Who is He - 19

2.9K 176 29
                                    

Viola sudah siap dengan baju nya. Tubuh mungilnya sangat cocok di balut dengan pakaian sederhana namun terlihat cantik. Viola memakai lipgloss berwarna pink natural, lalu memoleskan sedikit bedak pada wajahnya. Setelah siap, Viola menyambar tas nya lalu keluar dari kamar untuk menemui Genta.

"Yuk," ucap Viola.

"Main pergi aja, gak inget ada gue di rumah, lo?"

Viola baru sadar jika Keo sedang ada di ruang TV, sambil memakan kacang kulit dan laptop Viola di pangkuannya.

"Biasa aja kali," ucap Viola. "Gue pergi dulu. Kalo pulang nya sore, omelin Kak Genta aja, jangan omelin gue."

"Yee," Keo melempar Viola dengan kulit kacang. Sedangkan Viola langsung keluar rumah.

"Gue ajak Viola jalan dulu ya, Bang," ucap Genta.

"Iya, sabar – sabar deh lo ngadepin dia. Jagain tuh, gitu – gitu juga ade gue tuh,"

Genta tertawa sebentar, "Pasti."

Genta berjalan keluar rumah setelah pamit kepada Keo. Viola sedang memakai sepatunya. "Kita makan es krim dimana?" tanya Viola dengan nada girang.

"Ada cafe baru deket rumah gue, disana es krim nya enak banget. Gue udah coba minggu lalu."

"Lo harus traktir gue berarti,"

"Iyee, udah buruan masuk."

Viola membuka pintu mobil, lalu masuk ke dalam nya. Viola membenarkan jepit rambutnya. Genta tersenyum geli melihat Viola yang kesusahan memakai jepit rambutnya. "Ribet amat sih,"

"Ya abis kalo gak pake jepit rambut gue jelek,"

"Oh jadi lo nurutin kata gue tadi ya?"

Viola mengerutkan keningnya, "Yang mana?"

"Yang nyuruh lo supaya dandan yang cantik."

"Dih, ngaco. Tiap hari emang dandanan gue cantik, jadi gausah kepedean." Viola memasukan jepitnya ke dalam tas. Jepit itu sama menyebalkannya dengan Genta.

"Nah gitu, gak usah di jepit. Biar pipi nya gak keliatan terlalu gede. Kan poni lo panjang, jadi bisa nutupin pipi lo yang gede banget itu."

Genta tertawa puas saat Viola memukul tangannya, "Pipi lo kan kayak mau meletus gitu. Gede banget. Kayak gini," Genta menggembungkan kedua pipinya. Sedangkan Viola memasang ekspresi cemberut yang menggemaskan.

"Ish, rese,"

"Iya deh, udah dong gak usah cemberut lagi," Genta mencubit gemas pipi Viola dengan sebelah tangannya. Viola tidak berontak. Justru ia diam.

Deja Vu. Viola pernah mengalami ini sebelumnya. Viola mencoba mengingat kapan kejadian ini.

"Lo pake blush on ya?"

"Hah? Nggak, kenapa emang? Menor banget ya?" Viola beraba wajahnya sendiri.

"Nggak, kok, berarti lo baper ya sama gue? Tuh, buktinya pipi lo merah gitu," Gavin mencubit gemas pipi Viola dengan sebelah tangannya.

"Gavin!"

Viola ingat persis kejadian kemarin sore. Saat di dalam mobil, hanya ada dirinya dan Gavin. Saat itu adalah pertama kalinya mereka terasa sangat akrab satu sama lain. Bercanda dan tertawa bersama.

"Lo kenapa? Kok bengong?" tanya Genta.

"Hah? Uh," Viola tersadar dari lamunannya, "Nggak,"

"Ada apa?" Genta sangat peka terhadap perasaan Viola. Itu membuat Viola tidak bisa berbohong padanya.

Who is He? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang