Six

49 10 7
                                    

"Tanda Bahaya."

***

Satu hal yang selalu Nana lupakan adalah bahwa kenyataan Dimas memiliki kekasih. Dia selalu menganggap Dimas masih seperti dulu, sahabatnya yang selalu ada dan peduli padanya tapi sekarang Dimas memiliki pacar dan semua terasa berbeda.

Suasana kantin sangat tidak kondusif, membeludaknya siswa yang kelaparan membuat antrian yang sangat panjang dan tidak kebagian tempat duduk. Nana menghembuskan nafasnya kasar, nampan berisi semangkuk bakso dan 1 buah teh botol terasa berat baginya dia melirik semua meja yang terlihat penuh kecuali meja Dimas dan teman-temannya, memang sih teman Dimas juga teman Nana tapi rasanya Nana sedang malas bertemu Dimas. Ketidak hadiran Nami membuat Nana harus melakukan apapun sendiri, kenapa sih Nami harus ijin segala runtuknya dalam hati.

Tanpa diduga Dimas melambaikan tangannya mengisyaratkan agar Nana duduk bersamanya, dengan langkah ragu Nana menghampiri Dimas.

"Duduk Na, masih ada kursi kosong tuh." Ucapnya ramah.

"Hi Na." Sapa abigail dan Farhan.

"Btw kalian jarang keliatan jalan berdua nih." Tanya Abigail.

"Iya nih, lagi pada berantem ya?" Farhan ikut menambahi.

"Si monkey sibuk sama pacarnya." Jawab Nana acuh, Dimas menatap Nana tidak suka.

Faktanya bukan seperti itu justru Nana yang sering menolak untuk diajak pergi keluar akhir-akhir ini. Setelah kejadian waktu itu, waktu Dimas tidak bisa datang membantu Nana mengerjakan PR Matematika-nya Nana seolah menjauhinya.

"Gue selalu ada waktu kok dianya aja yang sok sibuk!"

"Elo kali yang selalu sibuk Dim," Nana kembali menjawab dengan acuhnya, Dimas mendengus kesal.

"Gue salah apasih Na sama lo, kok lo jadi cuekin gue gini sih?" Dimas menatap Nana meminta penjelasan tentang apa yang salah dengannya.

"Minta kecap dong." Lagi-lagi Nana mengacuhkan Dimas.

"Ini," Farhan menyerahkan botol kecap pada Nana.

"Na? Gue minta maaf karena gak bisa bantuin lo waktu itu."

"Gue maafin!"

"Ekspresi lo ngejalasin banget lo marah banget sama gue kan?"

"Serah deh, gue mau makan Dim."

"Kenapa jadi sensian gini sih."

"Tau ah,"

"Wi.na?" Dimas menatap Nana geram, Dimas pun menyebut Nama asli Nana dengan penuh penekanan.

"Kenapa sekarang jadi lho yang marah ke gue Dim?" Nana kesal karena Dimas memanggil nama aslinya, seakan benar-benar menandakan Dimas sedang marah kepadanya.

"Gue minta maaf."

"Udah gue maafin monkey! Udah ah gue mau makan!"

"Sambil senyum dong bilangnya."

"Nih... nih..." Nana melengkungkan senyumnya, membuat Dimas tersenyum juga.

"Kalo senyum kan manis."

"Udah-udah." Lerai Abi, Abi tau jika perdebatan mereka dilanjutkan dipastikan akan terjadi perang dunia ke-tiga.

"Dasar kucing sama anjing." Cibir Farhan.

"Diem lo!" Dimas menatap tajam ke arah Farhan sedangkan Farhan yang ditatap seperti itu hanya cengengesan saja.

"Oh iya Abi, elo mau kan temenin gue ke toko buku?"

"Eh.... iya.. Boleh, Kapan?" Jawab Abigail yang sering di panggil Abi.
"Sore ini."

"Okay aja Na,"

Dimas menatap Nana aneh, sejak kapan Nana akrab dengan Abi. Ini pasti tidak benar Nana memang marah padanya tapi sikapnya benar-benar membuat Dimas jengkel.

"Bukannya lo mau nganter Kak Tania ke Bogor?" Dimas menatap Abi dengan tatapan tidak suka dan memperingati.

"Gak jadi, katanya mau sama Om Irfan." Jawab Abi santai.

"Nanti gue tunggu di tempat parkir ya Abi."

"Siap Na."

"Gue ikut ya?" Dimas menatap Nana dan Abi bergantian. Abi yang di tatap malah menatap Nana seolah meminta persetujuan.

"Gak boleh!" Nana menjawabnya ketus kemudian berdiri mengambil teh botolnya dan pergi meninggalkan cowok-cowok tersebut namun sebelum dia benar-benar pergi meninggalkan ke-tiga cowok tersebut Nana menoleh dan tersenyum manis.

"Sampai ketemu nanti Abi gue duluan." Abi menatap Nana tidak percaya, Nana mengajaknya. Setalah sekian lama dia diam-diam mengagumi sosok Nana akhirnya Nana memberi lampu hijau padanya. Meresponnya, menganggap keberadaanya.
Abi membalas Nana dengan senyum manisnya,

"Gue siap jadi sandaran lo." Batin Abi.

Melihat Abi yang seperti itu Dimas menatap Abi penuh dengan kemarahan, tangannya mengepal seolah siap melayangkan satu tonjokan pada wajah ganteng Abi. Dimas tentu tau dan tidak bodoh Abi menyukai Nana nya. Dimas yang terbakar kali ini.

***

Bersambung,
Rasakan Dimas sekarang hati kamu yang terbakar Ha Ha Ha (ketawa jahat)
Thanks buat para readersss love you, jangan lupa voment nya.
Love qhrynia ❤❤

Totally Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang