Chapter 2

202 32 6
                                    

Banyak Typo bertebaran!!

Ingin kupecahkan gelas ini biar mereka bisa terdiam, namun itu semua hanyalah mimpi. Walaupun gelas ataupun keramik aku hancurkan, itu semua tidak akan terpengaruh antara kedua insan yang tengah beradu argumen.

Mungkin orang melihatku kuat dengan berada disana, namun gendang teliangaku sudah ingin pecah bak halnya gunung meletus. Sudah seminggu kudengar mereka beradu mulut. Dan sudah kuamati mereka membanting barang-barang yang ada dirumah. Tapi mungkin aku sudah terbiasa dengan itu semua, tapi kadang-kadang aku juga sudah muak dengan semua ini. Aku tidak ingin menjadikan terpecahnya keluargaku menjadi sebab terhambatnya mimpi-mimpiku.

Author pov

Eunha yang sedari tadi berdoa agar guru yang berambut gelombang dan berwajah tirus itu tidak masuk didalam kelasnya harus menelan rasa pahit. Pasalnya guru yang dikenal sebagai guru terkiller seantero sekolah masuk dikelas Eunha dengan Mengadakan Quiz mendadak, bak tersambar petir Eunha mungkin akan menangis untuk kesekian kalinya. Belum lagi matanya yang bengkak akan dipertanyakan oleh sang guru killer.

" Eunha, kenapa dengan matamu?" tanya guru yang bernama oh seyong,guru matematika yang killer. Betul saja pasti mata Eunha akan ditanyakan

" Emhh, ini karena... Ehh, " jawab Eunha dengan ragu

pasalnya jika ia bilang yang sejujurnya maka terbongkar sudah tentang keluarganya yang kurang harmonis namun jika Eunha mengatakan kebohongan tentang menonton drama sambil menangis sudah dipastikan dia akan diomeli oleh sang guru killer karena tidak belajar tadi malam.

" Yah..sudahlah, sekarang tutup semua bukunya dan saya akan menanyakan rumus matematika kepada kalian, " tutur ibu guru yang notabennya adalah guru matematika.

" Eunha apa kau sudah belajar?" tanya Yerin dengan wajah cemas

" boro-boro aku belajar, menyentuh buku saja tidak pernah," muka memelas Eunha sambil memegang kedua matanya.

2 jam kemudian...

" Baiklah anak-anak, kalian yang belum dapat giliran maju tadi, akan disambung minggu depan. Jadi belajarlah. Dan yang tidak bisa menjawab menghadap keruangan saya sekarang! "

Mungkin Dewi fortuna masih berpihak kepada Eunha pasalnya tadi nama Eunha belum disebutkan untuk mengerjakan soal yang amat susah, mungkin jika Eunha maju jawabanya akan menunggu ayam melahirkan.

" ohh Aku lupa, tolong lunasi uang les kalian dan kumpulkan diruangan saya" tutur kata ibu yang hampir keluar dari ruangan kelas 12-B.

" baik, buuu" seru semua siswa

***

Seorang gadis tengah meratapi kehidupannya, apa yang lebih baik dari pada mundur. Melihat keselilingnya banyak orang yang bernasib beruntung. Memiliki kedua orangtua yang saling menyayangi, dan mencintai anaknya. Melihat itu semua membuat hati seorang gadis bagai tersetrum aliran listrik. Gadis yang bername tag Eunha itu tengah melewati pinggir jalan untuk menuju ke bis yang mengantarnya menuju rumah. Gadis itu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Sepertinya ia mengingat sesuatu.

" ohh Aku lupa, tolong lunasi uang les kaliannya dan kumpulkan diruangan saya" Betul sekali kini Eunha teringat tentang kata dari gurunya itu.

"Ha, sepertinya aku belum bisa membayar semuanya, apa yang harus aku lakukan?" dengan menghela nafas berat.

Pertengkaran yang terjadi antara kedua orang tuanya membuat kecanggungan yang mendasar dihati Eunha. Saat dulu meminta uang atau keperluan sekolah sangatlah mudah bagi Eunha atau mungkin jika tidak dibilang pun, orang tuanya akan mengerti dan langsung memberi apa saja yang Eunha inginkan. Tapi sekarang berbanding terbalik, sulitnya itu bagaikan menggapai Bulan.

Eunha yang tadinya berfikir tentang hal itu merenungkan diri bagaimana caranya untuk melunasi uang les matematikanya. Tanpa sengaja Eunha melihat sebuah supermarket diseberang jalan. Dengan senyum yang terpancar oleh wajah Eunha sebuah ide sudah ia dapati untuk melunasi uang lesnya itu. Ada niat untuk Eunha akan ke supermarket yang berada diseberang jalan, dengan gembiranya Eunha menyebrangi jalan itu namun tiba-tiba.

" Aaaaaaaaaahhhh!!! " pekik Eunha yang terduduk diaspal jalan dengan menutupi wajahnya.

Mengapa saat Eunha mendapatkan ide cemerlang ada saja cobaan yang dihadapi, tapi itulah hidup. Dan sekarang didepanya ada seorang
Lelaki yang mengendarai motor ninja berwarna hitam, helm berwarna merah serta balutan jeket berwarna hitam sebagai pelengkapnya. Tak khayal membuat Eunha jantungan. Entah apa yang difikirkan lelaki itu, sehingga hampir membuat jiwa seorang gadis melayang.

" Heiiii, apa kau gila? apa kau tidak melihat orang yang sedang menyebrang, ha?" pekik Eunha dengan nada yang sangat marah

" Oh, maafkan aku. Sungguh aku minta maaf,"

Eunha pun berdiri walupun jantungnya berpacu hitungan detik dan memerlukan kekuatan yang extra kuat untuk berdiri.

"Kau kira nyawa itu ada yang dijual?"

" Maafkan aku, aku tidak sengaja tadi itu aku terburu-buru," jawab lelaki yang masih betah memakai helmnya itu.

" Tidak sengaja kau bilang, tidak sengaja untuk membunuhku?"

" Bukan itu maksudku ta-"

" Sudahlah, heissh ini hari yang paling menjengkelkan, " acuh Eunha sambil beranjak dari jalan yang tadi dia jatuhi.

Eunha pun menyebrangi jalan dengan kesal, tapi dia harus tetap tersenyum karena supermarket yang ada didepannya itu adalah Sumber uangnya. Lelaki yang memandangi punggung Eunha hanya menatap heran pasalnya entah mengapa ada bisikan yang bergemuruh datang kepada lelaki yang tengah menatap Eunha yang mulai menjauh, tapi jujur tidak dipungkiri jantung lelaki yang masih betah memakai helm itu berpacu dengan cepat saat Eunha memarahinya.

***

Disebuah kafe terdapat gadis yang berambut panjang gelombang dan berwarna coklat terang, tengah meminum jus sambil menengok seperti mencari seseorang. Tiba-tiba orang yang ditunggu pun datang

" Dari mana saja kau? Sudah 10 menit aku menunggumu, " cemberut gadis bernama sejeong itu.

" Maafkan aku sayang, kau tahu untuk datang kesini aku hampir menghilangkan nyawa seorang gadis,"

" benarkah, apa dia terluka? apa dia menuntutmu?"

" hei, dia tidak terluka, dia juga tidak menuntutku, cuman dia memarahiku, "

"Sebagian orang juga akan marah jika akan ditabrak, kau kira nyawa ada yang dijual? "

" wahhh, kau mengulang kata-katanya, "

" benarkah? Mungkin karena dia marah padamu"

" apakah iya, tapi aku merasa hmmm~" lelaki itu tengah berfikir

" merasa apa? Jangan bilang kau jatuh hati padanya?"

" hei apa yang kau katakan? Aku ini Kim Mingyu pacar seutuhnya sejeong dan selamanya akan selalu mencintainya dan tak akan pernah berpaling darinya," sambil mengacungkan dua jarinya yang menandakan sumpah cintanya

" bisa saja, sudahlah mana ada yang tahu takdirkan. Tapi jika aku yang jadi gadis itu mungkin aku tidak akan marah padamu,"

" kenapa?" tanya lelaki yang berkulit coklat dan rambut berwarna hitam, yang tidak lain adalah mingyu

" karena aku mencintaimu"

" itu sudah pasti, wajah tampan ku membuat para wanita terpikat olehku, " kata minggu percaya diri

" Oh ya? percaya diri sekali kau tuan minggu, tapi bolehkah aku bertanya, jika ada seorang gadis yang memikat hatimu. Siapa yang kau pilih? " tanya sejeong dengan tatapan serius

" ha... Pertanyaan apa itu, siapa yang bisa memikat hatiku selain kau, kan kau tahu dari dulu semua gadis yang kutemui cantik dan baik hati namun pandanganku hanya tertuju padamu, Kim Sejeong, "

TBC

Makasih udah read ff ku. Jangan lupa Voment yahh~^^









Love WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang