Cinta Pertama yang Tak Mendapat Kesempatan

40 6 0
                                    

Cinta Pertama yang Tak Mendapat Kesempatan

Dua bulan yang lalu...

Tak kala panas membuat banyak orang uring-uringan di jalan, dibumbui pula dengan kemacetan yang mengharuskan pengendara mobil sepertiku harus berjalan merayap. Menjilati jalan setiap centinya menggunakan roda kendaraan. Asap mengepul dari belakang kendaraan orange beroda tiga itu. Memburamkan pandangan untuk fokus kedepan, membuat suasana kemacetan kian memuakkan.
Kupalingkan wajahku menuju samping badan jalan, mengamati taman yang sedang dikunjungi banyak orang. Mungkin mereka jenuh akan kemancetan dan memutuskan diri untuk berhenti sejenak. Tapi tunggu.. itu bukan kunjungan, ternyata mereka sedang melakukan syuting film untuk diangkat ke layar lebar.
Saat aku ingin kembali menolehkan kepalaku kembali fokus kedepan. Aku menangkap siluet seseorang yang aku kenal. Bukan,bukan,bukan hanya aku kenal, tapi yang aku hafal.
Kupinggirkan kendaraanku menuju parkiran sebuah restoran yang ada disamping taman tersebut. Bergegas mencari-cari dia, dia yang selama ini aku rindukan. Kutarik nafas dalam dalam berusaha menetralisir reaksi kimia yang berlebihan dalam perutku. Degup jantung yang berpacu pada arenanya. Membuat aku memperlambat langkahku untuk bertemu dengan dia. Setelah semua terasa rileks. Aku coba mendekat kembali.


Melihat dia sedang serius membrifing beberapa aktor-aktris yang aku kenal. Seulas senyum terulas dibibirku.

Dia masih sama, yah sama, dia selalu serius saat mengerjakan apapun. Sampai tak menyadari kalau aku selalu menatap wajahnya. Wajahnya yang cantik, yang dengan ulet mengajariku bermain gamelan. Memupukku dengan mengatakan bahwa walau anggota baru, aku masih bisa mengejar dan mampu memainkan alat tersebut.
Wajah yang sama saat dia serius menulis naskah drama tugas akhir SMA, wajah yang sama saat dia memerankan sebagai dayang sumbi dalam drama kelompok kami, wajah yang sama, wajah yang sama, atau mungkin perasaanku yang masih sama.

Bukankah cinta itu tak akan berubah,kekal? Ah,. Iya memang cinta tidak akan berubah, cinta akan tetap menjadi cinta hanya saja orang yang menduduki singasana cinta yang akan berubah.

"Cari siapa mas? "Tanya salah seorang yang kukira dia rekan kerja Rasya. "Rasya, saya mau mencari Rasya. Itu dia yang memakai baju kuning" tunjukku pada orang tersebut. "oh.. nanti saya sampaikan, mas bisa nunggu dulu. Kami sedang syuting, jam makan siang nanti kami akan istirahat. Mas bisa menunggu di tenda sebelah sana" sarannya sambil menunjukkan kursi dibawah tenda tersebut.

aku berjalan dengan perasaan yang sulit diartikan. Senang. Ya. Karena aku sudah lama tak bertemu dengannya. Aku siapkan diri untuk segera membicarakan ini. Memang kami tak pernah terikat. Tapi aku menyadari rasa yang bersemi diantara kami berdua.

***
Kulirik jam mungil yang bertengger manis pada tangan kiriku. Jarumnya menunjukkan jam makan siang. Tak lama berselang mas Majid meneriaki kalau sekarang saatnya makan siang. Aku bergegas melenggang ingin menuju ketenda. Rasanya cepek sekali berdiri seharian mengarahkan meraka yang memerankan apa yang aku tulis dalam novelku. "mbak Rasya, ada yang nyariin" kata mita rekanku"siapa mit?" tanyaku sambil menuju ke tenda." Ndak tau mbak, sekarang orangnya lagi nunggu di tendanya mbak. Ganteng loh mbak" jawabnya langsung melenggang pergi. Aku terpaku, terdiam, terpatri menangkap sosok yang beberapa tahun ini coba untuk aku hapus dalam memori ingatan.
Memang tak benar-benar terhapus. Karena kusimpan pada peti yang ada di sudut hati terlarang. Tak satu orangpun bisa menjamah.termasuk aku. Karena sang kunci mengikuti empunya pergi.

Buru-buru aku sadarkan diri. Mendekati sang objek dengan kecanggungan yang amat hebat. Menetralisir nafas yang tersenggal-senggal. Sejuta pernyataan yang tercekat pada tenggorokan berdesak-desakkan untuk dilontarkan. Dan yang keluar adalah"apa kabar Ri?" dengan enggan aku duduk disampingnya mencoba bersikap biasa.

University of lifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang