Let Go

2.8K 303 24
                                    

"Kenapa aku saja tidak cukup, Al?" Ika memandang wajah suaminya yang tertunduk.

Sekali lagi mereka duduk berhadap-hadapan di sofa kesukaannya, di dalam rumah yang mereka bangun dengan semua keringat, dan cinta. Keputusasaan yang dirasakan Ika telah berubah menjadi amarah sejak berbulan-bulan lamanya. Ika merasa dirinya tak lagi berharga, bukan saja karena ia tak mampu memberikan keturunan bagi keluarga suaminya, tapi terlebih karena sang suami enggan memperjuangkan dirinya. Enam bulan lalu mereka berdua mengetahui bahwa Ika mengidap PCOS, sebuah penyakit hormon yang membuatnya hampir tidak mungkin bisa hamil. Kemudian entah dari mana asalnya, keluarga Ali menyajikan pilihan poligami dalam rumah tangga mereka.

"Mereka orang tuaku, aku nggak bisa melawan keinginan mereka. Aku tidak akan melepaskan kamu. Aku mohon, tetaplah di sini bersamaku." Ali menatap wajah istinya.

Tak ada air mata, hanya kekecewaan yang terpancar dari mata indah perempuan itu.

Bukan itu jawaban yang ingin didengar Ika. Bukan jawaban itu pula yang sebenarnya ingin diucapkan Ali. Kedua insan yang saling mencinta itu kini sama terlukanya. Namun, takdir seolah sedang ingin mempermainkan mereka.

"Aku tidak ingin berbagi kamu dengan perempuan lain."

"Hanya untuk mendapatkan keturunan. Itu saja yang harus aku lakukan. Bantu aku berbakti pada Abah dan Mama, Ka."

"Berbaktilah pada orang tuamu, Al. Aku ikhlas. Tapi aku tidak bisa ada di sini." Ika menghela napas. Hatinya dipenuhi kekecewaan. "Aku melepaskanmu."

"Ka?" Ali bangun, mendekati istri yang ia cintai sepenuh hati. Ali mengulurkan tangan untuk meraih istrinya, tapi Ika mendorongnya menjauh.

"Sudahlah, Al. Maafkan aku yang tidak mampu membahagiakanmu. Maafkan aku yang tidak mampu memenuhi keinginan keluargamu. Maafkan aku yang tidak sempurna."

"Malaika Zianisa!" Ali menaikkan nada suaranya.

"Sebaiknya aku pergi, Al. Aku sudah nggak sanggup lagi seperti ini."

"Aku mohon jangan pergi, Ka. Aku butuh kamu. Aku cinta sama kamu."

Ratapan Ali begitu memilukan, tapi keputusan Ika sudah bulat.

"Aku cinta kamu, Al. That's why i set you free."

Ika mendekatkan dirinya pada sang suami. Memeluknya untuk yang terakhir kali. Menghirup wangi tubuh pria yang begitu ia cintai, menyimpan harum itu pada kotak kenangan di hatinya yang kini harus Ia kunci. Ika mendongak dan meletakkan bibirnya pada bibir Ali, mengecupnya. Hanya sesaat, kemudian berlalu. Tak ada air mata. Sudah terlalu banyak air mata yang tertumpah beberapa bulan belakangan ini. Ika tak mampu lagi menangis. Menangisi ketidaksempurnaannya. Menangisi permohonan mertuanya yang tak mampu ia tunaikan. Menangisi Ali yang memilih untuk berbakti pada orang tuanya. Menangisi kisah indah rumah tangga yang mereka bangun dari nol hancur berantakan karena kegagalannya menjadi perempuan sempurna. Tak ada lagi air mata. Hanya ada perih yang terasa pada dua hati yang masih mencinta, tapi terpaksa saling merelakan.

 Hanya ada perih yang terasa pada dua hati yang masih mencinta, tapi terpaksa saling merelakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pulang pada PelukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang