Kulikan Lagu Pengobat Rindu

25 3 1
                                    


Jari-jari lembut membelai tuts-tuts piano menghasilkan symponi lagu yang agung, nada-nadanya merambati setiap dinding kedap suara dengan sistem kerja yang tepat. Intronya Terkumpul menjadi satu menerjang menghampiri lapisan terluar Atmosfer bumi-eksosfer dan menjiarahi setiap sudut-sudut kosmos galaksi bima sakti, mencari pintu agar dapat membuka lorong waktu masa lalu untuk menilik kenangan yang menggelitik.

Lagu yang pernah dikulikkan oleh Prana membuat membuat Sabrina tersenyum nostalgia di depan Toko Murah dan teringat bahwa dulu Sabrina pernah memiliki cinta yang ternyata tak hanya sedalam kubangan air yang sekarang digunakan beranak-pinak oleh nyamuk-nyamuk setelah musim kawin. Sabrina merasa beruntung bahwa dia pernah menjadi bagian hidup seorang Prana, menjadi orang penting yang pernah pembuat Prana khawatir dalam setiap lapisan lokus pikiran Prana. Masih merasa hangat dan indah hingga sekarang. moment itu adalah awal rasa yang berevolusi menimbulkan komitmen dalam sebuah hubungan mereka.

Setiap kulikan lagu yang pernah dibuat Prana, Sabrina menganggap itu adalah sebuah sekuel cerita cinta mereka. Tak perlu ada kata-kata, setiap dentingan nada yang dihasilkan oleh piano itu mewakili setiap suara,pelukan,cinta,dan kasih sayang Prana. Laksana mantra-mantra nan magis. Itu cukup bagi Sabrina. Seperti malam ini instrumen sederhana yang diciptakan sendiri oleh Prana menjadi obat rindu yang paling mujarab bagi Sabrina.

Dibalik kaca Savana rekan kerja sekaligus sahabat Sabrina tak kuat menahan air matanya, hampir separuh hidupnya dia bersama Sabrina, dia juga saksi hidup kisah cinta antara Sabrina dan Prana. Kini Sabrina seorang diri dalam gelap gulita Rimba Hati. Untuk dua tahun yang lalu mungkin Savana berpikir bahwa Sabrina hanya belum terbiasa. Tapi bagaimana mungkin, ini sudah dua tahun berjalan dan Sabrina masih tetap merana atas kepergian Prana.

Tak lama setelah Sabrina menyelesaikan kulikan lagu dari Prana, dia terduduk jatuh bersimpuh, ia memejamkan mata untuk mentralkan emosi yang meluap-luap dalam hatinya. Sabrina merutuki nasibnya sendiri, menggumamkan kata-kata tak jelas, meracau dalam tangisnya memanggil Prana. Mengapa merindu sesakit ini

***

"ini minum dulu" Savana menyodorkan air putih pada Sabrina, mengusap sisa-sisa bulir air mata yang masih memaksa menerobos melewati pelupuk mata. Hati Savana miris melihat bagaimana kacaunya Sabrina. Terkadang Savana berpikir apakah Tuhan sedang menikmati kesengsaraan Sabrina sehingga Beliau enggan memberikan pengganti Prana untuk Sabrina. Savana juga tak jarang mengenalkan beberapa teman laki-laki yang menurutnya lebih baik dari Prana. Tapi mau bagaimana lagi, ini urusan hati. Savana pun tak bisa berkutik jika sang empunya tak mau untuk berpindah kelain hati.

Sabrina menganggap pengembaraan misteriusnya ini layaknya liburan. Dan definisi Liburan menurut Sabrina adalah sama dengan kencan. Layaknaya liburan, Sabrina merasakan setiap dia melakukan pengembaraan misteriusnya dia merasakan kencan dengan Prana: getaran jantung penuh kegembiraan sebelum liburan persis saat Sabrina akan mulai untuk memainkan kulikan lagu Prana, kegembiaraan yang Sabrina miliki saat Sabrina berada disuasana yang baru persis saat nada demi nada mengayun bertalu-talu dan ingatan yang nakal berlari kesana kemari mencari kenyamanannya, kesedihan yang dirasakan saat liburannya berakhir dan kau harus pulang sama persis seperti baris terakhir nada yang memaksa Sabrina untuk berhenti dan kembali mengingat bahwa dia dan Prana dalam dua alam yang berbeda. Mirip bukan? Itulah mengapa saat Sabrina selesai melakukan pegembaraannya dia selalu kacau. Rasanya seperti menelan nasi saat tenggorokan terkena duri ikan.

"Sab?" Sabrina menoleh melihat Savana sambil memaksakan senyuman alhasil yang terlihat malah seperti ringisan yang cetak pada wajah Sabrina. " nggak papa kan? Everything gonna be alright Sab." kali ini Sabrina tidak menunjukkan ringisannya dia menunduk. Savana tahu setelah ini. Tetes demi tetes air mata Sabrina kembali mengalir" gue nggak baik Sav, kenapa sesulit ini ya, kenapa mas Prana tega banget ninggalin gue dalam kondisi yang kayak gini. Semakin hari bukannya gue lupa malah gue keinget terus sama mas Prana , ternyata merindu itu sakit ya Sav". Sakarang ganti aku yang tersenyum miris, bingung menanggapi pernyataan dari Sabrina, mungkin jika aku yang berada diposisi Sabrina kondisiku bakalan sama." lo harus kuat Sab, lo tau sendiri kan kalau Prana nggak suka liat lo nangis, kalau lo terus bernostalgia terus kapan lo move on nya? Mungkin sekarang saatnya lo move on deh Sab" Savana sendiri juga tak yakin dengan sarannya " nggak bisa Sav, setiap ada cowok yang deketin gue rasanya gue nggak nyaman, gue lihat cowok itu dari sudut pandang cara gue lihat mas Prana, saat cowok itu nggak ngedefinisiin mas Prana gue merasa nggak nyaman. Menurut gue mas Prana itu adalah definisi cowok sempurna Sav" ini poinnya." Nggak bisa gitu Sab, jangan dipukul sama rata. Lo nggak boleh lihat semua orang dari sudut pandang yang sama karena setiap orang memang nggak sama bukan?"

seperti Rahwana pada adegan sandiwara dalam kisah cinta Rama dan Sinta, Rahwana menculik Sinta hanya karena dia menganggap bahwa Sinta adalah reingkarnasi dari kekasihnya dahulu, tujuannya menculik Sinta hanya ingin mengambil apa yang seharusnya menjadi milik dia. Hanya caranya saja yang salah. Sama seperti pada film animasi pada serial Putri Salju, jika dilihat dari sudut pandang lain nenek sihir hanya menginginkan dia yang menjadi satu-satunya perempuan yang paling cantik. Bukankah setiap wanita menginginkan menjadi yang tercantik? Satu lagi, sama juga pada drama animasi Rapunsel, seorang nenek yang menyamar menjadi ibu angkat Rapunsel menculik Rapunsel karena sang Raja (Ayah Rapunsel) mengambil bunga Ajaib yang ditemukan pertama kali oleh ibu angkat Rapunsel. Sebenarnya jika kita mau melihat seseorang dari sudut pandang yang lain, kita akan mengerti mengapa orang yang kita anggap bersalah itu melakukannya.

Entahlah keduanya sama-sama diam seribu bahasa, menggeluti pikiran masing-masing yang sedang berusaha menekan emosional jiwa. Tak lama setelah itu suara Savana memecahkan keheningan " Sab, gue denger dari Stella katanya lo kemarin jalan ya sama cowok? Bener nggak sih? " seketika Sabrina langsung terkesiap " oh, itu Ari, dia temen baru gue, orangnya baik deh Sav, waktu gue lagi mandangin toko musik tempat gue dan mas Prana kencan pertama dan saat gue mau jatuh dia yang nolongin gue. Kenapa emang?" Savana merubah posisi duduknya " nggak papa tumben aja lo mau jalan sama cowok, biasanya juga gue yang maksa-maksa dulu baru lo mau" akhirnya Sabrina tersenyum tulus " itu juga ketemunya juga nggak sengaja, pas aku mau masuk gedung teater ternyata Ari sama Aira ada disana, lucu deh Sav Aira kayak lo waktu kecil dulu, manis gitu tapi semoga aja Aira nggak kayak lo aja udah gede ngeselin gila" terdengar kekehan dari Sabrina " Ari udah punya anak?" setika Sabrina langsung tertawa , mengingat dia juga pernah beranggapan begitu "bukan, Aira itu keponakannya Ari, dulu gue juga mikirnya gitu eh ternyata nggak" Savana hanya termagu-magu mendengar penjelasan dari Sabrina" Sab, kayaknya lo harus mulai dari sini deh" Sabrina menautkan alisnya, bingung apa yang dimaksudkan Savana" maksudnya?" kini Savana merubah posisinya menjadi berhadap-hadapan dengan Sabrina" gini gue jelasin, lo bisa aja mulal kisah cinta lo sama si Ari itu, kan kata lo dia baik. Mungkin lo bisa move on dari Prana" Sabrina memotar bola matanya jengah" dengerin ya Sav, gue nggak tau Ari itu punya pacar,temen deket atau enggak dan maksud gue baik ya karena dia nolongin gue" Savana mengangkat alisnya"lagi?" Sabrina menimang-nimang apa yang mau dikatakannya" yah.. dia orangnya supel gitu makanya gue mau bicara agak lamaan sama dia" kini Savana menarik sudut-sudut bibirnya" awal yang bagus dong, yaudah pulang yuk, uda malem juga ini" Sabrina kembali meneguk air minum yang diberikan Savana" yaudah ayok, gue beres-beres dulu ya"

***

Awan-awan berwarna biru menggapai-gapai lembut. Mengapung-apung diangkasa ingin menyentuh permukaan tanah yang menggoda untuk disentuh. Aku sadar bahwa gumpalan awan muda itu bisa menjadi penghibur bagi mataku untuk saat ini, tapi untuk saat ini yang aku butuhkan adalah sahabat jiwa,dan anak-anak awan muda yang biasa menjadi sahabat jiwaku kini beredar gelisah kesana-kemari semenjak sesuatu rasa yang kini mulai tak asing lagi hinggap pada perasaanku: Rindu.

Saat ini setiap putaran waktu jika aku disergap rasa rindu dadaku terasa sesak sendiri, tiba-tiba melamun merupakan kegiatan yang amat menyenangkan dan perlahan aku paham bahwa aku adalah tipe manusia yang tak kuat oleh rasa rindu, tapi bagaimana mungkin? Aku sudah menahannya semenjak dua tahun terakhir. Jika ditanya tersiksa? Tentu saja, tapi mau bagaimana lagi.

Jika kalian sangka selama dua tahun terakhir aku hanya diam saja menikmati siksaan rindu ini, kalian salah. aku sudah mencoba berbagai taktik agar rasa rindu ini tak bersarang terlalu lama dalam hati. Dan untuk saat ini penangkal sementaranya ialah kulikan lagi terakhir Prana.

Tangga-tangga nada ajaib ini adalah properti sekuel cerita cinta kami berdua. Dentingan suara yang tercipta laksana suara nyanyian dewa-dewi yunani yang sedang menyelenggarakan orkestra. Agaknya kulikan lagu ini telah menyergap perasaan sunyi yang tak tertahankan. Aku merasa hanya aku satu-satunya makhluk hidup. Seperti biasa, terjebak pada lorong waktu. Bahkan bunyi daun-daun yang rontok seperti berbilah-bilah barang tembaga yang jatuh memecah kesunyian malam.

Setelahnya, karena kulikan lagu itu aku segera pulih jiwa dan raga. Lagu ini memberikan efek alternatif guna memecah mental agar aku tak stres berkepanjangan. Segera aku masuk kamar dan menutup pintu balkon, sebelum aku benar-benar menutup pintu balkon aku sempat berbisik pada angin yang sedang tertawa.

"habat kamu mas Prana, kamu kasih aku racun Rindu sekaligus penawar Rindumu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 08, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

University of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang