Galau

4.4K 178 58
                                    

Ansal POV

"Shitt....! Kenapa harus terjadi lagi? Mulutku kok ndak mau direm sihh, kenapa harus nanya kayak gitu segala." aku merutuki diriku sendiri.

Siapa yang tidak sakit hati coba jika dihadapkan pada pertanyaan itu?. Aldi sangat marah. Benar-benar marah. Sejak aku meninggalkannya sampai dua hari berlalu kemudian aku belum sama sekali bisa menghubungi Aldi.

Dia menghilang tak ada kabar. Aku mengecek ke Rumahnya. Sepi dan tertutup. Di sekolah pun tidak ada. Seharusnya jadwal dia main badminton akhirnya kelasnya menurunkan pemain yang tidak handal sehingga mengalami kekalahan.

"Ian, tidak ada kabar Aldi sama sekali?" begitu bertemu Rian aku langsung to the point menanyakannya.

"Ga Sal, sampai sekarang pun HP nya ga aktif, socmed nya pun tidak ada yang aktif. Dia tidak pernah pamitan Sal, makanya aku bingung dia dimana. Ada apa dengan anak itu?" Ada kesungguhan disana. Aldi tidak mungkin menceritakan orientasi seksnya pada Rian walaupun dia adalah sahabat Aldi.

"Semua gara-gara aku Ian," jawabku dalam hati. Aku tidak mungkin menceritakan apa yang terjadi sebelum Aldi menghilang.

"Ketua RT tempat dia tinggal pun ga tau dia kemana, hanya saja kata bapak itu dia mau pergi agak lama. Pak RT diminta untuk menjaga rumahnya," jawabku ketika Rian berkata untuk mencoba bertanya pada warga sekitar tempat Aldi tinggal.

"Aldi kemana ya?" Rian menghela napas dan duduk di sampingku.

Kira-kira kemana ya dia?. Aku berfikir keras. Ini sudah dua hari. Entah sudah berapa SMS kukirimkan padanya. Tidak ada yang terkirim sama sekali.

Ahhhh aku teringat seseorang. Dia mungkin tahu dimana Aldi. Aku harus menemuinya.

"Mau kemana Sal?" tanya Rian begitu melihat aku berdiri.

"Aku pergi dulu, nanti kalau ada kabar Aldi jangan lupa kabari aku ya." aku pergi meninggalkan Rian. Merasa sendirian dan tak tahu mau ngapain akhirnya Rian pun pergi juga.

"Agus, bisa bicara?" kataku begitu melihat sosok cowok tinggi itu di taman sedang baca buku.

Hari ini hari terakhir class meeting  adalah pertandingan final tiap cabang yang dilombakan. Tidak ada gairah lagi memberi semangat pada teman-teman kelasku yang sedang bertanding. Volly putri hanya satu-satunya harapan kelas kami untuk meraih juara 1 setelah mendapat juara 2 pada futsal putri dan badminton putra.

"Ohh Iya Ansal, aku juga mau ada yang diomongin biar ga salah faham," jawabnya seraya menutup buku yang sedang dibacanya dan menggeser duduknya lebih ke pinggir mempersilahkan aku untuk duduk.

"Kamu ada kabar mengenai Aldi, terus terang aku kehilangan kontak dengannya dua hari ini," ucapku langsung to the point. Tidak ada lagi waktu untuk berbasa basi.

"Jujur Sal, aku tidak tahu. HP nya ga aktif beberapa hari ini." jawabannya membuatku kecewa dan lemas. Tidak ada kebohongan di matanya. Aku menyenderkan tubuhku di bangku papan yang tersedia di taman sekolah.

"Ini salahku Gus, aku yang salah, aku yang membuat Aldi pergi dengan tidak ada kabar seperti ini. Aku telah menyinggung perasaannya. Aku khilaf dan menuduhnya yang tidak-tidak." jelasku.

Aku tidak tahu mengapa aku bercerita pada Agus. Untunglah aku menggunakan bahasa umum agar Agus tidak tahu kalau aku mencintai Aldi. Aku belum berani mengatakan pada orang lain kalau aku mencintai laki-laki. Bahkan aku sudah melangkah lebih jauh dalam dunia abu-abu ini. Kulihat Agus tersenyum.

"Iya bro aku faham, bukankah kalian saling mencintai." kata-kata Agus membuatku melongo kaget. Aku terdiam.

"Ma... mak... maksudmu?" akhirnya suaraku keluar juga. Ada kekhawatiran pada wajahku. Jantungku berdegup kencang. Mati aku.

2 Wahyu, Bukan KembarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang