“Kita kayaknya jodoh deh Na.”
***
Senin, adalah hari dimana kesibukan menyambut kembali setelah minggu yang begitu cepat berlalu menyisakan kenangan yang kemudian disebut masa yang telah lalu atau terlewati. Tapi tidak dengan perasaan Nana, perasaanya bukan masa lalu tapi masih berlangsung dan berulang-ulang, ini memang terdengar seperti perasaan yang hanya singgah untuk sesaat tapi bagi Nana ini bukan tentang sesaat atau lama semuanya adalah ketulusan dan keberanian menerima kenyataan.
Nana memperhatikan dengan seksama apa yang Bu Priska sampaikan didepan kelas, meskipun dia merasa sedikit mengantuk karena mata pelajaran matematika memang tidak mengasyikan, ah bukan hanya matematika saja hampir semua mata pelajaran tidak mengasyikan kecuali fisika bagi Nana. Gelombang, massa, gaya, Newton, dan rumus-rumus fisika lainnya begitu mengasyikan baginya. Dia memang tidak begitu mahir dalam pelajaran itu tapi dia menyukainya, itu yang penting. Dia menyukainya.
“Coba kalian kerjakan Hal-32.” Ucap Bu Priska.
“Males banget,” Nami menggerutu seraya mengetuk-ngetuk meja, untung tempat duduk mereka berada dijajaran ke-3 dari depan jadi ya aman.
“Kerjain! Bukan malah kayak gitu.” Cibir Nana.
“Yaudah kerjain, gue nyontek.” Nami mengedipkan matanya beberapa kali mencoba menunjukan efek manis dan cute.
“Ok. Mari kita coba kerjakan.”
8 Menit kemudian, soal yang terdiri dari 10 Essay itu belum terselesaikan satupun Nana memegang erat pensilnya seolah pensil itu bisa membisikan jawabannya.“Bisa gak sih?”
“Gue gak ngerti tadi pas Bu Priska nerangin gue lagi ngelamun he.”
“Alasan aja lo.”
“Nyontek si Dimas aja yuk.” Ajak Nami, Nana mengerutkan keningnya rasanya malu jika harus menyontek ke Dimas, dia akan kelihatan sangat bodoh nantinya meskipun kebenarannya dia memang agak bodoh. Tapi semalam Nana memikirkan apa yang pernah Dimas bilang bahwa dia tidak suka cewek bodoh meskipun Nana sering menyontek padanya tapi rasanya sekarang dia harus sedikit berubah.
“Emm.. Gue coba kerjain lagi deh.” Nana kembali meraih pensilnya, mencoba memusatkan titik pensilnya ke atas kertas.
“Kenapa? Kita kan biasa nyontek sama Dimas,”
“Ya gak usah sering-sering juga, usaha dulu aja.”
“Lo malu ya? Atau kenapa?” tuduh Nami, dan sangat tepat sekali.
“Gue sama dia sahabatan masa malu.”
“Gue tau Na, lo suka kan sama si Dimas?”
“Gak jelas ah lo.”
“Kenapa malunya sekarang, dari dulu kan udah suka tapi gak malu-malu tuh.”
“Dari dulu kapan? Sotoy.”
“Jangan main rahasia-rahasiaan, gue tau kalian berdua.”
“Terserah deh, mending kerjain ini.” Nana pun memilih fokus kembali pada soal-soal matematika itu.
“Susah banget si. Gue gak ngerti nyerah!” Nana memijat dahinya, dia sudah berusaha sekuat tenaga untuk mengerjakannya tapi nihil otaknya tidak sampai.
“Yaudah nyontek aja, sebelum Bu Priska masuk.”
Nana menimbang-nimbang kembali saran dari Nami. “Hm....”
“Jangan kebanyakan mikir.” Nami pun menarik Nana dan menghampiri Dimas yang duduk didepan, dengan terpaksa Nana tersenyum selebar mungkin dihadapan Dimas.
“Dim nyontek.” Ucap Nami membuat Dimas menatap mereka berdua dengan senyum meremehkan. Memang menyembalkan si Dimas.
“Hobby banget sih kalian berdua.” Ledeknya.
“Nyontek ya Dimas si anak pinter, si anak ganteng yang juga memiliki hati yang baik.” Nami merayu Dimas dengan semua omong kosongnya dan Dimas tersenyum bangga dengan apa yang dikatakan Nami.
“It’s the fact.” Jawabnya dengan sangat percaya diri, memang yang dikatakan nami bukan sekedar omong kosong belaka tapi kenyataannya.
“Nih.” Dimas memberikan jawabannya kepada Nami tapi sebelum kertas berisikan jawaban itu dapat Nami ambil “Lo gak mau ngomong Na?” Dimas memainkan alisnya dan menatap Nana dengan senyum menggodanya.
“Dimas cowok terganteng se-SMA BUANA BANGSA, cowok terkeren, terpinter, terwangi, tersegalanya gue minta jawabannya ya.” Nana mengucapkannya dengan susah payah wajahnya memerah, sedangkan Dimas merasa senang karena Nana mengatakannya.
“Okay ini jawabannya sayang.”
“Najiss!”
“Gue emang manis.”
“Coklat kali manis.”
“Elo mau gue beliin coklat?”
“Iya.”
“Yaudah gue beli dulu.”
“Eh Dim, gue bercanda kali.”
“Gue juga, lo baper yah?”
“Najisss!!”
“Kalian kalo berantem cocok loh, kayak orang pacaran.” Nana dan Dimas menatap Nami bersamaan.
“Makasih Nami, gue sama Nana emang cocok.” Celetuk Dimas.
“Cocok dari hongkong!”
“Kita itu emang cocok.”
“Iya cocok banget, kalian mirip kucing sama anjing deh hahaha.”
“Sialan lo,”
“Kita kayaknya jodoh deh Na.”
“Najissss.” Nana membalik badannya depan cepat, dia sadar pipinya memerah oleh ucapan sepele Dimas.
Bersambung....
Maaf banget yak, karena aku jarang update, soalnya lagi sibuk cari tempat magang. Untuk kedepannya aku usahain sering update. Makasih.
Love qhrinia ❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Totally Of Love
Novela JuvenilKisah persahabatan antara dua manusia yaitu cewek dan cowok yang akhirnya saling jatuh cinta namun mereka bingung bagaimana cara memulai mengungkapkan perasaan masing-masing. Dibumbui dengan pemanis, pengasin dan pemait. Apakah mereka akan saling...