Who is He - 23

2.5K 164 14
                                    

"Ada apa ini?" tanya Pak Bondan saat melihat Viola berteriak histeris.

"Kita juga gak tau, Pak. Dari pertama berangkat dia udah aneh." Jawab Bianca.

"Yaudah segera bawa dia ke tenda darurat." Perintah Pak Bondan. Gavin yang masih menggendong Viola langsung membawa Viola ke tenda darurat yang di perintahkan Pak Bondan.

Gavin meletakkan Viola di atas ranjang yang tersedia. Namun, Viola tidak mau melepaskan tangannya dari lengan Gavin. Bahkan Viola masih berteriak sambil menarik – narik tangan Gavin.

"Vi, lo tenang, gue disini. Lo kenapa?" bisik Gavin pada Viola.

Namun, gadis itu tetap berteriak histeris. Viola masih melihat wanita mengerikan itu tepat di depan wajahnya.

Kevin benar – benar bingung harus melakukan apa. Berkali – kali ia mengacak – acak rambutnya.

"Mana Viola?" tanya Bu Ela pada Pak Bondan. Pak Bondan langsung menunjukan dimana Viola berada.

"Gavin, kamu disini. Yang lain, keluar dulu." ucap Bu Ela. Kevin dan Bianca yang ada di dalam ruangan itu pun langsung keluar dari dalam tenda darurat.

"Kenapa Viola bisa begini, Gavin?" tanya Bu Ela.

"Saya juga gak tau, Bu. Tapi setau saya, Viola indigo, Bu." Mau tak mau ia memberitahukan ini pada Bu Ela. Situasi nya mendesak. Ia tidak ingin Viola kenapa – napa.

Bu Ela memegang tangan Viola. Mencoba menenangkan gadis itu. Ia juga membaca ayat – ayat Al – Qur'an di telinga Viola. Gavin pun ikut membaca ayat kursi.

Beberapa menit kemudian, Viola mulai tenang. Tangannya masih memegang bahu Gavin dengan erat. Kepalanya ia sandarkan di bahu Gavin. Nafasnya berderu kencang. Persis seperti orang ketakutan. Wajahnya pucat dan sekujur tubuhnya di penuhi keringat.

"Gavin, kamu jagain Viola dulu, ya. Jangan sampe ada yang masuk ke tenda ini selain guru dan kamu. Viola masih shock." Ucap Bu Ela.

Gavin mengangguk paham, "Iya, Bu,"

Bu Ela keluar dari tenda. Menyisakan Viola dan Gavin di dalam tenda. Tangan Gavin terulur ke rambut Viola. Hendak mengusap kepala gadis itu. Namun niat nya terhenti.

"Lo tenang ya, Vi. Mau minum?" tanya Gavin. Viola mengangguk pelan.

"Sebentar. Lo lepasin dulu tangan lo dari bahu gue ya," Gavin melepaskan tangan Viola dari bahunya. Awalnya Viola enggan karena masih sedikit takut. Namun akhirnya ia mau melepaskannya.

"Nih," Gavin memberi sebuah gelas berisi air hangat pada Viola. Viola hanya meminumnya satu tegukan.

"Lo gak usah takut lagi, ya," Gavin tersenyum tipis pada Viola. Berusaha menenangkan gadis itu.

"Mending sekarang lo tidur." Gavin membenarkan letak bantal lalu menarik selimut, hendak menyelimuti Viola.

"Lo gak kemana – mana, kan?" Viola menahan tangan Gavin.

Gavin tersenyum, lalu mengangguk, "Gue disini terus," lalu Gavin menyelimuti Viola.

"Thank's, Vin," ucap Viola pelan. Bahkan hampir tak terdengar.

"Sama – sama,"

Viola terdengar menghela nafas panjangnya, "Gue takut banget, Vin,"

Gavin menoleh, ia mengerti ketakutan Viola. Ia bisa melihatnya tadi saat Viola berteriak histeris seperti itu. "Lo liat apa tadi?"

"Gue gak tau itu apa. Serem banget."

Gavin tidak ingin melanjutkan pembahasan itu. Ia tidak ingin Viola justru kembali ketakutan seperti tadi.

Who is He? [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang