“Tapi tunggu Thab, jika aku tak kemabali pulang dari perang katakan pada Zaina itu surat wasiatku dan ia boleh membukanya saat itu juga” balas Altan sambil tersenyum
.
.
.
.
Pagi hari di Istana Persia tampak sama seperti biasa, yang berbeda hanya para pelayan yang terlihat hilir mudik membawa beberapa perlengkapan yang akan dimuatkan pada kuda-kuda yang telah siap di depan istana.
Pagi ini memang Thabit beserta beberapa pengawal kepercayaan dan dayang-dayang Ratu akan bersiap berangkat menuju Iran.
“Kau sudah bersiap Thab?” tepukan di bahu kanannya segera membuat Thabit segera menoleh, tampak Altan – Rajanya berdiri sambil terseyum jenaka di belakangnya
“Yang Mulia, Hormat hamba” ucapnya sambil segera membungkuk ala kesatria
“Berhati-hatilah diperjalanan Thab”
“Tentu saja Yang Mulia hamba akan sangat berhati-hati terutama untuk keselamatan Yang Mulia Ratu”
“Ya aku percaya padamu Thab, jaga Ratuku atau aku akan memenggal kepalamu” balas Altan sambil terkekeh
“Bale Yang Mulia”
“Aku akan menemui istriku dulu” ucap Alltan yang kembali menepuk pundaknya sambil berlalu
Thabit kemudian terseyum melihat majikannya yang terlihat berlari-lari kecil menyambut Ratunya, kemudian tatapannya kembali beralih pada kuda-kuda gagah yang terlihat kuat beserta bawahannya yang kini sibuk mengatur beberapa perlengkapan.
....................
Matahari kini mulai terlihat merangkak naik semakin tinggi ke atas permukaan memancarkan hawa panas yang terasa membakar kulit.
Rombongan kuda Persia kini tiba di tengah padang pasir menuju perbatasan Iran dan Persia, setelah setengah hari mereka berjalan dalam kepanasan akhirnya mereka bisa beristirahat di tengah padang pasir.
Tenda untuk beristirahat mulai dididrikan, kuda-kuda muali diberi minum dan juru masak beserta beberapa pelayan mulai sibuk memasak untuk menu makan siang.
”Kau terlihat banyak merenung akhir-akhir ini Thab”
Thabit segera mengerjap kemudian memutar tubuhnya melihat sang sumber suara.
“Yang Mulia” ucapnya saat tau siapa yang kini tengah berdiri di belakangnya sambil menyerahkan secawan air padanya, kemudian tanpa diperintah Thabit segera membungkuk berhormat khas seorang kesatria
“Jadi, apa yang membuat mu merenung akhir-akhir ini Panglima?” tanya zaina sambil menyerahkan secawan minuman pada Thabit
“Hamba hanya memikirkan istana Persia Yang Mulia” balas Thabit sambil menerima cawan yang diberikan Ratunya
”Jadi, apa yang membutmu berfikir tentang Persia”
“Hamba hanya memikirkan tentang gencatan senjata bersama Yunani”
“Benarkah? Kufikir kau sedang memikirkan nona Turki” ucap Zaina sambil tersenyum
“Yang Mulia”
“Sudahlah Thab aku tau kau dan suamiku masih mencari keberdaan Ayse, dan aku tidak akan marah akan hal itu. Bagaimanapun Ayse adalah kekasih suamiku”
“Yang Mulia, hamba dan Yang Mulia Raja mencari nona Ayse hanya sebatas rasa bersalah pada Raja Turki. Hamba berani menjamin Yang Mulia Raja sudah tidak mencintai nona Ayse lagi”
“Benarkah? bagaimanapun akau ingin membenci Ayse dan memakinya tapi tetap saja aku tak bisa melakukannya”
Kemudian terdengar helaan nafas kasar sebelum Zaina melanjutkan ucapannya “Bagaimanapun aku dan Ayse adalah wanita jadi aku paham apa yang Ayse rasakan saat kenyataan tentang orang tuanya tidak seperti apa yang dikatakan, dengan kata lain Ayse di bohongi demi nama baik Turki dan Ayahnya. Tetap saja Ayse adalah anak yang tak patut disalahkan atas semuanya, jadi kuputuskan tak akan membenci Ayse dan membunuhnya, demi masa depan aku ingin berteman dengannya”
lanjutnya sambil terkekeh
KAMU SEDANG MEMBACA
The General's [SLOW UPDATE]
أدب تاريخيDetermination sequel Dirinya dalah Hydarnes mesin pembunuh milik Persia dan tugasnya harus membunuh para Doria yang menjijikan, dan juga perempuan yang pernah hadir dalam masa lalunya.
![The General's [SLOW UPDATE]](https://img.wattpad.com/cover/116503828-64-k894031.jpg)