Akhirnya aku belajar melepasmu, bukan karena aku tidak lagi mencintaimu. Bukan juga karena sayangku sudah habis di dalam hati. Namun, aku sadar, mencintaimu sendirian bukanlah cinta yang wajar. Aku dibunuh debar-debar dada dan kecemasan akan kenangan berselimut luka. Itulah mengapa aku belajar melepasmu. Sebab, aku tahu cinta terbaik akan selalu pulang, jika kau tidak kunjung datang, barangkali kau memang ditakdirkan sebatas kisah yang hanya layak tersimpan sebagai kenang.
Tak apa-apa datang ketika butuh saja, asal jangan hilang ketika dibutuhkan juga. Tak apa-apa mencari ketika membutuhkan bantuan saja, asal jangan hilang ketika dicari untuk membantu pula. Tidak semua hal harus dibalas sama, tapi setidaknya jangan berpura-pura tidak terjadi apa-apa jika dibutuhkan adanya. Tidak semua hal harus dibalas sama, setidaknya sadar diri pernah diterima. Sebab teman itu saling tumbuh, bukan yang hilang ketika yang satunya jatuh.
Setiap kali bertemu kamu lagi aku selalu memperbaiki raut wajah berkali-kali. Memasang mimik muka yang pas sebagai orang asing. Mencari nada suara yang pas sebagai orang lain. Itulah alasan mengapa setiap kali bertemu kamu aku lebih banyak memalingkan muka. Aku lebih banyak diam daripada bicara. Karena setiap kali kamu menatapku. Setiap kali kamu membalas ucapanku. Aku harus berkali-kali menekankan kepada hatiku. Aku tidak akan mengulangi jatuh cinta lagi kepadamu. Semuanya sudah berakhir dan tidak akan pernah aku mulai lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
All Is Well
Poetry[COMPLETED] Hidup terlalu pendek untuk dihabiskan dengan kesedihan berkepanjangan. Aku belajar menerima diri; bahwa aku memang bukan orang yang kau inginkan. Kelak, suatu hari nanti kau juga harus belajar menyadari. Bahwa kau sudah kulupakan dan buk...