lama ayahnya mengetahui kebiasaanya yang sering tertawa dan terseyum bila bertemu dengan orang-orang terutama kaum perempuan, sejak saat itu ayahnya seolah tak peduli pada dirinya dan lebih menyibukan diri pada pekerjaan. Dan hari-hari berikutnya Zaina tak pernah datang berkunjung lagi semenjak kejadian Ratu Alpaera mengakhiri hidupnya di menara Persia, dan mulai saat itu juga dirinya diasuh oleh seorang Pelayan yang bekerja dirumahnya bersama putri kecilnya yang kembali membuat hari-harinya ceria.

Thabit menghela nafas dalam, putaran-putaran masa lalu yang terus berputar dibenaknya tampak tak mau pergi dan terus menghantuinya. Tak lama ketukan dipintu terdengar, Thabit segera mengerjap dan berguman menyilahkan masuk

“Maafkan saya Panglima menggangu waktu istirhat anda”

“Tak apa Zuan. Apa yang akan kau laporkan?”

Sejenak keduanya terdiam terutama Zuan – orang kepercayaan nya yang tampak gusar ditempatnya. “Begini Panglima ini mengenai mantan kasim Sutan beserta keluarganya”

“Sutan?” Thabit mengernyit bingung dan kemudian kembali menatap Zuan yang masih tampak gusar ditempatnya

“Bicaralah Zuan”

“Kasim Sutan dan keluarganya berhasil kami temukan Panglima”

“Bagus itu suatu keberuntungan bagi kita, hanya dirinya yang mengetahui keberadaan Ayse”

Zuan tampak menghela nafas sebelum kemudian melajutkan ucapannya. “Tapi kasim Sutan beserta keluarganya ditemukan tak bernyawa di ujung kota, keadaan nya benar-benar mengenaskan dengan beberapa luka tusuk pada bagian perut dan dadanya dan sayatan pedang yang dalam di punggungnya”

“Apa maksudmu?”

“Kasim Sutan beserta keluarganya telah meninggal dan luka sayatan yang berada dipunggung nya mirip seperti hasil dari tangan para Gladiator Sparta”

Bajingan!” dan Thabit pun segera pergi diikuti Zuan yang mengekor dibelakangnya.

The General's [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang