-Perasaanmu seperti delusi angin yang tak pernah bisa aku lihat tapi bisa aku rasakan-
●Salsha bergegas keluar dari kelasnya, sial! Gara-gara kemarin dia tidak masuk sekolah dengan keterangan 'A' maka, ia harus menerima pelajaran tambahan dari guru Kimianya sejak 2 jam sepulang sekolah tadi. Setelah pukul 4 terlewati barulah ia diperbolehkan pulang dan tentunya masih dengan sederet peringatan dan nasehat yang tegas yang ditujukkan persis untuknya.
Suasana sekolah sudah sepi, hanya ada beberapa motor para guru yang masih lembur meneliti tugas-tugas siswa dan beberapa siswa juga yang masih berkeliaran di area sekolah. Ada yang menunggu jemputan ada pula yang memang sengaja pulang sore untuk menikmati akses wi-fi sekolah. Salsha celingak-celinguk sendiri saat sampai di depan gerbang. Perasaan ia sudah mengirim pesan pada taxi online untuk menjemputnya tapi kenapa belum juga datang?
Salsha maju selangkah, tapi baru sempat ia menggapai pegangan gerbang, tubuhnya sudah terjatuh. Tali sepatunya yang memang lepas membuatnya jerjerembab di depan gerbang dengan lututnya yang terlebih dahulu terkena aspal. Ia meringis kesakitan lalu menatap kedua lututnya yang memang terluka dan berdarah. Ia meniup lututnya pelan lalu mencoba berdiri meskipun terasa sakit.
"Gue bantu"
Salsha mendongak, menatap Aldi yang sudah mengulurkan tangannya untuk membantu Salsha. Sementara Salsha hanya menatapnya saja lalu mencoba berdiri lagi dengan berpegangan besi gerbang.
"Batu dasar, dibaikin gak mau" desis Aldi yang masih terdengar oleh Salsha.
"Gue denger" sengit Salsha
"Silahkan, gak ada yang ngelarang buat lo gak denger omongan gue kok"
Salsha menatap Aldi tak suka, ia berjalan pelan seraya memegangi lututnya yang terasa nyeri. Ia akan beristirahat di halte dekat sekolahannya.
"Kalo lo jalan bungkuk-bungkuk gitu yang ada gue gak bisa nahan nafsu buat liat paha lo dari belakang bego. Sini gue bantu" dengan cepat Aldi merangkulkan tangan Salsha ke pundaknya membuat Salsha terkejut sekaligus mencoba berontak. Namun, apalah daya ucapan Aldi tadi rupanya membuatnya risih serta malu juga.
Aldi menuntunnya untuk duduk di halte, ia pun hanya menurut saja lalu mencoba mengipasi kedua lututnya yang terasa perih itu. Kenapa juga ia bisa seceroboh ini?
"Perih ya?" Tanya Aldi mengamati wajah Salsha yang menahan sakit
"Menurut lo?" Salsha berdecak kesal
"Yaelah galak amat lo, gue cuma nanya juga"
Salsha mengabaikan sungutan Aldi, ia lebih memilih mengeluarkan ponselnya lagi untuk menghubungi taxi online. Namun, sudah beberapa kali ia telfon tak ada yang menjawabnya membuat mood Salsha semakin hancur saja.
"Dasar taxi online apaan ni kalo begini, pas dibutuhin malah gak ada gak dibutuhin berjejer kek penumpang kereta"sungut Salsha memasukkan kembali ponsel kedalam saku seragamnya.
"Ngapain lo? Nunggu taxi online? Gak bakalan ada yang dateng, lo gak liat berita kemarin? Banyak gojek, sama kendaraan online yang mogok narik gara-gara di demo habis-habisan sama kendaraan lain yang bukan online" jelas Aldi
"Cih, berita gak penting gitu lo tau? Tapi yaudahlah ya gue bisa sms temen-temen gue buat jemput"
Salsha bersiap mengambil ponselnyan lagi namun, gerakannya kalah cepat dengan Aldi yang sudah berjongkok di depannya membuat Salsha terkejut sekaligus merasa aneh melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TROUBLEMAKER GIRL
Teen FictionMerasa sosialita? Merasa hits? Merasa instagrammer? Merasa fashionable? Merasa famous? Merasa the beautifull girl of school? Jika kalian merasa itu semua mulai sekarang jangan harap hidup bisa tenang di SMA Garuda. Tidak ada yang aneh dengan ka...