Self Injury

48 10 2
                                    

Sakit memang jika kita kembali membuka luka lama. luka yang memang tak ada niat sekalipun kau sembuhkan.bukan penyakit self injury yang bersemayam, tapi kenangan kita kembali terbayang. Kembali teringat kerinduan yang memeluk kedinginan, meringkuk menelaah potongan mozaik yang memaksa berputar. Mendominasi rasa kerinduan menepis rasa penyesalan.


Bulanpun seakan memusuhiku, enggan untuk menatapku. mengasingkanku dalam lubang penyesalan. Menyisakan lilin-lilin dalam altar persembahan untuk menemaniku dalam keriangan duka yang sedang menyelenggarakan pesta kemenangan.


Menghiasi malam ini dalam menggilas balik kembali ingatanku saat kami masih SMA, seseorang yang telah berhasil menjamah titik sensitifku. Memberiku pengalaman akan bagaimana rasanya dicintai dan dikagumi.


Mungkin aku terkesan percaya diri, tapi ini memang benar terjadi. Aku masih bisa mengingat ketika ia tersenyum, menyisakan deretan gigi, senyum yang amat manis, yang bisa membuat siapapun akan jatuh pada pesona bibirnya yang tipis.


Jika tau begini, aku tak akan pergi, aku akan tetap tinggal. Atau lebih baik aku berterus terang dan mambawamu pergi bersamaku. Tapi saat itu aku belum tau, aku belum siap. Ataukah aku masih belia untuk memperkirakan sesuatu?. Aku tak memperkirakan bahwa seorang gadis manis, pasti banyak yang ingin memiliki. Bahkan aku pergi tanpa memberikan ikatan yang menjanji.


Bukankah saat itu kau memiliki sejuta bahkan hingga tak terdeteksi seberapa rasamu padaku? Tapi sekarang apa? Kemanakah rasa itu pergi? Hinggap kemanakah?. Benarkah kata orang jika semua orang akan berubah? termasuk perasaan,kah?


Tapi mengapa aku tak bermetamormofis, kenapa rasa ini tetap kepadamu? Tetap sama seperti yang dulu. Seakan telah menemukan posisi yang nyaman dalam relung hatiku?


Sebenarnya aku hanya pergi sebentar. Menggali ilmu dan memastikan bahwa kau adalah gadis yang tepat yang siap untuk diperistri. Aku memang bukan agen Islam yang taat tapi aku cukup mengilhami apa yang seharusnya dilakukan dan apa seharusnya yang tidak.


pacaran. Yah kata itu yang tak pernah terealisasikan selama aku menginjak masa remaja. Terutama saat SMA. Bukankah semasa SMA para remaja berlomba-lomba mencari pengalaman tentang cinta? Sebenarnya aku tak ingin menggubris ataupun menyinggung bab yang satu itu, karena memang tak ada bab yang membahas tentang itu di agamaku.


Maka dari itu aku pergi sebentar mengukuhkan apa yang akan kuputuskan. Tetapi mengapa saat aku kembali. Kau menghadiahiku kado yang amat berat? Kado yang sulit kubawa? Mengapa aku baru menyadari saat kau telah memutuskan lelah untuk menungguku.


Ya benar, aku telah jatuh cinta yang mendalam kepadamu. Jatuh cinta. Mengapa jatuh cinta? Karena kau tak tahu kapan saatnya kau akan jatuh dalam pesona cinta.


Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan? Siapa yang aku salahkan? Kemana aku harus melampiaskan? Kepada waktukah? Kepada siapa? Ataukah kepada diriku sendiri?


Aku yang terlalu pengecut


Aku yang terlalu takut


Aku yang terlalu lama


Aku yang terlalu kolot


Aku yang tak mengerti


Aku yang terlalu bodoh


Aku dan aku lagi


Dan sekarang aku tahu. Akulah yang salah.



University of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang