Kedua

885 99 6
                                    

Salsha menatap kedua orang yang berhadapan dengannya saat ini. Pria tua berkumis dan seorang wanita yang memakai jilbab. Salsha serasa ingin muntah kala pria itu merangkul pinggang wanitanya posesif. Ingin juga rasanya Salsha mengacak jilbab wanita itu lalu menjambak-jambak rambutnya, melampiaskan kekesalan nya yang sudah ia pendam sejak dulu.

Hingga wanita itu maju selangkah dan memegang kedua bahu Salsha. Ia tersenyum manis seperti iblis bagi Salsha. Ia tak pernah sudi mempunyai mama baru jika mama kandungnya saja masih hidup.

"Lepasin" gertak Salsha menghempaskan kasar kedua tangan yang hinggap di bahunya.

"Salsha! Jaga kelakuan kamu. Dia calon mama baru kamu" ucapan sengit pria tua itu membuat Salsha menatapnya kecewa. Kecewa kenapa pria yang sering ia panggil 'Ayah' itu tega mengatakan 'Mama baru' padanya.

"Gak akan pernah ada yang namanya mama baru selama mama aku masih ada yah." Sengit Salsha.

"Kamu masih mengharap mama kamu yang udah gila itu? Iya? Apa yang masih bisa kamu harapkan dari dia? Bisanya cuma ngerepotin aja." Gertak pria itu.

"Terus? Apa yang bisa Salsha harapkan dari wanita perebut suami orang ini? Apa yah?"

Plakk!! Tamparan keras terasa di pipi kanan Salsha, gadis itu meringis seraya memegangi pipinya yang mungkin sekarang berwarna merah akibat tamparan dari sang ayah. Ia tak perlu menangis, sudah biasa ia diperlakukan seperti ini dari ayahnya semenjak wanita ini mengusik kehidupan keluarganya. Rasa sakit di pipinya tak dapat mengalahkan rasa sakit hatinya yang selalu bergetar akibat hantaman perkataan sang ayah yang selalu menyebut bahwa wanita di hadapannya ini adalah 'Calon mama baru' untuknya padahal, mama kandungnya masih hidup.

Salsha menatap benci pada wanita itu yang memarahinya ayahnya karena sudah menamparnya. Ia tau, mungkin wanita itu hanya berpura-pura baik di hadaannya agar bisa mengambil hatinya dan merestui hubungan mereka. Salsha tak akan pernah sudi akan itu. Ia tak akan pernah mau mempunyai mama baru selagi mamanya masih ada. Dan belum tentu juga jika mama nya sudah tiada ia ingin mempunyai mama baru lagi. Yang saat ini ia harapkan adalah kesembuhan sang mama agar mereka bisa menjadi keluarga yang utuh lagi dengan segala keharmonisan keluarga yang membuatnya kangen.

"Kamu mau kemana lagi? Nemuin mama gila kamu itu? Iya?" Gertakan sang ayah membuat langkah Salsha terhenti. Ia tersenyum sengit kala sang ayah yang menatapnya penuh amarah.

"Seenggaknya mama adalah tempat paling nyaman yang aku punya sekarang, dan aku akan selalu pertahanin itu semua." Ucapan Salsha membuat sang ayah mendesah frustasi.

"Kalo perlu gak usah pulang"

"Oh tentu yah, aku akan pulang jika aku bosan. Dan ayah akan pergi dengan jalang ini mungkin ke hotel atau ke apartemen, melakukan hubungan tak senonoh diluar pernikahan"

"Salsha!!!"

Salsha berlari keluar rumah, ia tak dapat lagi melihat wajah amarah dari ayahnya. Samar-samar ia bisa mendengar ucapan wanita itu yang menyuruh ayahnya tak sekasr tadi padanya dan memarahi ayahnya yang terus memakinya sedari tadi. Namun, Salsha paham itu hanya bentuk simpati yang fiksi semata untuk menarik perhatiannya.

Tujunnya sekarang hanya satu. Tempat dimana mamanya di asingkan dari keluarga mereka.

♡♡♡♡♡

Keyra menuruni tangga dengan tak semangatnya. Di meja makan sudah ada papa kandungnya-Herman, mama tirinya-Almira dan Kenzho. Mereka baru setengah melahap roti bakar yang sudah pasti buatan mama tirinya. Keyra mendecih ketika mama tirinya tersenyum kearahnya lalu mengambil sepiring roti dan segelas susu putih yang di letakkan di meja bagian tempat duduk Keyra. Dengan lesu Keyra berjalan ke arah meja makan. Mengambil posisi duduk di sebelah papanya.

MY TROUBLEMAKER GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang