Chapter 1

235 39 4
                                    

"Prankk"

Bunyi itulah yang terdengar dari salah satu rumah mewah, bernuasa putih diujung komplek. Dan kini seorang gadis terlihat tengah berjalan menuju sumber keributan tersebut. Gadis cantik itu bisa melihat sepasang suami istri yang tengah bertengkar hebat, dan sepasang suami istri itu tidak lain adalah Ayah dan Ibunya sendiri.

"Aku ingin kita bercerai!!! " kata si wanita paruh baya

" Apa yang kau katakan? Bagaimana dengan Eunha?"

" Aku tidak mau tahu, aku ingin kita bercerai."

" Kau kira bercerai itu permainan yang bisa dimainkan? " tanya satu-satunya lelaki diruangan itu.

" Yang lebih pantas dikatakan permainan itu aku, aku yang kau mainkan!! "

" Kau ini mau aku tampar lagi Baru kau sadar, he?"

Belum sempat ayahnya melayangkan tamparan ke pipi ibunya. Eunha tiba-tiba datang dengan tangisan yang sedari tadi dia tahan.

"Hentikan!! Hentikan semua ini pah mah, apa aku ini boneka? Kalian melakukan ini terus menerus! aku capek. Tidak bisakah kalian hentikan semua ini, paling tidak jangan didepanku."

Melihat sang ayah yang ingin menampar sang ibu membuat gadis yang tidak lain adalah Eunha memberanikan diri untuk berbicara. Memang bukan pertama kali ayahnya melakukan itu, tapi manusia pasti punya batas kesabaran sehingga hati Eunha meringis kesakitan mendengar dan melihat perlakuan kedua orang tuanya yang selalu bertengkar itu.

"Hikks....Bukan ini keluarga yang Aku mau, dan bukan ini doa-doa yang selalu aku panjatkan agar keluargaku selalu harmonis. Aku tahu kita harus bersyukur memiliki keluarga, Aku menghormatinya. Tapi apakah kalian menghormati perasaanku?"

Eunha segera berlari menaiki anak tangga sambil menangis. Dan hal itu mampu membuat kedua orang tuanya tercengang oleh kata-kata anak gadisnya sendiri, bak sadar mereka bukanlah orang tua yang patut diteladani.

" Tidak kan? Aku rindu belaian kalian tapi sekarang kalian menghancurkan mimpi-mimpiku. Hiksss.." eunha kembali menaiki anak tangga dengan cepat untuk mengurung diri dikamarnya.

Sesampai dikamarnya, Eunha segera menenggelamkan kepalanya di atas bantal agar suara tangisannya tidak lagi terdengar. Eunha sudah terlalu sering bersedih, namun hebatnya dia tidak pernah menampakkan kesedihannya itu pada teman-temannya. Dan anehnya lagi dia selalu tertawa seperti kehidupannya itu sangat sempurna. Namun sebenarnya terbalik dari kenyataan, kehidupannya jauh dari kata sempurna.


Kringgg~

Terdengar suara jam weker dari asal kamar seorang gadis. Dan secara otomatis sang gadis segera membuka matanya, lalu mengucek sedikit area mata. Dan Gadis itu terbelelak karena jam telah menunjukkan waktu 06.45. Gadis yang tidak lain adalah Eunha itu, langsung mengambil handuk. Menangis membuat Eunha tertidur dan terbangun sampai kaget sang Fajar telah berada diposisi yang cukup tinggi. Eunha masih mengingat kembali pertengkaran kedua orang tuanya, dia tidak mau terlarut dalam kesedihan karena tidak mau semua temannya mengetahui masalah keluarganya. Tapi...

" ada apa dengan mataku kenapa bengkak begini, ishhhh.. Pasti ini karena semalam aku menangis. Bagaimana ini? "
tanya Eunha pada dirinya sendiri sambil memandangi cermin dihadapannya. Tidak mau terlalu lama berkaca dia mengingat kalau jam akan menunjukan jam 07.00 dan 10 menit lagi dia sudah harus berada di sekolah. Dan Karena rumah Eunha agak jauh dari sekolah sehingga dia harus menggunakan bis sebagai alat transportasinya, mengingat orangtuanya bertengkar membuat kecanggungan dalam hatinya.

In school vonixmerin

Beruntung sekali, Eunha tepat waktu datang kesekolah walaupun di detik-detik terakhir pak satpam menggeser pagar sekolah.

Sesampai dikelas 12-B tepatnya itu kelas Eunha untuk menampung ilmunya. Tidak mau berlama -lama Eunha langsung menidurkan kepalanya. bukan karena apa dia takut jika semua temanya menanyakan matanya yang bengkak itu.

" Eunha yahh~ kau tahu tidak? "

"Tidak" jawab Eunha ketus.

" hei kau kenapa?" tanya seorang wanita berponi, serta pipi yang temben dan memiliki surai rambut yang bergelombang tak lain itu adalah Yerin teman Eunha

" kenapa Yerin? Aku kenapa?" tidak mau membuat temannya curiga dia pun menghadap temannya.

" Eunha matamu kenapa bengkak? "
tanya Yerin khawatir

" oh... tadi malam aku menonton drama, sampai aku harus menangis. Kau tahu? Kisahnya sangat mengharukan," Entah alasan itu yang terlontar dari bibir Eunha namun jawabannya itu bisa dipercaya oleh Yerin

" ohhh... Aku penasaran dengan kisahnya, kalau kau menonton harusnya kau panggil aku. Agar kita bersedih bersama, " jawab Yerin dengan senyuman

Betulkah kau ingin melihatnya Yerin, kisah keluargaku? Kisah orangtuaku? Aku tidak yakin kau akan tegar sepertiku? Bahkan ini lebih menyakitkan daripada tertusuk pisau, walaupun aku belum pernah merasakannya. Aku juga lelah untuk membuang air mata yang tak berdosa ini.

TBC

Thanks for read,  maaf kalau gaje TT





Love WhisperTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang