7th: shock

213 9 1
                                    

Aku mulai berpikir, jika aku terus-terusan mengingat Dion, itu hanya akan membuat aku semakin tersiksa. Mungkin benar kata mama dan Lala kalau aku harus move on. Haha move on? Jangankan move on, laki-laki yang mau mendekatiku saja mungkin tidak ada. Mungkin ucapan lala benar (lagi) kalau aku terlalu dingin. Terlalu menutup hati. Entahlah semua berubah begitu saja semenjak aku kehilangan Dion. Iya, Dion merubah segalanya.

Aku memilih untuk keluar rumah, walaupun sebenarnya kepalaku masih terasa sangat pusing, tapi tidak apa, rasa sakit ini belum sebanding dengan sakit yang kurasakan saat aku kehilangan Dion.

Akhirnya aku memilih untuk keluar rumah dan berniat membeli martabak di jalan Pattimura dekat pom bensin, selain aku sudah akrab dengan mang Maman (yang jual martabak), juga karena martabaknya enak. Oiya, aku suka martabak sayur. Kalau martabak cokelat aku nggak suka. Dion tau itu, itulah mengapa Dion nggak pernah ngasi aku cokelat. Ya karena dia tau aku nggak suka cokelat. Kalau sedang PMS kan kebanyakan cewek pasti makan cokelat, katanya sih biar mengembalikkan good mood gitu. Tapi aku enggak. Kalau lagi PMS yang bisa ngembaliin mood ya itu, martabak sayur, susu segar non sugar, sama keripik talas. Kalian tau talas itu apa? Talas itu sejenis makanan umbi-umbian. Gurih banget rasanya.

Aku tersenyum, melihat mama sedang melihat-lihat katalog terbaru merk tas langganannya. Masih sama seperti dulu, mama nggak suka sinetron, dan nggak suka acara gosip. Aku semakin yakin seleraku memang menurun dari mama, ya karena sama. Aku nggak suka sinetron apalagi gosip. Alay menurutku. Kalau kalian nggak setuju nggak papa, tapi emang aku sih gitu orangnya hehe.

"Ma, Alleta pamit ya" kataku pada mama. Mama terkejut.

"Lho Al mau kemana? Al kan masih sakit. Istirahat dulu sayang, kamu mau apa biar mama aja yang beliin sayang" 

"Nggak usah ma, Al cuma mau keluar bentar kok, di rumah terus bosen ma. Al pergi bentar ya ma. Nggak usah dianter, gapapa" kataku sambil senyum.

"Biar dianter mang asep ya sayang" kata mamaku masih dengan nada khawatir.

"Nggak usah ma, Al bisa kok. Al pergi sendiri aja, pake motor, udaranya kan lagi seger banget ma"

"Tapi sayang, kamu kan ma..."

Sebelum mama menyelesaikan perkataannya, aku sudah ngacir duluan. Menstater motor, lalu keluar halaman rumah. Awalnya agak kikuk, karena memang sudah agak lama tidak naik motor. Bahkan, waktu di jalan sempat di klakson pengendara lain karena aku belok mendadak tanpa menyalakan lampu sein. Ah sekarang aku sadar, aku memang calon emak-emak sejati ahaha!

Akhirnya setelah melewati jalan berliku nan banyak cobaan, sampai juga di tempatnya mang Maman. Mang maman langsung senyum lalu bertanya, "Berapa neng Al?"

"Dua ya mang, lagi laper soalnya. Dibungkus aja ya mang, acarnya jangan lupa, yang banyak. Hehe"

"Siaaappp" kata mang Mamang, lalu dengan cekatan dia membuat martabak pesananku tadi.

Sembari menunggu pesananku jadi, aku mengedarkan pandanganku ke segala arah, berharap ada cogan yang lewat. Ternyata emang ada! Siapa? NAGARA   '__'

Ih nyebelin deh rasanya. Iya emang dia ganteng. Tapi dia nyebelin banget.Aku pura-pura memalingkan wajah, dengan niatan agar dia tidak melihatku. Tapi sore ini memang sedang tak memihak padaku. Dia lihat! Sebel.

"Eh eh lo cewek yang udah nabrak mobil gue kan? Siapa nama lo? Anita? Iya bukan?" tanyanya sambil menepuk-nepuk pundakku.

"Ih apaan sih! Gausah nyentuh-nyentuh gue! Oiya nama gue itu Alleta. A L L E T A" Kataku sambil mengeja nama.

"Halah Alleta atau Anita bodo amat. Gue mau nagih utang lo sama gue. Mana? Katanya lo mau ganti rugi atas kerusakan mobil gue?" 

Aku melongkok untuk sekedar melihat mobilnya yang sudah terparkir di pinggir jalan. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AlletaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang