Perjodohan?

1.7K 100 7
                                    


Sakura Apartement, Konoha City, 07.00 A.M

Suara dengung mesin pengocok bergema di permukaan meja pantry. Diatas meja yang sama tercecer tepung dan cangkang telur. Dua mangkuk berisi bubuk coklat dan mentega cair. Loyang persegi panjang. Susu cair. Irisan strawberry diatas talenan. Lalu, ada pula stoples - stoples bening berisi gula, pengembang kue, cookies warna warni dan aneka macam permen.

Oven di belakang Sakura telah memanas. Adonan soufflé coklat yang telah di tuangkan ke dalam Loyang dimasukkan ke dalam oven. Dari arah ruang keluarga, samar - samar terdengar Justin Bieber mendendangkan "Love Yourself".

Sakura mengambil soufflé coklat dari dalam oven, memotongnya, dan menghiasnya dengan strawberry dan gula bubuk diatas piring. Lalu kue tersebut dibawa ke arah ruang makan. Menikmati sarapan soufflé dengan teh hangat sepertinya bukan ide yang buruk, pikirnya. Di sela - sela ia menikmati sarapannya sambil membaca koran pagi, telponnya berdering. Ia mengernyit, untuk apa Kaasan-nya menelpon sepagi ini?. Belum sempat ia bertanya ada apa, ibunya telah membanjirinya dengan perintah -

"Sakura-chan. Kau harus pulang ke rumah hari ini. Ibu tunggu, jangan telat dan JANGAN MENCOBA MENCARI ALASAN!" - lalu menutup telponnya. Bahkan sebelum ia sempat menjawabnya. ASTAGA. Yang benar saja!!. Demi kolor beruangnya Sasori, kesambet apa ibunya pagi ini?.

Lalu, Sakura buru - buru menghabiskan sarapannya. Benar - benar pagi yang buruk.

.

.

Sekitar pukul sembilan lebih beberapa menit, Sakura keluar dari apartemennya. Ia telah mengganti pakaian dengan kaus putih polos, dibalut dengan jaket kulit hitam dan celana denim hitam. Sementara rambutnya tetap digerai karena ia memiliki potongan pendek.

Ia mengendarai mobil merahnya meninggalkan apartemen di Konoha City yang telah ditempatinya selama empat tahun terakhir. Kendaraan itu melaju menuju Suna. Bayangkan SUNA. Ia harus berkendara dari konoha ke suna yang bisa menempuh waktu hingga 4 jam lamanya. Dan ia disuruh jangan telat!!. Kami-sama, Kapan ibuku normal?. Tangisnya dalam hati.

.

.

Sakura tiba di depan bangunan bergaya Eropa Klasik yang di dominasi warna putih dan krem. Ia tiba tigapuluh menit lebih awal dari yang seharusnya.

Home Sweet Home

Mungkin kalau ia tidak di telpon ibunya pagi ini dan disuruh - tepatnya dipaksa - untuk kembali ke Suna mungkin ia tidak tahu kapan akan pulang. Sudah terhitung satu tahun lamanya ia belum pulang. Bukan bermaksud durhaka atau apa, hanya saja alasan Sakura jarang pulang kerumah itu karena ia memang menganut prinsip ekonomi. Jelas saja dari pada uangnya dibuat beli bensin untuk pulang mending ditabung kan? Hahaha. Aku memang pintar, pikirnya.

Gadis itu melintasi pekarangan rumah, menaiki sejumlah anak tangga untuk mencapai teras rumah. Terdapat sepasang pintu dari kayu jati. Ia membuka pintu itu dan memasuki rumah. Berjalan melawati ruang tamu menuju ruang keluarga. Disana terdapat sofa putih dengan meja di depannya dan menghadap ke televisi. Dan ditengah - tengah sofa terdapat sesosok makhluk hidup yang sedang menyesap teh nya. Lalu menoleh dan berdiri memandang Sakura.

Haruno Mebuki. Ibu Sakura.

Astaga. Kenapa ibunya memasang tampang sok kalem seperti itu? firasat apa ini?!. Lalu dimana Ayahnya dan Baka nii-san nya? Pikirnya frustasi.

Sakura hanya terpaku melihat ibunya. Ia menanti suara yang akan dikeluarkan ibunya. Dan ketika akhirnya ibunya bersuara. Ia hanya bisa cengo ditempat.

Love Accidentally?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang